Kalau ngomongin masa-masa SMA tuh saya paling semangat banget buat ngomongin. Saking serunya. Walau muridnya semua perempuan, tapi justru itulah yang membuat masa-masa SMA saya justru menyenangkan. Eh BTW saya bukan SMA deng, tapi SMK hehe. Saya memang sengaja ingin masuk sekolah kejuruan supaya bisa langsung kerja.
Awalnya sekolah saya itu bukan jadi tujuan utama. Karena memang saya mengejar SMK Negeri. Sayang saja, waktu itu masih zamannya tes, dan keberuntungan tidak memihak pada saya.
Saya bingung mau sekolah di mana lagi. Karena memang benar-benar tidak mempersiapkan ‘cadangan’ seandainya saya tidak diterima *hadeeeh*. Saya sodorkan beberapa pilihan, orang tua tidak setuju. Dengan alasan kejauhan, atau pun ngeri karena harus menyebrang jalan besar. Giliran orang tua menyodorkan pilihan, saya yang tidak setuju.
Baru tahu ada SMK Tahta Syajar di Bekasi
Sampai kemudian, pilihan terakhir jatuh di SMK Tahta Syajar Bekasi. Tetangga menceritakan anaknya yang sekolah di sana pada ibu saya. Katanya di sana sekolahnya amat islami. Sering diadakan istighosah (merenung dan berdo’a bersama). Setiap mau ujian pasti istighosah. Pelajarannya pun islami. Bahkan siswa perempuan di sana diwajibkan memakai kerudung.
Saya benar-benar baru tahu sekolah itu dari tetangga tersebut. Kalau sudah ngomongin masalah islami, ibu selalu excited. Apalagi ada kata istighosah. Tanpa babibu, saya langsung ‘dipaksa’ masuk ke sana.
Saya sedih karena jadi tidak bisa punya pacar
Begitu mau daftar, saya takjub dengan gedungnya. Bagus sekali seperti gedung hotel. Di setiap pilar temboknya ada kaligrafi Asmaul Husna. Tapi entah mengapa hati saya sedih. Mengingat katanya seisi sekolah perempuan semua. Ya, tidak ada satu pun laki-laki! Padahal waktu itu saya berniat ingin punya pacar kalau sudah SMA *ups.
Maklum, masa-masa remaja awal. Banyak teman saya yang sudah punya pacar. Sementara saya masih saja belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Dulu saya memang pemalu sekali orangnya. Sekalinya ada yang naksir, sayanya yang nggak naksir *eh haha. Tapi tetap saja sebetulnya saya ingin sekali merasakan pacaran itu seperti apa.
Ya karena tidak ada lagi pilihan, mau tidak mau saya menuruti ibu sekolah di sana. Walau lagi-lagi jurusan yang diinginkan tidak ada, tapi saya niatkan saja berbakti pada orang tua. Saya masuk jurusan Akuntansi. Oh, jurusan yang sama sekali tidak pernah ada dalam bayangan saya.
Seperti biasalah awal-awal masuk sekolah masih penyesuaian. Melewati masa-masa MOS yang lucu tapi juga menyebalkan. Lama-kelamaan saya mulai merasakan asyiknya sekolah di sana.
Sekolah yang benar-benar islami
Benarlah kata tetangga saya. Sekolah ini islami sekali. Semua murid diwajibkan pakai kerudung. Bahkan ada satu guru saya yang selalu menegaskan untuk tidak memakai seragam yang ketat dan kerudung yang tidak tipis.
Pelajarannya pun tidak hanya ada Pendidikan Agama Islam, tapi juga ada Bahasa Arab dan Aqidah Akhlak.
Setiap kali sekolah mau ujian, atau kakak-kakak kelas tiga akan Ujian Nasional, kami selalu menginap di sekolah untuk istighosah. Dan baru pulang keesokan paginya.
Memasuki kelas dua, saya dan teman-teman mulai semakin akrab. Karena angkatan saya cuma dua kelas, alhasil kami akan bertahan selama tiga tahun dengan teman-teman yang sama. Tapi justru itulah yang merekatkan hubungan kami. Semakin lama sekolah, kami semua justru semakin akrab.
Kegiatan-kegiatan islami pun masih berjalan. Setiap hari sabtu, selalu ada rohani islam. Yang diisi dengan ceramah salah satu guru atau bersholawat bersama. Setiap kali bulan puasa, selalu ada pesantren kilat dan buka bersama sampai sholat tarawih berjamaah. Setiap ujian kami selalu menginap di sekolah. Berdoa, muhasabbah, bahkan tahajud bersama.
Sisi spiritualitas saya menjadi lebih baik
Jujur, karena didikan islami di sekolahlah spiritualitas saya rasanya menjadi lebih baik. Dan semakin lama sekolah di sana, saya semakin merasa beruntung. Kalau tidak sekolah di sana, bisa saja saya tidak akan menjadi lebih baik dari saya yang SMP. Bisa saja kalau sekolah di sekolah umum, saya nekat pacaran dan membuat sekolah justru jadi berantakan.
Punya teman-teman yang perempuan semua, justru menjadikan saya punya pengalaman baru. Maklum, saya SD dan SMP di negeri pada umumnya. Begitu masuk SMK, yang seluruh siswanya perempuan semua, jadi hal yang baru bagi saya. Dan ternyata menjadi pengalaman yang tidak kalah serunya dan menyenangkan dari sekolah umum. Benarlah kata kebanyakan orang. Kalau masa SMA adalah masa-masa yang paling sulit dilupakan.
Saya bersyukur sekali kalau ingat pernah sekolah di sana. Karena sekarang saya berpikir, betapa Allah menjaga saya dengan menyekolahkan saya di sana. Membenahi agama dalam diri saya. Dengan berkerudung lebih benar. Dengan menjauhkan diri dari pacaran. Dan saya pun jadi lebih fokus sekolah.
Pengalaman berprestasi dan berharga yang takkan terulang
Alhamdulillah saya pernah satu kali membanggakan orang tua saya karena mendapat peringkat pertama. Dan sebagai hadiahnya, saya tidak membayar SPP selama satu tahun. Masya Allah, Alhamdulillah. Allah benar-benar Maha Tahu, sebab waktu itu ayah saya memang sudah pensiun.
Banyak sekali sebetulnya pengalaman seru di sana. Tapi yang memang paling saya rindukan adalah teman-teman satu kelas yang seru-seru sekali. Jangan salah, walau kami perempuan semua, tapi kami enerjik haha. Kegiatan-kegiatan islaminya. Saya rindu sekali rasanya dengan kegiatan rohani islam setiap hari Sabtu. Menginap di sekolah dan berdoa bersama sampai menangis bersama sebelum ujian. Sholat malam bersama. Dan kompaknya buka puasa bersama di bulan Ramadhan.
Sekarang saya tidak tahu bagaimana kabar sekolah itu. Tapi harapan saya, semoga SMK Tahta Syajar masih hidup dan mempertahankan nilai-nilai islaminya. Sebab, biar bagaimana pun, saya pribadi, bangga pernah mengenyam pendidikan di sana selama tiga tahun 🙂
hihihi memang ya SMA tuh ditunggu-tunggu biar bisa pacaran haha. Duh nulis nostalgia SMA bikin aku senyam senyum haha
Haha mbak Uli dulu pacaran nggak nih waktu SMA? 😛
mantap Kak. Ternyata sekolahnya Cewek semua.
Iya Mas Alhandulillah 🙂