Menjadi dewasa itu nggak mudah ya. ‘Pantas’ banyak remaja yang bunuh diri. Peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ternyata memang ya gitu, nggak mudah.
Pas masih sekolah, remaja, rasanya masalah bisa teratasi karena banyak teman-teman yang mengelilingi. Begitu lulus sekolah, lalu lulus kuliah, semua menjadi serba semakin nyata.
“Hidup ternyata gini ya.”
“Hidup kok gini amat ya.”
“Ya Allah masalah kok ada aja.”
“Ya Allah capek rasanya.”
Apa begini yang namanya dewasa?
Sering jadi pengen ngeluh. Nangis. Ujungnya bisa-bisa putus asa. Kalau iman nggak ada, sementara hati sudah nggak siap nampung, bisa jadi timbul rasa pengen lenyap aja dari muka bumi. Naudzubillah. Mikir dengan kita nggak ada, mungkin kita lebih tenang. Mungkin orang di sekitar lebih senang. Naudzubillah.
Belum lagi dengan yang datang dari eksternal. Iri sama pencapaian orang lain. Pengen punya apa yang dimiliki orang lain. Merasa “cuma kita doang nih yang beda. Kayaknya yang lain hidupnya bahagia bener.” Eh, bukan dari eksternal ding kalau gitu. Tentu saja kita sendiri yang hobi memperumit hidup. Hiks.
Menjadi dewasa. Apa begini ya yang namanya dewasa? Pahit bener. Katanya hidup nggak boleh ngeluh melulu. Tapi mau kuat kok yang ada malah tertekan. Mau tegar, kok yang ada malah ambyar. Ih hidup dewasa apa begini ya?
Belum lagi teman-teman masa kecil, sekolah, kuliah, kerja, satu-satu mulai berkurang. Pelan-pelan pergi menuju tujuannya masing-masing. Pisah. Bahkan tahu kabarnya saja tidak. Wong sudah nggak tahu lagi ada di mana. Kontaknya pun sudah lama tidak aktif.
Begitu kali hidup orang dewasa
Sering merasa melakukan banyak hal. Tapi kok kayaknya capek sendiri ya? Tapi kok nggak dihargai ya? Tapi kok malah diabaikan ya? Tapi kok malah nggak dianggap ya? Ih males.
Adanya media sosial malah tambah parah. Cuma yang seneng-senengnya aja ditampakkin. Padahal kita sendiri juga mana mau membuka keluhan kita?
Semua jadi berteori. Yang kayaknya gampang banget ngomongnya. Tapi prakteknya? Deuh masya Allah jatuh bangun bener. Lama-lama jadi kita jadi keki sendiri, “Alah elu (si pencetus teori) teori doang.”
Haha begitu kali ya hidup orang dewasa.
Saat kita dewasa…
Yah tapi kalau lihat orang tua kita bisa ‘bertahan hidup’ sampai ‘setua itu’, rasanya hidup menjadi dewasa juga nggak pahit-pahit amat.
Saat dewasa, kita mungkin mulai menyadari artinya hidup. Mulai paham kalau hidup tidak punya tujuan, hidup terasa jadi kosong. Wajar kalau timbulnya jadi gampang hasad dan dengki.
Saat dewasa pula, kita mulai bisa lebih peduli pada sekitar. Peka akan apa yang sedang terjadi. Kesulitan orang yang perlu dibantu. Kebahagiaan orang yang perlu didukung.
Dan saat dewasa pula akhirnya kita paham bahwa hidup memang ujian. Selama di dunia, kita cuma bisa jadi hamba-Nya. Bukan kita yang mengatur skenario hidup. Itu sebabnya hidup nggak selalu ideal. Nggak selalu indah seperti apa yang kita inginkan.
Barangkali begitulah menjadi dewasa. Butuh pegangan. Pedoman biar selamat. Belajar nggak boleh berhenti. Biar peka terus. Biar sadar terus. Biar tahu bahwa kita ini sebenarnya kuat lho. Karena memang Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya di luar kemampuannya bukan?
Belajar dewasa sampai nanti
Yah, pada akhirnya mungkin kita akan terus belajar menjadi dewasa. Sampai kapan? Ya entah. Yang jelas sampai batas usia kita.
Yang jelas lagi, tentu saja usia tua tak menjamin kedewasaan. Karena dewasa bukan perkara usia. Tapi perkara pikiran kita. Apakah kita sudah bisa mengalahkan ego sendiri, atau belum…
Menjadi dewasa itu ga enak, saya pengen jadi kecil lagi, beban terasa berat sekali, benar sekali kadang iri sama pencapaian orang lain.
umur memang ga bisa ngukur tingkat kedewasaan seseorang, saat ini masih bejuang untuk menikmati jadi dewasa
Toss Mas. Selamat berjuang menjadi dewasa untuk kita haha :)))
setujuuu banget. dewasa itu ga berhubungan ama umur. ada kok orang tua yg tingkahnya msh childish banget. Aku percaya , kedewasaan itu muncul krn didikan bagus dari orang tua dan lingkungan. Jd kalo salah didikan, ya bakalan si anak ga bakal bisa jd dewasa.. mikirnya msh egois trus.. mungkin kebanyakan dimanja, jd pola pikir ga berubah. cuma tau enak doang, tp ga tau penderitaan orang lain seperti apa
Waduh Mbak, aku lagi berasa disindir nih. Karena aku masih belajar banget jadi dewasa