Wah, Ada Bu Haji!

“Wa’alaikumsalam, wah ada Bu Haji!”

“Bu Haji, kasih ceramah buat kita dong, kita butuh pencerahan nih.”
Bagi sebagian orang mungkin panggilan tersebut adalah do’a. Siapa juga yang tak mau diundang Allah ke rumah-Nya. Melihat Kakbah. Sholat di Masjid Nabawi. Siapa yang tak mau menginjakkan kaki di tempat makam Rasul-Nya. Tapi bagi saya, kata-kata tersebut cukup mengiris hati. Bukan karena saya tidak menerima panggilannya, tapi maksud di  baliknya yang membuat saya merasa sedikit tersakiti. Sedikit, ah mungkin tidak juga. Tapi Allah memang Maha. Saya sadar, apapun jalan yang kita tempuh akan selalu ada orang yang tidak suka. 
Masih ingat cerita keledai? Kurang lebih begini ceritanya. Ketika seorang bapak mengajak jalan seorang anaknya dengan membawa keledai. Pertama si bapak menyuruh anaknya menaiki keledai, begitu mereka jalan lantas ada orang yang berkomentar, “Kasihan, masa Bapaknya jalan kaki. Anak macam apa itu.” Lalu mereka jalan lagi dan bergantian kini si bapak yang menaiki keledai itu. Lalu di jalan orang berkomentar lagi, “Masa anaknya di suruh jalan. Bagaimana Bapaknya.” Merekapun kembali jalan dan kini mereka berdua menaiki keledai. Lalu orang berkomentar, “Keledai kurus masa dinaiki dua orang sekaligus. Bagaimana.” Si bapak pun berkata, “Begitulah, Nak. Mendengar kata orang tak pernah ada habisnya. Apapun yang kita lakukan selalu ada orang yang berkomentar. Akan selalu ada orang tidak suka.”
Ya seperti itulah hidup. Seperti yang pernah saya katakan di sini, seperti apapun tingkah kita, seberapa baikpun kita, akan selalu ada orang yang berkomentar. Suka atau tidak suka rasanya memang harus kita terima. Sebab memang sebuah kemustahilan jika memaksa semua orang harus menyukai kita.

Saya mungkin tidak akan bisa berhenti mengucap syukur pada Allah. Bagaimana mungkin saya berdusta jika Allah telah menyelamatkan saya dari berbagai kesusahan hidup. Dilepaskan dari pacaran yang aduhai saya tidak tahu bagaimana nasib kalau saja saat ini saya masih menjalani hubungan terlarang itu. Dituntun untuk terus memperbaiki diri dengan dipertemukannya saya dengan orang-orang yang luar biasa baiknya. Lantas apakah setelah lepas dari pacaran saya langsung menjauh dari lelaki? Apakah saya langsung memakai pakaian syar’i? Hijrah instan? Saya rasa tidak ada istilah itu. Saya yakin, setiap orang yang memutuskan berhijrah pasti bertahap. 
Buku Asma Nadia yang berjudul La Tahzan for Hijabers semakin membuka mata saya. Allah. Tidak terbayang jika saya hidup di zaman tahun 80-an dimana hijab masih menjadi suatu hal yang dilarang. Padahal bukankah hijab hanya sebatas kain yang menutupi kepala? Dan ia sama layaknya topi. Tapi mengapa harus dilarang? Saya juga tidak tahu kondisi dan alasan pastinya. Yang jelas rasanya kita yang hidup di zaman ini harus banyak-banyak bersyukur. Segala kebebasan sudah kita rasakan. Bayangkan saja, dulu wanita yang mau berhijab itu susahnya setengah mati. Mulai dilarang pemerintah, dilarang orang tua karena takut dianggap ikut aliran tertentu, menjadi cemoohan banyak orang sampai sulitnya mendapat pekerjaan. Mungkin sampai sekarangpun beberapa masih mengalaminya. Tapi tidak se-ekstrem dulu.

Apa yang saya alami sebenarnya nyaris serupa. Wajar jika orang-orang di sekitar terkejut. Saya yang dulunya hanya berhijab ala kadarnya, kini memutuskan untuk melebarkannya. Belum lagi keaktifan saya yang sering ikut kajian kembali dikait-kaitkan dengan ditakutkannya saya terjerat suatu aliran. Ingin menangis? Sering. Tapi saya yakin, Allah Maha Menolong. Kekhawatiran orang tua, cemoohan orang lain rasanya sudah jadi makanan sehari-hari. Bukankah bisa karena biasa? Karena semua hal itu saat ini saya malah semakin kuat. Bukannya goyah, saya malah makin semangat. Alhasil orang tua perlahan-lahan sudah menerima. Dan orang-orang yang mencemooh sayapun lama-lama bosan sendiri.

β€œWahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: β€˜Hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al-Ahzab: 59)


Jadi sekarang, mendengar panggilan Bu Haji. Ya Di-Aamiin-kan saja. Bukankah setiap omongan adalah do’a? Ibu saya juga dulu gitu, sering dipanggil Bu Haji kalau lewat. Alhamdulillah kemarin 40 hari beliau sudah memenuhi panggilan-Nya untuk ke tanah suci πŸ™‚


Semoga muslimah di luar sana juga selalu dikuatkan oleh Allah. Istiqomah dengan hijabnya. Bagi yang belum, saya punya kutipan dari buku tadi,

“Kalau kamu merasa belum siap, maka sampai kapan pun nggak akan pernah merasa siap. Bahkan, yang sudah berjilbab pun masih terus belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Bukan berarti yang berjilbab itu sudah baik dan sempurna.” (La Tahzan for Hijabers, hlm. 75)

Yakinlah, hijab bukan berarti kesempurnaan. Ia hanyalah bentuk ketaatan muslimah pada Allah SWT untuk menjalankan perintah-Nya πŸ™‚ 

Ade Delina Putri

Blogger, Stay at Home Mom, Bookish,

16 comments to “Wah, Ada Bu Haji!”

You can leave a reply or Trackback this post.
  1. Ika Hardiyan Aksari - Desember 24, 2014 Balas

    Hiksss…semoga istiqomah ya dek.
    Sedih bacanya. Etapi, saya juga punya panggilan dari teman2 SMA yg sampai sekarang lulus kuliah kalau ketemu tetep aja manggilnya Bu RT.

    • Ade Delina Putri - Desember 24, 2014 Balas

      Aamiin Mbak makasih.
      Walah kenapa bisa dipanggil Bu RT? πŸ˜€

  2. Fandhy Achmad Romadhon - Desember 24, 2014 Balas

    Semoga tetap istiqomah dengan hijabnya mbak :)))

  3. Asep Haryono - Desember 24, 2014 Balas

    Mengharukan

  4. Asep Haryono - Desember 24, 2014 Balas

    Perlu keteguhan hati dan motivasi dari diri sendiri untuk menjaganya

  5. Dwiex'z Someo - Desember 24, 2014 Balas

    iya mbak bener sekali, yg berhijabpun masih berusaha belajar agar menjadi pribadi yg lebih baik lagi πŸ™‚

  6. Lavender Art - Desember 24, 2014 Balas

    mgkn kr jilbab panjang sy, sy jg sering dipanggil bu haji/ ummi mbak…
    ada rasa malu dan jg ada bahagia sih… jd seringnya sy amiini sj panggilan mereka…siapa tahu Allah mengabulkan dan memberi jln sy utk berkunjung ke rumah-Nya.. semoga kt semua selalu istiqomah ya mbak… bkn kr panggilan "haji" itu, tp hanya kr Allah sj…

  7. Ila Rizky Nidiana - Desember 24, 2014 Balas

    iya, kadang aneh juga kalo orang bilang bu haji. aku pernah ngalami juga kemarin. Jadi terbengong pas ngeliat si bapak yang nawarin jualannya itu. πŸ˜€ Ya kalo dianggap doa, aamiinkan aja ya, mba.

  8. ARgaliTHA - Desember 25, 2014 Balas

    he-eh. mama jg prnh ngomong: kita senang atau sedih, orang pasti gak berenti ngomongin kita

Leave a Reply

Your email address will not be published.