Sebuah Kebaikan dari Sebuah Ketidaksempurnaan

Kamis sore 18 Februari kemarin, saya dikirimi tulisan oleh Mas Adjie Silarus tentang sebuah kebaikan dari ketidaksempurnaan. Saya memang berlangganan tulisan-tulisan beliau setelah membaca tulisannya di buku Sadar Penuh Hadir Utuh. Dari buku itu banyak sekali hikmah yang bisa saya dapatkan. Salah satu di antaranya adalah kesadaran bahwa selama ini saya masih menganut multi tasking. Yang padahal hal tersebut sebenarnya tidak cukup baik untuk diterapkan. Sebab penelitian mengatakan bahwa pada dasarnya otak manusia tidak bisa memerhatikan lebih dari satu aktivitas kompleks secara bersamaan.
Kembali ke tulisan yang dikirim Mas Adjie Kamis sore, saya pun mendapatkan hikmah bahwa memang dalam kehidupan ini sesungguhnya tidak ada yang namanya kesempurnaan. Tapi kenyataannya, seringkali kita menuntut kesempurnaan dari semua yang kita inginkan. Keluarga, suami, teman atau sahabat, semua tidak ada yang sempurna. 
Seperti saya yang dulu mengharapkan adanya seorang sahabat yang sempurna dan benar-benar sesuai dengan keinginan saya (Baca: Dialah Sahabatmu). Seiring waktu saya menyadari bahwa ia takkan pernah ada. Apapun bentuknya, bagaimanapun rupanya. Seperti diri kita sendiri yang pada kenyataannya memang tidak sempurna. Atau memang tidak pernah bisa dituntut untuk sempurna.

Maka sekali lagi, berharap kesempurnaan adalah sebuah kemustahilan besar. Dalam tulisan tadi Mas Adjie mengingatkan dari ketidaksempurnaan sesungguhnya kita bisa belajar kebaikan.

Kita tak akan mampu mendapatkan seseorang yang sangat sempurna sesuai dengan yang benar-benar kita inginkan. Begitulah pembelajaran yang saya dapatkan. Menuntut orang tua, anak, saudara, teman, kekasih dan pasangan hidup agar sesuai keinginan kita adalah pekerjaan yang tak berkesudahan, melelahkan. Ketika suatu waktu mereka mampu memuaskan keinginan kita, selang beberapa saat, kita tergoda untuk menuntut lagi dan lagi, dengan batas yang lebih dari sebelumnya. Terus seperti itu. Selalu saja ada alasan untuk tidak sempurna. Bahkan kita sebaiknya tidak perlu berusaha menuntut kesempurnaan, karena jika kita melakukannya, malah menghadirkan penderitaan. 

Segala yang datang dan pergi dalam hidup ini;keluarga, ibu, ayah, kakak, adik, suami, istri, anak, sahabat, kawan, kekasih,setiap peristiwa, baik yang menyulut tawa maupun air mata;sudah cukup baik adanya. – Adjie Silarus

Jadi, kalau kita saja tidak sempurna dan tidak mau dituntut untuk sempurna, maka kehidupan pun berlaku sebaliknya. Tidak ada yang namanya sempurna. Yang ada hanyalah sebuah kebaikan dari ketidaksempurnaan 🙂

Ade Delina Putri

Blogger, Stay at Home Mom, Bookish,

4 comments to “Sebuah Kebaikan dari Sebuah Ketidaksempurnaan”

You can leave a reply or Trackback this post.
  1. Tian Lustiana - Februari 23, 2016 Balas

    Kesempurnaan hanya milik Allah Swt, 🙂

  2. Kang Ajay - Februari 24, 2016 Balas

    Saya juga sangat setuju ko, BW aja dulu mba biar nambah baraya, kedepannya bismillah.

Leave a Reply

Your email address will not be published.