Sudah lama rasanya tidak menulis Lessons of Quarter Life Crisis. Apakah itu berarti QLC saya sudah berakhir? Oh sepertinya saya belum bisa menjamin. Masih banyaklah yang harus dibenahi. Hanya saja kemarin-marin memang lagi malas nulis saja rasanya. Kehilangan gairah. Entah kenapa.
Tapi malam selalu ada saja yang bisa direnungkan.
#Lessons of Quarter Life Crisis: Kita semua manusia sama
INSECURE. Satu kata yang mungkin akan jadi tema tulisan ini. Tapi tidak. Saya akan menuliskannya dengan judul: KITA SEMUA MANUSIA SAMA. Yah mirip-mirip dengan postingan #LoQLC: Hidup Tidak Selalu Menyenangkan-lah. Tapi sepertinya sekarang saya bakal menekankan bahwa TIDAK ADA MANUSIA SEMPURNA.
Media sosial mungkin bisa dibilang pengganggu terbesar saat ini – kalau tidak mau disebut musuh. Di samping segala hal positif di sana, tak dipungkiri sebagian besar hal negatif juga terjadi di media sosial. Rasa iri, merasa diri tidak berharga, merasa diri paling menderita, atau yang paling parah merasa diri paling merana di SELURUH DUNIA hanya karena tulisan dan foto-foto yang terpampang di lingkaran dunia media sosial.
Salah siapa? Salah diri kita yang tidak bisa mengendalikan diri. Kita tahu kelemahan kita. Kita tahu rasa itu muncul begitu saja dalam diri. Setelah melihat postingan orang lain, lantas kita berpikir jahat pada mereka atau diri sendiri.
Kita (selalu) tidak bisa mengendalikan orang lain
Apa yang bisa kita salahkan dari orang lain? Tidak ada. Kita tidak bisa mengendalikan sikap orang lain sebagaimana kita inginkan. Sebab kita juga tidak pernah tahu niat apa yang tertulis di hati orang lain.
Apa yang kita sangka buruk, bisa jadi bukan begitu sebenarnya. Apa yang kita pikir itu jahat, barangkali hanya pikiran kita yang sedang menipu diri kita sendiri. Karena lagi-lagi SEBETULNYA kita memang tidak pernah tahu apa niat orang lain.
Kalau memang kita sudah merasa tidak nyaman, mungkin ada baiknya kita berhenti dulu membuka media sosial. Kalau segala tulisan atau foto orang lain terasa memuakkan kita, mungkin ada baiknya kita tutup dulu media sosial. Kalau segala motivasi orang lain bahkan sekaliber psikolog atau motivator terkenal sekalipun terasa omong kosong bagi kita, mungkin ada baiknya kita enyah dulu dari media sosial.
Di sisi lain, kita sering lupa bahwa dunia ini selalu berjalan seimbang. Yang kita lihat selalu hanya indahnya. Kita lupa bahwa setiap manusia punya ujiannya masing-masing. Mungkin tak terlihat karena kebanyakan tak ada yang mau mengumbar ujian kehidupannya.
Kita sering lupa bahwa SETIAP manusia punya ujian
Tapi, sebetulnya, PASTI selalu ada saja terselip kekurangan orang lain yang bisa kita lihat sendiri. Selalu ada berita-berita menyedihkan dari orang-orang yang terkena ujian sakit berat, hidup serba kekurangan sampai butuh pertolongan, atau sebenarnya jika mau disadari, hidup kita rasanya JAUH lebih beruntung dibanding orang-orang yang masih harus berjuang di luar sana.
Ya, saking ‘terlenanya’ melihat yang indah-indah, kita lupa melihat yang kurang. Melihat yang ada di bawah kita. Melihat bahwa semua orang TERNYATA PUNYA ujiannya sendiri-sendiri.
Lagi, kalau memang kita merasa diri sudah tidak nyaman. Kepala jadi terasa berat, bahkan badan terasa tidak enak, mungkin saatnya kita kembali ke dunia nyata. Menyelesaikan apa yang perlu kita selesaikan dengan seharusnya. Menyapa anak, pasangan, orang tua, saudara, sahabat, kita.
Tuhan selalu Maha Adil
Sesekali ke luar bertetangga dengan nyata. Sesekali pergi agak jauh untuk melihat kiri kanan. Agar kita tahu, bahwa dunia ini sungguh tak sesempit media sosial. Dunia ini sungguh luas. Luas dengan segala nikmat-Nya. Dan luas dengan segala ujian-Nya.
Bukan salah teorinya, bukan salah motivasinya, bukan salah postingan bahagia orang lainnya. Mungkin kita sendiri yang seharusnya pandai-pandai mengatur diri. Kitalah yang bisa mengendalikan diri sendiri. Karena kita yang tahu diri kita.
Ujian kita, barangkali terasa berat. Tapi kita bukanlah satu-satunya yang paling merana di dunia ini. Kita bukanlah satu-satunya yang diberi kesedihan. Tuhan Maha Adil. Itu selalu.
kehadiran media social memang punya sisi baik dan buruk. sepakat banget jika kita harus menepi sejenak dari media social saat hati kita sedang tidak kondusif. Karena justru akan berdampak kurang baik untuk diri sendiri dan orang lain.
kehadiran media social memang punya dua sisi yang harus selalu diwaspadai. Aku sepakat jika hati sedang tidak kondusif, sebaiknya jauhi sosmed.