Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Cintailah orang yang kamu cintai sewajarnya, boleh jadi pada suatu hari kelak ia akan menjadi orang yang engkau benci. Dan, bencilah orang yang kamu benci sewajarnya, boleh jadi pada suatu hari kelak ia akan menjadi orang yang engkau cintai.” (HR. At-Tirmidzi)
Saya tidak tahu mengapa suka sekali dengan hadits yang satu ini. Tapi Rasul nabi kesayangan sekaligus kekasih Allah yang sudah jelas teladan dan kata-katanya tak patut diragukan. Beda dengan sekarang. Sekalipun ustadz dan para petinggi-petinggi mempunyai jabatan yang lebih, tapi ia tetaplah manusia biasa. Sama seperti kita, banyak salah dan khilaf. Maka jika dikembalikan ke hadits di atas, sudah seyogyanya kita mengikuti anjuran Rasul, mencinta dan membencilah sewajarnya pada manusia. Lagi pula sesuatu yang berlebihan selalu tak baik bukan?
Fenomena saat ini buat saya pribadi cukup mengerikan. Saya pikir hanya sebatas copras capres kemarin yang saling menjelekkan satu sama lain. Tapi bila ditelaah lebih dalam, ternyata sudah sejak sebelumnya dan bahkan sampai seterusnya selalu ada yang seperti itu. Setuju pada yang dicintai dan tidak setuju pada yang tidak disuka. Mungkin itu sebabnya seseorang pernah berkata, “Undur ma qal, wala tandur man qal.” Lihat apa yang dibicarakan, bukan lihat siapa yang berbicara.
Aduhai, sungguh tak elok rasanya bila kita hanya menyimpulkan segalanya dari satu sisi. Sama seperti hidup ini, bukan seperti bangun datar yang hanya memiliki satu sisi, tapi hidup adalah bangun ruang yang memiliki banyak sisi. Eloknya jika kita membaca suatu informasi, jangan hanya diambil sepenggal. Tapi ambil seluruhnya. Dengan begitu mata hati kita bisa melihat lebih luas. Syukur-syukur dan lebih bagus lagi kita tabayyun dulu.
Inilah fenomena yang saya lihat:
– Setuju pada yang dicintai dan tidak setuju pada yang tidak dicintai sekalipun mungkin benar
– Menyebar informasi tanpa tabayyun dan hanya mengambil sepenggal, akibatnya banyak orang ikut-ikutan salah paham dan menyalahkan. Bahkan lebih buruknya menjelek-jelekkan. Astagfirullah.
– Menyimpulkan sesuai pikirannya tanpa bertanya pada narasumber langsung terlebih soal agama.
Ya Allah, miris :'(
Kalau kita tak tahu, ada baiknya kita diam. Diam memang tak selamanya emas, tapi berbicara juga tidak selamanya menjadi permata.
“Orang yang paling banyak dosanya di hari kiamat adalah orang yang paling banyak terlibat dalam pembicaraan batil” (HR. Ibnu Abidunya)
Rasulullah SAW pernah memberikan wasiat kepada Abu Dzar. Dalam wasiat itu, ditegaskan demikian, “Aku berwasiat untukmu agar berakhlak baik dan tidak banyak bicara. Keduanya adalah amalan yang paling ringan untuk dilakukan oleh tubuh. Tetapi, dua hal itu nilai pahalanya akan memberatkan timbangan perbuatan kelak di akhirat.”
sumber: https://www.facebook.com/islamselalumengajariku/posts/559808950766091
Semoga Allah slalu melindungi kita dari bermacam kebatilan.
Ya Allah tunjukkanlah yang haq itu haq dan yang bathil itu bathil.
Sungguh hanya Engkaulah kebenaran sejati.
Sungguh hanya Engkaulah kebenaran sejati.
Cintailah orang yang kamu cintai sewajarnya, boleh jadi pada suatu hari kelak ia akan menjadi orang yang engkau benci. Dan, bencilah orang yang kamu benci sewajarnya, boleh jadi pada suatu hari kelak ia akan menjadi orang yang engkau cintai." (HR. At-Tirmidzi)
Ini mirip dengan apa yang ditulis orang Barat -" Don't love your friends too much because someday the will be your biggest enemy,. Don't hate your friends too much because someday they could be very your best friends". Saya yakin orang bule itu mengambil dari HR. At-Tirmidzi. Ini hanya dugaan saya aja
hihi saya malah baru tau ada orang barat yang nulis sama 😀
karena sesuatu yang berlebihan itu memang tidak baik. walaupun yg berlebihan itu hal baik. contohnya saja ibadah, jika dilakukan berlebihan namanya jadi bid'ah.
salam kenal mbak ade, blognya bagus. saya izin follow ya.
iyaph betul
Salam kenal juga. Terima kasih 🙂