Kita pasti pernah merasakan marah. Yang tidak jarang membuat kita benar-benar menguras emosi.
Kata Rasulullah sih kalau lagi marah dan emosi begitu harus berubah posisi. Kalau marahnya lagi berdiri, ya kita duduk. Kalau duduk masih emosi, ya tiduran. Kalau tiduran masih emosi? Sudah saatnya kita berwudhu. Kalau perlu dilanjutkan dengan sholat sunnah. Biar hati lebih adem lagi, lanjutkan dengan dzikir.
komikmuslimah.com |
Tapi kalau marah belum juga reda? Saking apinya terus membara? Padahal bisa jadi kita marah hanya karena sedang kepanasan.Β Atau emosi dengan orang masih meluap-luap? Kepingin rasanya diungkapin ke orangnya, bahkan pengennya maki-maki sekalian, biar tahu rasa?
https://www.mataharimall.com/samsung-ac-1-pk-ar09jrflawknse-putih-gratis-ongkir-khusus-jadetabek-1649041.html |
Ets, tapi kayaknya hal itu cuma menimbulkan rasa penyesalan deh! Iya nggak sih? Pasti kan kita suka nyesel kalau marah sudah berhasil diluapin, eh pas emosi kita sudah reda, malah nyesel sendiri -_- Pengennya narik kata-kata itu lagi. Apalagi kalau marahnya sama pasangan, atau anak, atau keluarga sendiri. Duh kadang nyeselnya berlipat-lipat >_<
Cara baru menyalurkan amarah
Nah belum lama ini saya mencoba satu cara baru. Cukup ampuh sih bagi saya. Setelah dipraktekkin, Alhamdulillah emosi saya berhasil tersalurkan, orang yang saya sayangi juga tidak tersakiti dan saya pun tidak menyesal. Lho kok bisa?
Muehehe
Jadi begini…
Saya ambil handphone, saya tulis kemarahan saya dalam kata-kata yang saya tulis dengan huruf kapital semua. BEGINI NIH. Semuanya! Pokoknya apa yang saya lagi rasakan saat itu. Apa yang membuat saya marah dan membuat saya merasa sedih, saya keluarin semua dalam tulisan kapital.
Lalu saya buka fitur rekam. Dan saya rekam kata-kata yang sudah saya tulis di notes tadi. Setelahnya, saya dengerin kalimat per kalimat. Walaupun jadi bikin nangis haha.
Selesai itu, saya tidur! Iya tidur.
Esoknya, saat saya ingat semalam saya habis marah di notes dan rekaman, saya buka lagi folder keduanya. Tanpa saya lihat, langsung saya hapus.
Kok langsung dihapus? Iya, saya menyadari bahwa kemarahan saya tidaklah ada apa-apanya. Yang membuat saya marah ternyata hanyalah pikiran negatif saya sendiri. Padahal, bisa jadi orang yang membuat saya marah tidak bermaksud seperti itu.
Dari sini akhirnya saya belajar, mengapa kita sering menyesal setelah meluapkan amarah, itu karena bisa jadi kemarahan kita memang salah. Kita yang ternyata punya pikiran negatif. Kemarahan kita sering kali tidak bermakna apa-apa. Tidak menghasilkan apa-apa.
Akhirnya saya juga menemukan formula baru. Saat emosi meluap-luap, dan rasanya ingin sekali saya ungkapkan, ya ungkapkan saja dengan tulisan, dengan rekaman, atau dengan apapun. Yang jelas, saya bisa memastikan bahwa kemarahan itu hanya Allah dan saya sendiri yang tahu. Orang lain atau orang yang sudah membuat saya marah tidak perlu tahu.
Dengan itu, setelah hati saya tenang, saya akan menyadari, bahwa cara menyalurkan emosi masih ada. Hanya saja, tidak dengan cara yang gegabah, yang menyakiti orang lain. Hasilnya, emosi saya tersalurkan, orang yang membuat saya marah tidak tahu dan tidak tersakiti dengan kata-kata saya. Dan finalnya, sama sekali tidak ada penyesalan dari diri saya.
Nah bagaimana, apa teman-teman mau mencoba? Atau teman-teman, punya cara yang lain? π Hanya saja saya sangat amat tidak menyarankan untuk menumpahkan amarah di media sosial apalagi disetting public, NO. Percayalah, itu hanya akan merusak diri kita sendiri π
Hihi…cara bagus nih Mbak. Aku kalau lagi marah sama muridku ya sambil jalan-jalan, Mbak. Emosi banget. Gemesin banget. Hihi.
Wih asyik. Jalan-jalan juga bikin pikiran fresh sih ya π
kalau aku kalau lagi marah, seringnya ke kamar mandi, terus wudhu. tujuannya sama kayaknya ya mbak, biar dingin
Api harus dilawan air ya Mbak π
Marah adalah hal yang manusiawi. Namun sewarjarnya kemarahan yang ada dalam diri kita bisa ditelaah kembali, seberapa perlu kita mengeluarkan emosi (marah) seperti itu? Ruang publik atau media sosial bukanlah tempat yang bijak untuk menyampaikan amarah atau emosi, begitu juga dengan luapan perasaan lain. Istilah kerennya Baper. Hiehiheiheie. Saya kira wajar saja jika emosi sudah tidak bisa dibendung lagi mau digimanain lagi. Hal yang manusiawi. Salam dari Pontianak
Yap. Setuju. Semoga kita tidak salah menempatkan atau menyalurkan emosi tersebut ya Pak π
Bisa juga saya praktekin, heheh
Monggo Mbak ^^
Iyaa, kalo aku lagi kesel sukanya diungkapkan lewat tulisan, soalnya paling nggak bisa kalomarah-marah langsung.. hihihihii
Hihi lebih enak nulis aja ya π