Beberapa hari ini lagi males banget nulis. Tapi kepikiran terus ini blog nggak keisi-isi *halah paradoks!* Dan ini tiba-tiba aja, udah jam 10 malem, tiba-tiba ke-ide-an untuk nulis. *Iya saya terbitinnya pagi dong. Biar ada yang baca 😝* Haiya bukannya tidur, Buu! Ya gitu deh, gara-gara main hape terus. Ada aja yang discroll. Pas udah malem baru dateng deh tuh ide 😑 Jadi sebenernya pengen nulis apaan sih?
Pengen nulis tentang belanja. Beberapa hari yang lalu sempet iseng lihat rekap bulanan. Dan kaget sendiri mendapati diriku belanja untuk kebutuhan pribadi mencapai 800 ribu dalam kurang dari sebulan!
Innalillahi, Del! Kok bisa?!
Itulah sebabnya jadi pengen curhat, hiks.
Ada apa dengan diri ini?
Sebetulnya barang-barang yang dibeli juga bukan barang yang nggak berguna. Berguna banget malah. Tapi beberapa memang tergiur hanya karena diskon! Yang sebetulnya lagi ya kalau nggak dibeli pun ya nggak apa-apa banget! Tapi apalah diri ini yang kemarin sungguh kerasukan setan apaan 🙁
Sampai kemudian mempertanyakan, ada apakah gerangan diriku? Akhir-akhir ini kenapa jadi makin giat belanja (online)? Sebelum-sebelumnya nggak gini tuh. Apa karena sering buka marketplace, makanya jadi tergiur flash sale atawa diskon? Atau jangan-jangan dirimu sebenarnya sedang stres, dan akhirnya melampiaskan ke belanja?
Pikiran akhir itulah yang terus mengganggu. Even saya beralibi bahwa barang yang dibeli memang berguna karena beneran dipakai, tapi saya mulai menyadari bahwa ada yang tidak beres dalam diri ini.
Stres. Bisa jadi. Saya memang sempat mendapat ujian kehidupan. Tapi saya nggak sadar, bahwa dampaknya ternyata jadi begini. Bukan aja diri jadi sensitif. Tapi entah kenapa mata ini jadi hobi bolak-balik buka marketplace, lalu pura-pura checkout, dan ujungnya malah beneran dibayar. Alibi lagi diskon, padahal barangnya belum sebutuh ituuu, hiks 😩
Bhaique, kita sudahi saja yang sudah berlalu.
Self control itu penting, Guys. Please!
Di sini saya makin sadar bahwa SELF CONTROL itu PENTING, Guys! *maaf dicapslock untuk mengingatkan diri sendiri.
Self control dalam hal apa sih? Dalam hal emosi yang terutama.
Terlepas dari saya yang lagi baca buku Emotional Intelligence-nya Daniel Goleman. Tapi saya sadar bahwa emosi ini kaitannya bukan cuma ke amarah, cemas, atau depresi aja. Tapi juga ke perilaku yang bisa jadi – bahkan kita sendiri nggak sadar sudah melakukannya. Dalam hal ini ya kayak saya contohnya, belanja!
Saya mungkin FUN saat buka marketplace dan lihat-lihat barang. Apalagi kalau itu barang yang saya sukai dan harganya (menurut saya) murah. Langsung deh coba klik BELI. Lalu keliling lagi lihat yang lain. Begitu lagi polanya. Klik BELI. Kalau lagi sadar banget, ya nggak saya bayar. Tapi pas besok buka lagi, sadarnya jadi berkurang, dibayar deh tuh satu dua barang. Besoknya buka lagi, dibayar deh semuanya. Innalillahi, hiks.
Tapi beneran, saya terima kasih banget sama Allah karena sudah menyadarkan saya secepat ini 😭 Akhirnya sekarang saya beneran bisa SADAR FULL dan mikir bahwa ini nggak beres. Jangan sampai pengeluaran lebih besar daripada pemasukan 😭 Nyesel itu belakangan, Shay.
So, sampai detik ini saya bahagia karena belum belanja apa-apa lagi setelah kesadaran itu 😭💪 Saya mulai sadar bahwa nggak semua diskon itu kita perlukan. Karena faktanya, seringkali, barang yang kita punya itu masih ada. Jadi sama sekali tidak akan ada urgensinya jika kita beli saat ini. Apalagi kalau barang itu sesungguhnya masih sangat layak pakai, atau masih banyak. Nay nay nay!
Emangnya buat apa, sih?
Apa sih, buku? Apalagi kayak saya yang sukanya non fiksi. Lihat judul menarik, dan kayaknya bermanfaat, terus didiskon, langsung deh tergiur. Tapi ENGGAK. Saya mulai bisa mikir bahwa “Hey, timbunan you masih banyak. Buku yang kemarin aja belum you praktekkin. Lantas you mau beli lagi? BUAT APA, BUAT APA, BUAT APA, Esmeralda?!”
Diskon itu nggak selamanya menguntungkan, Sayang. Malah, kalau kita semata hanya tergiur karena diskon, tapi sejatinya barang itu SAMA SEKALI belum kita perlukan, itu sama sekali tidak ada faedahnya. Uang yang seharusnya bisa kita pakai untuk kebutuhan lain, atau ditabung, malah kita keluarkan untuk hal yang tidak kita perlukan saat ini. Nyesek kan. Iya, aslinya ternyata nyesek 😭
Awal-awal kita mungkin nggak sadar kayak saya. Tapi pas di akhir lihat catatan, atau mungkin kita tiba-tiba saja kehabisan uang, baru berasa-lah kita dimana lubang besar pengeluaran yang sesungguhnya bikin meringis dan disesalkan kemudian 😩
So, sama sekali tidak ada urgensinya. Its, ok kalau barang yang didiskon sedang kita butuhkan. Tapi kalau belum, katakan pada diri, “STOP, AKU BELUM BUTUH INI SEKARANG.” Dan uang itu pun utuh di tangan kita.
Diskon = trik marketing
Lagi pula, sedikit bocoran. Diskon itu sebetulnya tidak merugikan bagi penjual. Mungkin benar jika beberapa yang didiskon itu karena memang sedang cuci gudang atau barang lama. Tapi hal itu tidak lantas membuat mereka rugi. Justru mereka untung karena biasanya saat ada event diskon, selain ‘sisa barang’ mereka akhirnya habis, konsumen yang datang pun lebih banyak, malah bisa-bisa sampai overload *ups. Dan datanglah pundi-pundi yang mereka bisa dapatkan walau ya tidak sebesar modal awal.
Atau jika pun yang didiskon barang masih fresh, bisa jadi itu adalah trik marketing. Dengan cara menaikkan harga awal, lalu dicoret, dan diubah dengan harga yang sebetulnya ‘lah memang segitu kok harganya’. Kan nyesek 😆
Tapi ya lupakanlah soal trik-trik itu. Yang penting kendali ada di diri kita. Apapun itu, balik lagi. Kendali ada di diri kita sendiri.
Sadar, sadar, sadar seharusnya kita sadar.
Kita nggak perlu muak dengan diskon yang seakan datang berbarengan. Semua toko rasanya berlomba-lomba memberikan diskon. Semua itu tidak akan berpengaruh selama kita punya kontrol diri yang baik.
Pertama, sadari setiap emosi yang kita rasakan. Sekalipun itu negatif. Ini akan membantu kita untuk lebih mengetahui bagaimana kita merespon perasaan kita sendiri.
Sadari bukan berarti dilaruti terus menerus. Tapi kita harus bisa berpikir bagaimana langkah selanjutnya yang tepat dan tidak merugikan diri sendiri.
Ketiga, jangan alihkan perasaan negatif ke hal-hal yang akan membuang energi atau uang. Ini akan membuat kita menyesal belakangan.
Selalu sadar dan lihat apa yang sudah kita punya
Sebelum memutuskan untuk benar-benar belanja, selalu lihat barang yang kita miliki saat ini. Sadari semua yang kita punya. Apa saja yang sedang kita butuhkan. Apa saja yang sebetulnya masih ada/banyak. Apa saja budget yang belum dikeluarkan. Dan berapa uang yang kita punya saat ini. Ini akan lebih membantu kita untuk menyaring semua informasi diskon.
Kalau sudah menyadari semuanya, insya Allah kita lebih bisa berpikir jernih bahwa mana diskon yang bisa digunakan, dan mana yang bisa diabaikan untuk saat ini.
Begitu kira-kira. Semoga bermanfaat. Salam, Ade Delina.
Eh, enggak. Ya gitu, pokoknya kuncinya adalah sadar diri dan sadar kebutuhan. Bahwa diskon tidak selamanya memiliki urgensi yang baik untuk kita 😉
So, apakah bulan ini kamu sudah tergiur diskon? Kalau iya, berapa banyak? Kalau belum, maka saya ucapkan SELAMAT! Saya salut dengan Anda! 😭
Comment on “HEY DISKON, Emang Sepenting Apa Sih Kamu?”