Gara-gara ketrigger sama postingan akun Islam, saya jadi pengen nulis tentang masalah kepercayaan dan keyakinan. Jadi ceritanya sih kemarin saya lihat teman saya ngeshare postingan dari sebuah akun Islami tentang Berbakti pada Suami. Sebetulnya postingannya nggak salah. Di Islam, istri memang harus berbakti pada suami. Tapi yang ngegemesin itu justru komentar dari netizen terutama para perempuan.
“Gimana kalau suaminya melakukan kekerasan? Apa layak dihormati?”
“Gimana kalau suaminya nggak kerja? Kita mau berbakti gimana?”
Ya senada begitu-gitulah.
Berbakti pada suami itu TIDAK SALAH
Padahal di akunnya sendiri disebutkan selama SUAMI menyuruh pada KEBAIKAN, maka kewajiban istri adalah menurutinya. Kalau nggak? Ya jangan diturutin dong. Kan gitu kesimpulannya. Tapi netizen keburu naik pitam. Seolah-olah berbakti pada suami itu SALAH.
Katakanlah suaminya melakukan kekerasan, nggak kerja, atau perilaku-perilaku yang buruklah. Sebetulnya istri itu BERHAK memutuskan sendiri. Kalau istri IKHLAS diperlakukan seperti itu, tetap mengurus dan berbakti pada suaminya, hanya yakin pada Allah, bisa jadi Allah akan mengganjarkan surga. Karena memang ganjaran bakti pada suami itu bisa masuk surga dari PINTU MANA SAJA. Tapi kalau si istrinya nggak ikhlas, nggak yakin bahwa suaminya itu bisa memimpin, ya BISA minta pisah. Selesai.
Jadi bukan perkara berbakti pada suaminya yang salah. Karena Allah pasti sudah punya perhitungan untuk menyuruh para istri begitu. Semua kembali lagi pada kita. Kita YAKIN ATAU TIDAK kalau anjuran Allah itu memang memudahkan jalan hidup kita. Kalau nggak yakin, ya jangan dilakukan. Silakan ambil keputusan yang DIYAKINI.
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. An-Nisa: 34)
Kita yakin atau tidak?
Nah dari situ saya jadi nyambung, selama ini kita terlalu sering ragu-ragu. Terlalu sering menyalahkan orang lain. Padahal keyakinan itu letaknya di hati. Cuma diri kita sendiri yang tahu apakah kita meyakini suatu hal atau tidak. Sama seperti iman. Iman itu kan letaknya di dalam hati banget. Jadi yang tahu bahwa kita percaya, kita beriman, HANYA diri kita sendiri.
Seperti contoh atas. Kita merasa tersiksa dengan suami kita. Kita sudah ragu dengan dia. Kita sudah ragu bahwa akan sulit untuk berbakti dan mempertahankan rumah tangga. Maka bicaralah pada diri sendiri. Tanya di hati yang terdalam apa yang diyakini. Kalau kita sendiri nggak yakin, tapi maksa, jatuhnya kita akan sulit sendiri. Rumah nggak pernah tenteram. Bawaannya setiap hari emosi. Kita ragu, tapi malah milih bertahan. Ya buyarrrr.
Kesulitan hidup kita bisa jadi karena diri kita sendiri
Ini juga yang dibilang di buku Quantum Ikhlasnya Erbe Sentanu. Dalam buku itu dibilang, “Bisa jadi kesulitan hidup kita ditimbulkan dari perilaku kita sendiri.”
Jadi ngeri juga ya kalau ternyata apa yang tidak kita percayai maka itulah yang terjadi. Kalau hal-hal yang sebetulnya bisa menghasilkan kemudahan, keindahan, tapi kita tidak percaya, maka hidup kita bisa susah sendiri 😭
Sama seperti ketika kita nggak yakin bahwa anak akan membawa rezekinya sendiri. Maka ketika anak lahir yang ada hanyalah ketakutan. Karena dari awal kita sudah tidak percaya bahwa anak adalah anugerah. Lalu bilang takut tidak mampu mengurus, takut tidak bisa membiayai, takut anak kesusahan nanti, maka ITULAH yang terjadi. Padahal Allah sudah gariskan bahwa anak itu adalah anugerah. Kalau nggak yakin dengan kata-kata Allah ya terima saja bahwa kesulitan mengurus anak dan rezeki itu sebetulnya timbul dari kita sendiri 😭
Atau sama ketika kita tidak percaya dengan sebuah teori. Ya sudah tidak usah dilakukan. Daripada dilakukan setengah-setengah, hasilnya pun nggak akan maksimal. Seperti guru saya yang selalu ngomong, “Kalau ragu-ragu mending NGGAK USAH dilakukan.”
Saya pikir memang seperti itu. Kalau kita nggak yakin, ya nggak ada akan ada hasil apapun. Nggak ada kemudahan atau keajaiban yang akan terjadi. Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Kalau hati kita yakin, Allah lah yang akan memudahkan hal itu untuk kita. Masya Allah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]
Berpikir positif akan menghasilkan vibrasi yang juga positif di sekitar kita
Di Quantum Ikhlas juga dijelaskan soal vibrasi. Kalau kita positif maka energi positif itulah yang bergetar di sekitar kita. Pandangan-pandangan positif kita, akan menghasilkan lingkungan yang juga menarik hal-hal positif.
Mungkin ini sebabnya kalau kita disuruh berpikir positif dalam keadaan apapun. Dan memilih hal-hal apa saja yang boleh dan tidak untuk masuk di pikiran kita. Dengan kata lain harus lebih selektif untuk menentukan mana yang penting dan tidak untuk kita pikirkan. Sebab itulah yang akan menarik energi positif untuk kita sendiri.
Berpikir positif bukannya tidak boleh sedih, marah, kecewa atau perasaan negatif lainnya. Toh semua perasaan itu sudah kodrat manusia. Hanya saja ketika kita bisa MENERIMA semua perasaan itu dan mengIKHLASKAN semua perasaan tersebut, insya Allah kita akan menjalani hidup lebih mudah.
Sebesar itulah efek keyakinan
Pantes ya orang sukses itu nggak sempet tuh ngebully, ngegosip, atau melakukan hal-hal negatif. Karena mereka memang sudah punya prioritas di dalam pikirannya. Mereka hanya melakukan dan memikirkan hal-hal yang positif. Huhu kujadi merasa berdosa karena selama ini terlalu banyak hal-hal nggak penting yang kupikirkan 😭
Segitu besarnya keyakinan ternyata. Saya jadi paham kenapa kita disuruh BERIMAN. Iman artinya percaya. Ketika kita percaya maka semestinya sudah satu paket dengan keyakinan. Kalau kita percaya, semua akan lebih mudah.
Tapi kalau ada setitik saja keraguan dalam hati, duh nggak tahu deh apakah kesulitan hidup itu bisa jadi timbul dari ketidakyakinan kita sendiri 😭
Ada ribut-ribut soal ini to? Hihi…malah ga gitu ngeh saya.
Apa ini juga ya sebabnya Pak Dahlan Iskan nulis di kolomnya di JP tentang ratu baru Thailand yang katanya sampai ndlosor-ndlosor di hadapan suaminya?
Ah ga ada ribut-ribut kok. Kurasa itu postingan biasa aja. Dan emang biasa aja soal berbakti pada suami aja. Aku malah gatau berita Pak Dahlan itu haha.