Undzur ma qal, wa laa tandzur man qal = lihat apa yang dibicarakan, jangan lihat siapa yang berbicara.
Seringkali kita masih melihat siapa yang berbicara. Kalau kita rasa dia pantas, kita anggap layak. Tapi kalau kita merasa dia belum pantas, kita justru menganggap kita hanya sedang ‘dinasihati’ oleh orang yang sok tahu dan bukan apa-apa. Padahal, kalau saja kita mau melapangkan hati sedikit, kita bisa mengambil pesan yang orang sampaikan walau mungkin ‘derajat’ usia dan pengalamannya belum di atas kita.
Terlebih di zaman serba canggih ini, ilmu dan teknologi sudah jauh lebih berkembang. Maka wajar jika kita menemukan banyak informasi, termasuk di internet. Maka untuk menimba ilmu pun sekarang sudah tidak perlu jauh-jauh. Bertebaran artikel tentang pernikahan, bertebaran artikel parenting, dan bertebaran artikel-artikel lainnya, yang semuanya bisa dibaca secara bebas. Bebas inilah yang membuat semua umur bisa membacanya.
Pertanyaannya, apakah selalu yang berpengalaman yang membaca? Tidak kan. Ada single yang rajin membaca artikel tentang pernikahan dan parenting, ada ibu baru yang rajin baca tentang tips-tips parenting bahkan sebelum anaknya lahir. Ketika si single menikah, maka wajar jika ia sudah tahu beberapa hal yang ada dalam pernikahan. Ketika anaknya lahir, wajar si ibu mengerti tentang cara mengasuh dan mendidik anak yang benar. Ya kira-kira seperti itu contohnya. Ditambah jika si single dan ibu tadi baca buku juga, maka semakin bertambahlah informasinya.
So, ketika misalnya si single dan si ibu tadi berbicara atau menulis tentang pernikahan dan parenting, tidak bisa juga dibilang ‘sok tahu’. Mungkin mereka memang baru memasuki biduk rumah tangga dan menjadi ibu, tapi ketika mereka hanya menyampaikan informasi, sepertinya tidak ada yang perlu disalahkan. Karena biar bagaimana pun, informasi yang mereka sampaikan tidak mutlak salah, walaupun mereka memang belum berpengalaman.
Yang kedua, undzur ma qal wa laa tandzur man qal. Jangan sampai kita jadi tidak menghargai orang hanya karena merasa bahwa usianya di bawah kita atau belum berpengalaman. Sebab, siapa yang berbicara terkadang tidak begitu penting. Tapi bisa jadi apa yang dibicarakannyalah yang bisa memberikan kita informasi atau pengetahuan baru untuk kita 🙂
Wallahu a’lam bishshawab
siapapun yg bicara, apapun yg disampaikan harus sesuai kenyataan dan fakta yg ada… kecuali ngarang2 hi2
Nah itu, makanya harus bisa dipertanggung jawabkan 🙂
Nah itu, makanya harus bisa dipertanggung jawabkan 🙂
Kadang hal itu yang membuat yang "muda" itu minder mbak… kurang asam garam katanya. Hehe. Saya sih lebih memilih menjalani dulu, dan bicara sesuai yang saya jalani, walau misal saya tau sesuatu yang belum saya jalani dr "pengalaman" di buku, tp lebih memilih keep silent, bicara kalau dimintai pendapat aja. Hahaha
Hihi lebih baik diem aja dulu ya Mbak 🙂