Kita hidup di zaman yang keadaannya semakin memprihatinkan. Tak terkendali. Bising hingga suara nurani tak lagi terdengar. Bully membully yang sedang marak menambah suasana panasnya. Orang tua salah, guru salah, pemerintah salah, yang pasti semua salah karena semua punya peran. Sekalipun peran utamanya anak, tapi anak tetaplah anak. Masih ingat kutipan seminar parenting dengan @MJWJ_Jakarta Februari lalu, ketika orang tua dan anak ada masalah, maka yang bermasalah adalah orang tuanya. Wallahualam.
Saat acara Semalam Bersama Anak Yatim bersama @MJWJ_Bekasi Ramadhan lalu dalam sesi renungan, sempat diputarkan video kehidupan anak sekolah sekarang. Tawuran, coba-coba merokok, bolos saat pelajaran lalu keluyuran sampai-sampai lari ke minuman keras hingga narkoba. Naudzubillah. Sedih. Pingin nangis rasanya. Ya Allah, inikah generasi kami. Generasi yang justru hidup di zaman berbagai kemudahan ada. Teknologi marak dengan segala kecanggihannya.
Tak sampai situ, yang lebih baru lagi marak video anak SD yang dibully oleh teman-temannya. Dua anak gadis SMP yang bertengkar entah memperebutkan apa. Allah. Ngeri! Sedih. Miris. Marah – entah marah pada siapa. Konyolnya lagi, sekolah bukan lagi jadi tempat belajar. Melainkan tempat memadu cinta. Pacaran. Apakah kewajiban mencari cinta sudah lebih maju hingga dirasa itu menjadi suatu kebutuhan? Astagfirullah.
Sekarang jadi lebih tahu mungkin ini yang dirasakan orang tua. Mengapa selalu marah saat anaknya malas belajar. Mengapa selalu melarang saat anaknya kebanyakan bermain. Mengapa sangat marah saat anaknya pacaran dan mengapa-mengapa lainnya. Ternyata memang tak perlu menjadi orang tua dulu baru merasakan kekhawatiran itu. Cukup dengan sebagai kakak yang punya adik menginjak remaja sudah mengalami yang namanya rasa khawatir. Khawatir adiknya sekolah terbengkalai, khawatir jika ia tak pernah belajar, khawatir jika ia mulai suka dengan lawan jenis namun salah menempatkan, khawatir jika ia punya teman lawan jenis (takut-takut kalau itu pacarnya dan dia tidak mau mengakuinya terlebih takut kalau adiknya ‘diapa-apain’).
Tapi. Saling menyalahkan bukanlah suatu kebijaksanaan. Tugas kita hanyalah menjaga. Menjaga agar semua keburukan terhindarkan. Paling tidak menjaga lingkungan terkecil, keluarga. Bukankah Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ ناراً وقودها النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عليها مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدادٌ لاَّ يَعْصُونَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs. At-Tahrim [66]:6)
credit |
Semoga Allah menguatkan kita untuk menjadi peran sebagai khalifah yang baik. Yang menciptakan generasi penerus yang baik lagi berguna. Sebab merekalah harapan tertinggi keluarga, bangsa dan agama. Aamiin.
Amin , semoga saja ya bu sohibunnisa itu harapan yang terwujud…
Aamiin.
BTW, nama saya Ade, mas (tuh ada di side kanan :D) Sohibunnisa itu hanya nama blog 🙂
Doa kita bagi mereka…
Aamiin 🙂
aminnnn 🙂
Amin Ya Rabbal Alamin…
Aamiin. Menarik nafas dalam2 akan kejadian2 skrg ini ttg anak sekolah
Iya Mak 🙁
anak sekolah sekarang beda sama dulu, sekarang lebih 'berani' tapi ke arah negatif >.<
aduuuh… anak saya besok gimanaaaah >.<
Itulah 🙁
Smoga Allah slalu menguatkan kita ya Mbak