![]() |
https://pixabay.com/id/kantor-catatan-notes-pengusaha-620817/ |
Katakanlah saat menulis tentang Kesabaran dan Pengingat Diri misalnya. Esoknya saya langsung diuji dengan kesabaran tingkat tinggi. Lalu setiap kali saya ingin marah, saya seperti ditegur oleh diri sendiri. Baru saja kemarin kamu menulis tentang kesabaran, lalu mana sabarmu? Apa kau tidak malu? Sontak saja rasanya saya ingin marah. Ya marah pada diri sendiri. Pada seseorang yang berada di dalam diri saya. Tapi saat marah itu berhasil saya keluarkan, lantas saya malu. Sangat malu pula pada diri sendiri. Lebih tepatnya karena saya sudah menulis.
I’m not perfect
![]() |
http://www.salingsapa.com/artikel/read/kajian/8332/selagi-allah-menutupi-aib-kita.html |
Kembali ke menulis. Layaknya suami yang sering bercerita, bahwa alasan ia tidak lagi menulis adalah karena ia takut. Takut tidak sesuai dengan tulisannya. Memang, berat kadang menulis itu. Apalagi menulis tentang hal-hal kebaikan. Sebagai penulis, kita dituntut untuk menjadi pengamal pertama dalam tulisan kita sendiri.
Terus menulis
Lantas apa saya benar-benar ingin berhenti menulis? Tidak 🙂 Karena saya ketagihan untuk diingatkan. Saya merasa punya asisten pribadi yakni tulisan-tulisan saya. Saat saya ingin marah, saya harus ingat bahwa saya pernah menulis tentang sabar. Saat saya ingin menyerah dari masalah, saya harus ingat bahwa saya pernah menulis cara menghadapi masalah. Dan seterusnya.
Baca: Tulisanku Jadi Teguranku
kenapa harus berhenti menulis? ketika tulisan kita bermanfaat bagi orang lain
Yap, karena itulah sampai sekarang saya belum berhenti menulis 🙂 Sebenernya bermanfaat buat diri sendiri juga sih 🙂
ya memang sudah fitrahnya begitu, manusia memang tidak sempurna, ada sehat ada sakit kadang bijak kadang tidak…
salam
Yap bener banget Mas. Semoga semua bisa memahami fitrah itu ya 🙂
Kalau saya pribadi simple saja sih. Menulis itu mengikat ilmu dan memperbaiki diri, dengan menuliskannya itu kita jadi lebih tahu kita itu sperti apa, minat kita apa, sehingga bisa menjadi indikator diri menuju kesempurnaan. 🙂
Setuju. Poinnya mengikat ilmu dan memperbaiki diri. Like it 🙂
Tapi sekarang Tere Liye sudah terkenal, bahkan oleh orang yg belum baca bukunya 😀
Haha iya. Tapi kerennya beliau itu selalu konsis gamau nyantumin bionya lho 😀
Kalo menurut orang mungkin malah ga berat sih mbak tulisan saya. Yang bikin berat malah saya sendiri :v
Aku selama ini tujuannya u/ sharing mbak hehheehe semoga bisa bermanfaat sih. Aku baru pertama mampir ke blog Mbak Ade. Tulisannya dalem yah Mbak 🙂
Keep writing Mbak:D
sesekali mempertanyakan niat menulis itu baik agar kita mawas diri.
ee komen ini juga perlu dipertanyakan niatnya. jangan-jangan untuk riya' 😀
Huum Mbak. Mawas diri itu emang perlu banget, biar ga kebablasan 🙂
Aku jadi ikut ngaca dan mengingat2 tulisanku sebelumnya mbak, trims pengingatnya yah.. Menulis bukan kutukan, ia ujian utk kualitas diri kita, mungkin gitu ya 🙂
Betul Mbak, tulisan meningkatkan kualitas diri kita 🙂