Sampai pada umur dua puluh satu tahun, entah sudah berapa pameran yang saya kunjungi. Tapi mengunjungi pameran yang cukup besar bisa dibilang amat jarang. Seingat saya mungkin hanya dua, Jakarta Fair dan Book Fair. Menjawab rasa penasaran saya selama bertahun-tahun yang belum pernah sekalipun mengunjungi Jakarta Fair, Alhamdulillah tahun 2012 lalu saya ‘memaksakan’ diri supaya tahu bagaimana suasananya. Ah biarlah meskipun kata orang telat, tapi setidaknya saya punya akhir yang bagus :))
Islamic Book Fair tahun 2013 menjadi pameran buku terbesar pertama yang saya kunjungi. Sebenarnya lebih karena ingin menghadiri seminar kepenulisan yang dilaksanakan bersama Asma Nadia. Maklum saat itu sedang giat-giatnya menulis sekaligus bertepatan sebulan saya gabung di komunitas menulis yang dibentuk oleh beliau dan suaminya Isa Alamsyah. Dari sanalah saya bersyukur bahwa ternyata tak selamanya media sosial menjadi momok negatif, justru media sosiallah yang mengenalkan saya pada teman-teman dan pengetahuan baru termasuk adanya Islamic Book Fair ini.
Seselesainya seminar, apalagi kegiatan selain berburu buku. Pameran tentu memberi keuntungan tersendiri dengan adanya potongan. Kalau saja saya tahu pameran besar ini lebih awal, mungkin bisa-bisa saya mengandalkan pameran untuk menimbun buku di rumah 🙂
Pengalaman sekali mengunjungi, membuat saya makin tertarik untuk rutin mengikuti pameran buku semacam ini. Selain IBF, sampai saat ini sudah dua pameran yang saya kunjungi. KGF atau Kompas Gramedia Fair yang diadakan di Jakarta Convention Center April lalu dan BSI Book Fair yang diadakan di Kaliabang Bekasi Utara bulan Mei 2014. Hadir di pameran buku tahun selanjutnya tentu saja harus masuk agenda wajib. Bukan hanya menjadi ajang berburu diskonan, tapi juga ajang temu penulis favorit. Dan ajang ikut berbagai event seperti pengetikkan ulang buku untuk tuna netra yang diadakan BSI Book Fair lalu.
Ajang temu penulis ini menurut saya merupakan keuntungan kedua. Karena selain diadakan secara gratis, biasanya penggemar punya kesempatan lebih besar untuk lebih dekat dengan adanya seminar atau talkshow dan tak jarang bisa tanya jawab secara langsung. Lebih serunya lagi bisa minta tanda tangan di buku oleh penulisnya. Bagi para pembaca terlebih pencinta buku, tentu keuntungan ini tak bisa disepelekan. Bertemu dan tanda tangan penulis tentunya menjadi kenangan yang berharga.
Beryukur bahwa negara kita punya IKAPI. Ikatan Penerbit Indonesia yang dengan kompak mengadakan pameran serupa dengan mengadakan event-event yang juga menarik di dalamnya. Maka saya berharap seharusnya pameran buku ini tidak diadakan selama sepuluh hari sampai dua minggu saja, melainkan yah minimal sebulan. Dengan begitu, pameran diharapkan bisa mengundang lebih banyak penulis. Sebenarnya tak hanya itu juga. Ajang pameran ini sangat bagus terutama untuk anak-anak yang masih sekolah. Menanamkan minat baca buku di zaman teknologi yang semakin canggih. Bukan tak mungkin jika disediakan suasana ramai semacam ini, minat anak-anak akan semakin meningkat.
Saya juga ke sana lho, asik bener dah, tujuan utamanya buat borong buku. Hehehe.
Ditunggu kunbalnya dan komennya 🙂 http://estolagi.com/tentang-tips-dan-cara-menulis-komedi/
Oya? Hehe pastinya itu sih 😀
Oke 🙂