Lagi, artikel dari dr. Bram Irfanda menginspirasi saya untuk menulis. Kali ini tentang Memaafkan Masa Lalu. Sejak mengetahui beliau tahun 2011, saya memang nyaris sering membaca tulisannya. Ilmiah tapi menarik. Banyak pula hal baru yang saya dapatkan. Mulai soal kepribadian, hingga motivasi diri.
Dari artikel tadi bisa saya simpulkan bahwa segala sifat buruk kita bisa jadi karena masih ada ‘ganjalan’ dari pengalaman masa lalu. Masih ada hal-hal yang belum termaafkan hingga masih menyisakan dendam dalam hati yang seringkali tidak kita sadari. Dan itu terbukti dari cara kita memandang setiap permasalahan hidup. Entah berasal dari masa kecil kita, orang tua ataupun orang-orang yang pernah membuat ‘ganjalan’ dalam hati kita.
Saya jadi teringat buku Jodoh Dunia Akhirat. Di dalamnya disebutkan bahwa ketika kita ingin mencari jodoh maka hal pertama yang harus dilakukan adalah cleansing! Sesuai terjemahannya, cleansing berarti pembersihan. Apa yang harus dibersihkan? Ya itu tadi hati kita. Sudahkah lurus niat kita dalam mencari jodoh? Sudah bersihkah niat kita untuk segera menikah? Benarkah kita menikah karena ingin menjalankan sunnah-Nya? Atau jangan-jangan kita menikah hanya sebagai pelarian dari rumah, pelarian dari orang tua, pelarian dari kebosanan karena hidup sendiri, dendam pada mantan, atau yang lain-lainnya? Hmm bagian ini pula yang membuat saya banyak merenung. Hingga akhirnya saya cuma bisa bilang, “Iya ya! Sebenernya apa sih niat saya menikah? Udah lurus belum ni? Emang bener cuma mau menjalankan sunnah-Nya? Kalau iya kenapa saya harus tergesa-gesa?” Nah lho, mungkin untuk yang saat ini masih single hal ini juga bisa jadi perenungan. Supaya kita terhindar dari tergesa-gesaan yang bisa saja membuat pernikahan menjadi tidak berkah nantinya. Astagfirullah. Naudzubillahimindzalik.
Balik lagi soal memaafkan masa lalu. Buku dan artikel tadi membuat saya lebih paham dengan diri sendiri. Apa-apa yang saat ini membuat sikap saya buruk harus bisa saya renungkan. Jangan-jangan masih ada yang tidak beres dengan penerimaan saya terhadap masa lalu. Salah satunya, tentang masa lalu saya yang pernah merasakan pacaran. Sebelumnya saya sedih luar biasa. Setiap saat saya bercermin, saya selalu merasa minder. Apa iya saya bisa dapet jodoh yang baik, sementara saya punya masa lalu yang buruk? Apa iya Allah akan mengirimkan jodoh yang sholeh untuk saya? Hal itu yang membuat saya justru stak. Saya hanya memikirkan bagaimana, bagaimana dan bagaimana. Bukan memikirkan sisi positif dan solusinya. Dan dengan Maha Penyayangnya Allah, perlahan-lahan saya ditunjukkan cahaya. Entah dengan cara apapun itu. Akhirnya saya mulai bisa berdamai dengan diri sendiri. Benarlah kata orang bijak, seburuk apapun masa lalu kita, masa depan kita masih suci. Alhamdulillah kini saya belajar untuk berpikir lebih positif dan terus fokus memperbaiki diri.
Maka penting sekali untuk mengetahui hal ini. Bukan hanya sekadar memaafkan, tapi lebih dari itu kita juga harus bisa menerima dan mensyukuri. Terkadang kita berujar telah memaafkan, tapi tanpa kita sadari, sikap kita justru menunjukkan sebaliknya. Masih ada dendam yang tersisa, masih ada marah yang terpendam. Maka agar terhindar dari itu semua, yuk kita lakukan tiga langkah tadi. Maafkan, terima, syukuri. Bagaimana caranya?
1. Telaah permasalahan diri. Ingat-ingat apa yang masih menjadi ganjalan dalam hati kita. Jika itu berkaitan dengan orang lain, maka baiknya dibicarakan dengan orang tersebut dari hati ke hati. Bicara sejelas-jelasnya sampai ganjalan di hati kita hilang. Maafkan jika sudah mengetahui permasalahannya. Namun jika permasalahan dirasa sudah terlalu berat, bisa minta bantuan dokter kejiwaan atau pskiater.
2. Terima apapun masa lalu kita. Ingat wise man say tadi, seburuk apapun masa lalu, masa depan kita masih suci.
3. Syukuri setiap jengkal episode kehidupan kita. Entah sedih, kecewa, marah. Percaya bahwa Tuhan tak pernah menciptakan segala sesuatunya sia-sia.
credit: google |
Yang terakhir, jangan kungkung dirimu di masa lalu, lebih baik fokus pada perbaikan diri untuk ke depannya. Dengan tiga langkah itu Insya Allah hidup kita akan jauh lebih ringan. Serta hidup yang lebih bahagia tanpa tekanan 🙂
Psst artikel ini ditujukan terutama untuk diri saya sendiri 🙂
benar-benar. punya masalalu yang suram itu memang yang paling sulit adalah berdamai dengannya.
nice article mbak… 🙂
Iya, paling sulit untuk memaafkannya.
Makasih sudah mampir mbak ^^
Bener juga ya.
Rasanya punya masa lalu yang buruk itu memang nggak enak. Tapi kalo disesali malah tambah buruk. Ya maafkan saja:)
Yaph betul sekali 🙂
Men forget but not forgive, women forgive but not forget,,,,
semoga bisa 2 – 2 anya
Aamiin…tidak wajib melupakan, hanya saja jangan sampai terkungkung 🙂
itulah salah satu kedahsyatan membaca, secara kita dapat menimba ilmu dan memotivasi diri agar menjadi yang lebih baik, maka dengan memaafkan, menerima dan mensyukuri hidup ini kita insyaAllah menjadi salah satu hamba-NYA yang disayangi….aaaamiiiiin
Yaph. Aamiin ^_^