Aku adalah burung liar,
yang terbang kemanapun ku suka.
Tapi terbang bukan tanpa arah,
aku terbang sembari mencari tujuan akhir peraduanku.
Suatu ketika aku ditemukan Sang Tuan,
saat aku sedang asyik menikmati pemandangan dunia.
Ia menangkapku.
Ya. Ia berhasil menangkapku.
Hingga aku lemah tak berdaya dalam genggamannya.
Kemudian dibawalah aku pulang ke rumahnya.
Keesokan harinya ia bertanya padaku,
“Apa yang bisa kau lakukan?
Apa kelebihanmu?”
Mendengar pertanyaan itu,
seketika suaraku sesak.
Suaraku yang selama ini nyaring,
langsung tergantikan menjadi suara dalam hati.
Lalu dengan lembutnya ia berkata,
“Aku akan membimbingmu
agar kau menjadi penerbang yang anggun.”
Oh, ternyata Sang Tuan ini orang yang baik.
agar kau menjadi penerbang yang anggun.”
Oh, ternyata Sang Tuan ini orang yang baik.
Kicauanku kini mulai terdengar.
Setiap hari aku dirawatnya.
Aku diberi makan yang banyak.
Memang badanku telah berubah.
Semenjak aku begitu giatnya terbang.
Tuan bilang aku burung yang kurus.
Ah aku jadi malu.
Hidup bersama Sang Tuan membuat aku senang.
Aku memang tak sebebas dulu,
bebas terbang kemanapun ku suka.
Kini aku berada dalam sangkar.
Aku tak bisa kemana-mana.
Saat Sang Tuan pergi pun,
aku hanya bisa terbang seluas sangkar.
Sangkar yang tidak besar,
namun cukup memberi aku nafas.
Sang Tuan pernah berkata padaku,
“Maaf jika aku membuat hidupmu tak sebebas dulu.
Aku hanya tertarik padamu.
Aku ingin melihatmu menjadi penerbang yang anggun.
Aku akan mengajarimu menyanyi, berkicau dengan indah.
Aku akan merawatmu dengan sepenuh hatiku.
Aku akan selalu memperhatikanmu, juga sayapmu,
agar kau tetap bisa terbang dengan indah.
Ah yang pasti aku akan menggemukkan badanmu.
Kau harus jadi burung yang indah, yang anggun.”
Saat itu mataku berkaca.
Dalam hati aku berkata,
‘Tuan, aku berjanji. Demi engkau yang telah rela,
yang sabar untuk membimbingku.
Aku berjanji akan memenuhi segala inginmu.
Meski aku tahu hidupku tak sebebas dulu.
Tapi sangkar ini telah mengajarkan aku
agar aku lebih peduli pada diriku sendiri.
Aku akan tetap bersamamu Tuan.
Menemani hari-harimu hingga maut menjemputku.
Dan terima kasih Tuan atas segalanya.”
Ini kenapa komentar2 yang lain ga keliatan ya?
padahal mau baca2in komen yang lain.. hehe
Waduh ini memang belum ada yang komen mbak 🙂