Pada akhirnya Allah menolong saya. Ada saja hal yang seolah ingin Allah tunjukkan. Pertama, bahwa saya belum pernah merasakan pacaran saat sekolah. Itu dikarenakan orang tua saya yang tak menginginkan nilai saya di sekolah terganggu. Beranjak remaja, setelah lulus sekolah saya memberanikan diri untuk mulai berkenalan dengan cowok hingga akhirnya masuk fase pacaran. Orang tua sebenarnya tetap tidak setuju, tapi saya bandel. Kalo kata orang sunda teh keukeuh. Ngotot. Berjalan dua bulan lalu putus. Kenalan lagi, pacaran lagi. Dua bulan, putus. Ketemu temen lama, pacaran cuma sebulan, kemudian putus lagi. Sampai akhirnya, yes. Allah bilang, “Enough de. Sudah cukup petualanganmu. Hentikan ini semua.” Ya. Setelah putus dari yang ketiga, maka tak ada kamus pacaran lagi dalam hidup saya. Entah apa yang membuat saya memberanikan diri, tapi yang pasti saya merasakan bahwa jalan saya sangat salah. Pacaran bukan membuktikan tulusnya cinta, melainkan lebih mengutamakan nafsu yang mengatasnakaman cinta. Naudzubillahimindzalik. Tapi dari sini ada hal yang saya syukuri, setidaknya, saya tidak pernah punya perasaan hingga begitu mendalam kepada mereka (read: mantan).
Sejak saat itu, nyaris setiap malam saya menangis. Tersukur. Sujud di sajadah. Menangis sejadi-jadinya di hadapan Allah. Tak ada lagi yang saya inginkan. Saya hanya ingin Allah memaafkan dan mengampuni segala kesalahan saya. Perasaan takut jika Allah murkapun muncul. Bagaimana jika saya meninggal masih dalam keadaan Allah tidak ridho, naudzubillah. Bukan hal mudah tentunya, tapi saya yakin bahwa Allah akan menolong saya. Maka sejak saat itu, saya beranikan diri, “Kita putus!” Yaph. Usailah semua dan perubahan terbesar perlahan-lahan terjadi.
Karena saya benar-benar ingin Allah mengampuni saya, maka setiap malam saya rutinkan Tahajud. Mulai memaksakan diri untuk bangun. Sebab hanya pada malam hari doa kita sampai langsung pada Allah tanpa perantara. Dhuha, Hajat, Istikhoroh pun mulai saya rutinkan untuk minta kekuatan pada Allah. Sampai pada akhirnya pemahaman itu datang. Saya merasakan kenapa setiap usai sholat hati saya tenang. Kenapa semua jalan terasa mudah. Apa-apa yang saya inginkan seolah Allah langsung menjawabnya. Hingga sayapun menyadari, bahwa ini semua karena saya sudah melepas ‘masa-masa bodoh’ saya. Dan mendekat padaNya.
Saya jadi teringat satu ayat dalam Al-Baqarah ayat 153, begini bunyinya/
waduh keren tulisan nya…
Makasih ^^
subhanallah ya mak….
aku juga bersyukur terlahir menjadi Islam 🙂
Goodluck mak GA nya
Alhamdulillah.
Makasih Mak 😀
gud lak mbak…. semoga menang GA nyaa..
Aamiin. Makasih ^_^
Masya Allah… hiks.. ketika kt meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan memberikan yg lbh baik lg :')
*maaf br sempet komen
terima kasih banyak telah berbagi salam kenal 🙂
Iya mbak ^_^
Terima kasih juga udah mampir ^^