Tentang Kemauan

pict by webmuslimah.com, edit by me

Masih teringat jelas saat saya berhijrah lepas dari pacaran dan memutuskan untuk memakai hijab yang lebih syar’i. Kalau dipikir sekarang rasanya semua takkan terjadi jika saja kemauan yang ada dalam diri saya tidak kuat. Tapi kemauan pun takkan cukup. Butuh kekuatan dari dalam diri serta ikhtiar yang tak pernah putus. Mudah? Tentu saja tidak. Dengan keadaan hati yang masih lemah, lingkungan yang masih sama seperti sebelumnya, seringkali saya nyaris putus asa. Untung saja saya punya Allah Yang Maha Segala-galanya. Tidak ada tempat untuk memohon dan berlindung selain pada-Nya. Seringkali tiap usai sholat satu do’a yang slalu saya panjatkan (bahkan hingga kini), saya selalu minta diberi kekuatan untuk istiqomah dalam kebaikan. Saya selalu ingat satu kalimat yang disampaikan salah satu motivator terkenal di Indonesia, Mario Teguh:

http://marioteguh.tumblr.com/post/79148373699/lebih-baik-berdoa-meminta-kekuatan-daripada
Mungkin pepatah lama, dimana ada kemauan, di situ ada jalan. Ya, memang benar. Dan pada kenyataannya memang berlaku untuk segala aspek kehidupan. Pun barangkali sama halnya dengan kasus yang sedang marak saat ini. Tapi sebelumnya, izinkan saya untuk bercerita sedikit.
Lupa kapan tepatnya, saya pernah diundang oleh salah satu penulis buku anak untuk gabung dalam sebuah grup. Awalnya saya konfirmasi terima, tapi setelah dilihat kok saya masih belum paham itu grup apa. Alhasil saya keluar. Sampai akhirnya Mas Sinyo Egie, penulis itu membagikan sebuah postingan yang buat saya akhirnya tertarik kembali bergabung dalam grup itu. Namanya Peduli Sahabat. Dan barulah saya mengerti apa isi grupnya. Grup ini rupanya adalah bentuk kepedulian Mas Sinyo dan kawan-kawan pada kaum-kaum SSA (Same Sex Attraction). Ini saya copykan saja tentang grupnya:

Peduli Sahabat 

Konsultasi dan pendampingan seputar dunia orientasi seksual dan identitas sosial non-heteroseksual (orang sering menyebut dengan istilah LGBT) 

Latar Belakang 

Semakin maraknya orang dengan orientasi seksual dan identitas sosial non-heteroseksual di Indonesia ternyata menimbulkan keresahan tersendiri di kalangan masyarakat. Kalau sekadar informasi tentang hukum tindakan seksual sesama jenis secara agama, budaya, atau peraturan pemerintah maka banyak orang bisa mencarinya secara gratis di Internet. Hanya saja masalah yang timbul bukan semudah itu. 

Masyarakat membutuhkan informasi seputar orientasi seksual dan identitas sosial non-heteroseksual secara objektif, baik yang pro atau kontra. Mereka juga memerlukan bantuan โ€˜gratisโ€™ apabila, salah satu dari mereka dan kerabatnya, merasa tidak nyaman dengan orientasi seksual atau identitas sosial non-heteroseksual. Apa yang sebaiknya mereka lakukan agar bisa mengikuti aturan agama, budaya, dan peraturan pemerintah meskipun โ€˜berbedaโ€™? 

Visi 

Menjadi sahabat, dalam norma agama dan budaya Indonesia, bagi individu yang mempunyai orientasi seksual atau identitas sosial non-heteroseksual dan keluarga serta orang terdekatnya. 

Misi 

Memberikan pendampingan dan konsultasi secara pribadi kepada individu yang merasa hidup tidak nyaman dengan alasan sebagai berikut.
  1. Istri/suami yang mengetahui (baik secara langsung atau tidak) pasangannya berorientasi seksual atau beridentitas sosial non-heteroseksual.
  2. Orang tua yang mengetahui (baik secara langsung atau tidak) anaknya berorientasi seksual atau beridentitas non-heteroseksual, atau sebaliknya.
  3. Keluarga dan saudara dekat yang mengetahui seseorang mempunyai orientasi seksual atau beridentitas sosial non-heteroseksual.
  4. Seseorang yang mempunyai orientasi seksual atau beridentitas sosial non-heteroseksual. 

Tujuan 

Menjadi sahabat terbaik, sesuai norma agama dan budaya, bagi setiap individu yang mempunyai orientasi seksual atau identitas sosial non-heteroseksual dan keluarga serta orang terdekatnya.

Saya jadi merasa bersalah sempat left tanpa melihat lebih dulu apa isi grup itu. Karena setelah mempelajari dan membaca postingan-postingan di dalamnya, membuat saya terenyuh dan merasa sangat salut dengan pejuang-pejuang SSA yang ingin dirinya kembali menjadi normal a.k.a suka dengan lawan jenis. 
Apa yang membuat saya begitu terenyuh? Karena sebagian mereka ada yang sudah berkeluarga bahkan punya anak. Ada juga yang masih berjuang mencari pendamping hidup sampai yang pernah saya baca pernah ada anggota grup yang masih sangat muda. Mereka semua tidak malu untuk berbagi cerita dalam grup. Cerita-cerita yang membuat saya akhirnya menyadari bahwa kaum-kaum tersebut memiliki alasan di balik perilaku menyimpang tersebut. Dan kebanyakan kita seringkali lebih mudah untuk menghakimi ketimbang memberi solusi. 
Maka saya bersyukur mengenal Mas Sinyo (meski lewat dunia maya). Beliau dan kawan-kawan lebih memilih untuk merangkul dan menyediakan wadah agar semua sama-sama belajar dan mau peduli dengan sahabat-sahabat di sekitar kita. Mas Sinyo memang sering mengingatkan, kita semua adalah saudara, dan ‘mereka’ bukan untuk dijauhi, melainkan didampingi dan dirangkul agar kembali ke jalan yang benar.
Lalu kembali lagi, apa yang ingin saya sampaikan sebenarnya bersambungan dengan soal kemauan tadi. Saya yakin para pelaku SSA yang bergabung dalam Peduli Sahabat tersebut adalah orang yang memang memiliki niat atau kemauan. Kemauan untuk mencari tahu lewat jalan yang benar, kemauan untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi. Bahkan salah satu pelakunya mengakui sendiri, bisa dilihat video rekamannya di sini: https://www.youtube.com/watch?v=p1j5vn7W0PA&feature=youtu.be. 
Lagi-lagi tentu saja kemauan takkan cukup. Butuh ikhtiar. Dalam kasus SSA tadi, anggota yang memiliki cerita masa kelam masa lalunya juga berjuang bahkan harus menjalankan beberapa PR dari pendamping Peduli Sahabat. Meski awalnya berat untuk dijalankan, dengan niat mereka yang kuat, tentu saja tak ada yang mustahil. Apalagi bagi-Nya. 
Apa yang ditanam, itulah yang dituai. Kini mereka sudah berubah. Bahkan saling membantu anggota-anggota yang masih menjalankan PR. Bahkan beberapa juga sudah berhasil membangun keluarga yang normal. 
Maka semuanya, adalah bermula dari kata kemauan. Jika kemauan sudah muncul, tinggal ikhtiar yang dikuatkan. Dan yang terakhir, do’a pada-Nya agar slalu diberi keistiqomahan.
Ya, semoga saja Allah selalu memberi kita kekuatan untuk istiqomah dalam kebaikan ๐Ÿ™‚

Ade Delina Putri

Blogger, Stay at Home Mom, Bookish,

4 comments to “Tentang Kemauan”

You can leave a reply or Trackback this post.
  1. Fikri Maulana - Maret 2, 2016 Balas

    Setiap orang pasti punya kemauan dan kebanyakan dari kita suka males buat ngejalanin tapi sering berharap terus-terusan… coba deh buat percaya sama apa yang dilakuin dulu, ga bakal sia-sia kalo emang udah niat dari awal ๐Ÿ™‚

  2. Tira Soekardi - Maret 1, 2016 Balas

    semakin kita menghujat dan menghakimi semakin mereka jauh dan gak mau kembali ya mbak

Leave a Reply

Your email address will not be published.