How to be a True Muslimah? – Menuju Istri yang Baik

Alhamdulillah Minggu kemarin tepat tanggal 12 Oktober 2014 keinginan saya menjadi bagian dari ‘seksi repot’ dalam sebuah seminar tercapai. Yang lebih membanggakan lagi, acara tersebut terbilang cukup sukses. Dari 300 lebih peserta, 90% menyatakan mereka puas dengan hasil seminarnya. Ah, ternyata begini rasanya diberi testimoni. Membahagiakan hehe.

Seminar yang diusung @MJWJ_Bekasi ini memang memiliki konsep yang berbeda dari yang lain. Selain dikhususkan untuk akhwat (perempuan) tema yang diambilpun sangat menarik. How to be a True Muslimah. Bagaimana menjadi muslimah yang sebenarnya. Yang bukan hanya muslim dan berhijab, tapi juga mengajak muslimah untuk berpikiran lebih maju, memiliki masa depan yang matang dan pada akhirnya bisa menjadi istri bagi suami serta ibu yang baik bagi anak-anaknya.

Diisi oleh empat pembicara yang sudah tak diragukan lagi kiprahnya. Teh Amalia Dian Ramadhini sebagai salah satu founder komunitas Peduli Jilbab, Bunda Nunung Fathur sebagai founder salah satu komunitasnya Aku Cinta Islam. Bunda Septi Peni Wulandari founder dari komunitas Ibu Profesional dan yang terakhir ada Ibu dr. Juli yang saat ini bekerja sebagai PNS, dosen dan bidan. Materi yang disampaikan oleh keempat pembicara tentulah berbeda-beda namun tetap saling berkaitan erat dengan muslimah.

1. Muslimah Syar’i dan Menginspirasi.  (Pengisi: Teh Amalia Dian Ramadhini)

Sebagai muslimah apakah bergama islam saja cukup? Tidak. Muslimah punya identitas yang tak bisa diganggu gugat yaitu hijab. Banyak muslimah yang masih dengan alasan belum siap, maka belum memutuskan berhijab. Karena itulah berhijrah diperlukan. Hijrah berarti pindah. Pindah dari ke tempat yang belum baik menuju tempat yang baik. Namun hijrah seringkali tak semudah yang dikira, banyak cobaan, godaan hingga cibiran. Teh Amal salah satunya. Jalan hijrah yang ia tempuh tak mudah. Namun berkat keyakinannya jika niat berhijrah hanya karena Allah dan Rasul-Nya, in syaa Allah, Allah Maha Memudahkan. Sebab sudah jelas tertera dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 59 dan An-Nur ayat 31:

2. Benar Cinta atau Hanya Modus? (Pengisi: Bunda Nunung Fathur)

Hijrah sudah, berhijab syar’i sudah, terus kalau jatuh cinta bagaimana ya? Bunda Nunung mengisi sesi ini dengan cukup atraktif. Santai dan tak jarang membuat penonton terbahak-bahak dengan gaya ‘nyablak’nya. Zaman sekarang masih banyak saja ikhwan (laki-laki) modus. Bilangnya sih mau ta’aruf sama si muslimah, eh kok masih kirim-kirim sms ngingetin tahajud. Kirim sms ngingetin sholat dhuha, puasa sunnah. Owalah. Keblinger deh. Masih inget dengan kata khalwat? 

Lho kok bisa haram? Kan nggak ketemu. Kan nggak ngapa-ngapain, kan cuma smsan, kan kan kan. Hei muslim yang ganteng dan muslimah yang cantik, ingat bahwa zina bukan saja perkara fisik. Ada hati dan pikiran yang terlibat. Dengan kamu smsan, kamu memang ‘tidak ngapa-ngapain’ tapi apa kamu bisa menjamin bahwa pikiranmu tidak ‘meliar’ dan hatimu tak tergoda?

Daripada daripada ya, lebih baik dihindarkan saja 🙂 Kalau memang benar ia mengajakmu ta’aruf, suruhlah menghadap orang tuamu atau minta tolong pada perantaranya. Entah pada kakakmu, gurumu atau siapapun yang bisa dipercaya.

Ah ya, sesi ini juga diakhiri dengan para peserta mengisi biodata ta’aruf. Yang datanya diserahkan ke bunda Nunung ya siapa tahu ada ikhwan yang ‘nyangkut’ salah satunya :))

3. Peradaban Berawal dari Rumah (Pengisi: Bunda Septi Peni Wulandari) 

Peradaban erat kaitannya dengan perubahan. Bagaimana mungkin perubahan bisa hadir kalau di rumah sendiri tak tercipta? Pembahasan ini mulai masuk dalam ranah menjadi istri dan ibu yang baik. Untuk kedua kalinya saya mengikuti seminar dengan mengundang Bunda Septi, bunda yang satu ini memang membuat saya terkagum-kagum. Bukan saya saja, rata-rata para peserta juga bilang bahwa bunda hebat. Bunda membangun keluarganya dengan diawali mimpi, hampir mirip dengan yang pernah saya bahas di sini.

Berikut konsep dan program yang mungkin bisa ditiru:

Dengan berpegang pada tahapan di atas, bunda bisa menghasilkan tiga anak yang luar biasa hebat. Enes dengan mimpinya untuk menjadi family financial planner, Ara dengan mimpinya punya peternakan sapi, kambing dan sapi serta Elan dengan robotiknya. Masing-masing sudah masuk dalam tahap mengejar mimpi untuk menjadi kenyataan. Subhanallah. Saluuuut.

4. Kesehatan Wanita/Perempuan (Pengisi: Ibu dr. Juli)

Sesi terakhir sekaligus sesi yang tak kalah penting. Menjadi muslimah yang syar’i tentu harus sehat dan kuat juga. Agar kelak saat jadi ibu, bisa menghasilkan anak yang cerdas dan sehat pula.

Materi ini cukup banyak, jadi saya ringkas saja ya yang penting-pentingnya ya 🙂

Mengenal menstruasi:

Dengan berakhirnya sesi dari Bu Juli, berakhir pula seminar ini. Psstt banyak peserta yang mengeluhkan waktunya kurang hiks. Mudah-mudahan ke depannya bisa diadakan lagi ya 🙂 Seminar ini bukan saja berguna untuk jangka pendek, tapi juga jangka panjang ke depannya. Dengan sering-sering mengikuti seminar macam ini, muslimah bisa mendapat banyak pengetahuan. Khususnya pengetahuan bagaimana kelak ketika sudah menikah. Menjadi istri dan ibu yang baik. Mulai dari berhijrah, menjadi syar’i, belajar mengenal cinta yang suci, menikah sampai persiapan menjadi ibu.

Menjadi istri dan ibu yang baik tentu bukan sehari dua hari, yang diharapkan seterusnya kita bisa lebih baik. Agar kelak kita juga bisa meneladani bunda Khadijah yang dicintai oleh baginda Rasulullah Muhammad SAW. Semoga sharing singkat ini bisa bermanfaat. Paling tidak untuk diri saya sendiri 🙂