Di balik tawamu, dibalik bicaramu yang kau anggap hanya candaan yang lucu, ada hati yang tak bisa kau baca. Ada hati yang barangkali diam-diam merasa sedih. Ada air yang hendak keluar dari kedua matanya yang mungkin dia tahan sedemikian rupa, untuk menunjukkan bahwa dia kuat. Sekalipun dia harus pura-pura dan menahan sesak di tenggorokannya. Ada sedikit rasa benci padamu, meski dia tetap tertawa di hadapanmu. Apa kau tahu ini?
Kita senang bercanda, hingga tertawa. Tapi apa sebuah candaan tak mempunyai batasan? Anggaplah jika kau bilang ia seorang yang amat kaku, tak bisa diajak bercanda. Tapi apa hanya ia yang mempunyai hati? Apa hanya ia yang punya perasaan?
Katanya, lidah memang tak bertulang. Tapi lisan masih bisa dijaga. Bukankah lisan juga menuruti perintah dari otak? Apa kau mau dibilang tak punya otak?
Memang benar nasihat orang bijak. Selagi tak ada pembicaraan yang berguna, lebih baik kita diam. Lanjutnya, sebab banyak bicara hanya membuat kita banyak kesalahan.
Kembali lagi, kau harus tahu. Bahwa setiap orang punya hati. Yang sekalipun tak bisa kau baca bahkan lewat raut wajah, tapi ia masih punya perasaan. Yang bisa jadi teramat sedih meski tampaknya terlalu kuat.
Jangan lihat tawanya, tapi dalami makna bicaramu. Apakah itu kata-kata yang pantas atau tidak?
segi kepantasan sangat tergantung pada mood yang bersangkutan, bisa jadi bagi orang lain menyebalkan bagi dia mah biasa-biasa aja atuh, kumaha tah?
Nah berhubung mood orang susah ditebak, lebih baik menjaganya kan Pak 🙂
ada yang becandanya nyerempet2 ke lgbt. hiks.s erem lah pokoknya. jadi takut aku kalo nanggepi orang becanda kek gitu, mb.
Aduh, itu sih udah parah banget. Kalau nemu orang kayak gitu langsung tak tinggal pergi -_-
Lebih baik diam yang bisa menjadi emas. 😀
Iya mbak 🙂
setuju say, kudu lebih berhati-hati apalagi di dunia maya, kita berkomunikasi lewat tulisan, sering salah paham gara-gara salah tanda baca, misalnya, artinya bisa jauh berbeda…
Iya mbak 🙂