credit: Pixabay |
Ada lagi link artikel atau berita yang akhir-akhir ini banyak bertebaran yang judulnya provokatif, terkesan wow padahal kalo diklik linknya ZONK! Nggak sesuai sama judulnya! Tapi komen-komennya, wuw seolah-olah sudah baca isinya. Ya yang keburu emosilah, yang keburu sok-sok iye, tapi yang lebih parah adalah yang keburu ngeshare! Hiks sedih.
Kasus lain lagi dalam dunia perkuisan di medsos. Padahal syarat-syaratnya sudah sudah ditulis dengan jelas, tapi masih ada aja pesertanya yang nggak matuhin syarat. Di syaratnya ditulis, “tidak kurang dari 100 ribu.” Eh jawaban di komen-komennya malah rata-rata di bawah 100 ribu huhu. Entah nggak paham, nggak lihat, atau memang nggak baca *eh.
Jadi wajar aja, kalau di antara mereka ada yang menimpali, “dibaca dulu sampai habis dong, baru komentar”, “dibaca dulu yang bener, jangan asal komentar.” Yes, harusnya dibaca dulu yang benar sampai habis, baru komentar. Kayaknya nggak susah kan. Jangan sampai hal ini ada orang yang menyamaratakan semua orang Indonesia begitu. Karena ada lho yang komen “Orang Indonesia ini kebiasaan, nggak baca sampai selesai.” Padahal yang komentar begitu juga orang Indonesia. Haiyaa!
Budayakan baca dulu baru komentar. Telaah dulu, baru share.
Hal-hal kayak gini nggak sekali dua kali saya lihat. Seriiiing 🙁 Duh, ternyata bukan cuma copy paste yang sudah jadi budaya, tapi komentar dulu-baru baca pun sepertinya sudah jadi budaya yang merebak 🙁
Sama halnya dengan soal share. Sebelum membagi suatu berita atau artikel, pastikan kita sudah benar-benar baca isinya. Jangan tertipu dengan judul. Sekarang memang zamannya membuat judul yang fantastis, yang wow. Apalagi tujuannya kalau bukan untuk mencari traffic. Semakin banyak yang ngeshare, semakin tinggi pula traffic si pembuat atau pemilik website artikel tersebut. Tinggi dari mana? Tinggi dari mereka yang benar-benar ngeklik link artikelnya hiks. Kalau sudah tinggi, maka si pemilik websitelah yang diuntungkan dengan penghasilan yang bisa dibilang tinggi 🙁 Sedangkan kita di sini, hanya tertipu dengan judul, tapi ikut andil meninggikan traffic dia. Aduh sedih banget deh.
Kalau memang kita malas baca, ya tidak usah komentar dan bertanya, apalagi sampai ngeshare. Dibanding mempermalukan diri sendiri jika tahu bahwa komentar atau pertanyaan kita sudah ada dalam tulisan tersebut. Dan malu kalau ternyata kita hanya menyebarkan artikel atau berita yang sama sekali kosong dan nggak bermutu.
Yuk guys, mulai sekarang kita budayakan baca dulu, baru komentar. Telaah dulu, baru share. Nggak usah buru-buru. Toh media sosial juga nggak akan lari kok. Gunakan kecerdasan kita dalam bermedia sosial. Tidak semua yang ada di media sosial harus kita komentari. Tidak semua harus kita share. Selama kita membaca, kita bisa menilai komentar seperti apa yang pantas diajukan. Selama kita menelaah, kita bisa menilai mana yang bisa kita share dan tidak.
So stay smart, guys! 🙂
judul yang wow kadang tak se-wow kontennya…pinter pinter pilih aja kalau mau share info ya mbak
Betul Mas 🙂
Aku pernah kan share foto anakku yang lagi sakit plus artikel. Nggak tahunya ada yang komentar "keren". Batinku, sakit kok keren? :v
Aduh -_-
Kadang ada lho yang cuma liat gambarnya doang. :v
Iya tulisannya ga dibaca ya 🙁
Bener banget, sama aja nih share2 di grup, padahal nggak bener beritanya ya Mbak
Salam kenal ya Mbak, aku follow, folbek ya 🙂
Iya Mbak -_-
Oke, terima kasih 🙂
Pernah ada yg komen muji2 di blogku ttg review hotel yg aku tulis.. Lgs kliatan dia ga baca, lah wong reviewnya review negatif dr si hotel, tp isi komennya malah 'wah asyik bgt mba nhinep disana.. Pgn deh nginep di hotel sebagus itu'. Krik krik krik..
Kalo moodku lg jelek, komen ga nyambung lgs aku msukin spam aja mbak :D.
Mbok yaa diem aja g ush komen kalo memang ga baca yg bener :p
Wkwkwk mungkin cm numpang ninggalin link -_-
Sering sih nge-share link artikel blog, ketika ada komen di sosmed yang bilang ini itu, paling saya balas dengan "sudah baca tulisannya belum?"
hehe
Haha emang enak ya digituin :v
Saya bisa merasakan ke"gemes"an Mbak Ade Delina Putri
Ya seringkali kita (juga saya) agak mis membaca beberapa hal, sehingga kita menanyakan hal yang sebetulnya sudah dijelaskan.
–
Ketika mengadakan GA saya juga sering mengalami hal serupa
–
Saya menjadikan ini tantangan … bagaimana menulis syarat dan ketentuan dengan cara yang sejelas-jelasnya (Walaupun ini juga tidak bisa menjamin bahwa pembaca akan teliti membaca) heheh
kalau sudah demikian … perbanyak sabar! 🙂
Salam saya Mbak
Iya Om, sabar banget 😀
Males baca mendingan diam y mba ahahha…eranya banyak judgement tnp tahu akar permasalahannya. Baca judul langsung teriak dan komen padahal ga ngerti apa2 :/
Iya huhu 🙁