Sedih itu saat orang terdekat mencurahkan hatinya karena tersakiti dengan pembicaraan orang lain. Mau bilang “nggak usah peduli”, nggak bisa juga. Karena perasaan setiap orang kan memang nggak bisa disamakan. Bagi kita, mungkin terasa biasa, udahlah kayak gitu ngapain sih dipeduliin. Tapi bagi dia, bisa jadi merasuk ke hati paling dalam saking sakitnya. Hufth.
Baca: Please Stop Say “Baper”!
Perkara bicara ini memang nggak pernah usai. Karena sepanjang kita hidup, pasti kita bicara *yakali ada orang yang tahan nggak ngomong seumur hidupnya 😂Tapi kan masalahnya isi kepala manusia dengan manusia lainnya sudah pasti beda. Itu sudah jadi keniscayaan. Tentang perasaan pun sudah pasti tak bisa disamakan. Jadi barangkali kembali lagi pada diri kita sendiri. Tentang kendali paling besar yang sesungguhnya ada di tangan kita sendiri. Kitalah yang PERLU mengontrol DIRI.
Makanya daripada sulit mengatur orang lain, mungkin kita sendiri yang harus memperhatikan apa yang sebaiknya kita lakukan sebelum berbicara pada siapapun.
Agar bicara jadi melegakan hati, bukan membebani
- Pandang siapa orangnya
Bukan dalam artian memandang mata, tapi lebih ke ‘melihat’ siapa orang yang sedang kita ajak bicara.
Pernah suatu waktu saya bicara dengan enaknya layaknya ke teman sepantaran, padahal saat itu saya sedang berbicara pada orang yang lebih tua. Di situ ternyata saya lupa dengan siapa saya sedang bicara. Duh, rasanya nyesel banget.
Begitulah artinya kita harus bisa membedakan dengan siapa kita bicara. Bahasa kita ke teman sebaya, dengan bahasa kita ke orang yang lebih tua, tidak bisa disamakan. Sama halnya bahasa kita ke keluarga sendiri, dengan orang lain sudah pasti berbeda. Pun termasuk urusan pemilihan kata, intonasi, sikap yang tidak bisa kita samakan. Hal ini mungkin kelihatan sepele. Tapi percayalah, ketika kita salah ngomong, orang bisa jadi memandang kita berbeda. Karena sebagian besar orang sudah bisa menilai atau punya kesan saat pertama kali bertemu.
- Pemilihan kata
Ini dia yang sudah dibilang di poin pertama tadi. Selain pemilihan kata untuk memandang siapa orang yang sedang kita ajak bicara, kita pun harus bisa memilah kata yang sekiranya pantas dengan situasi saat itu.
Bahkan sekalipun dengan orang terdekat. Situasi saat senang dan sedih sudah pasti berbeda penggunaan kata-katanya agar tidak salah atau malah menyakiti.
Situasi
Masih berhubungan dengan dua poin di atas. Bicara pun harus tahu situasi. Mana mungkin kita bicara senang saat teman kita lagi berduka. Nggak pas lah ya situasinya. Yang dibutuhkan justru pelukan, atau kata-kata yang bisa menenangkan hati.
Intonasi
Kata-kata sudah kita jaga. Kalimat pun dirasa tidak ada yang salah. Maka selanjutnya jangan lupa atur intonasi kita. Kata-katanya baik, tapi kalau bicaranya pakai intonasi tinggi, manalah enak didengar. Bisa-bisa salah paham deh orang itu.
- Ekspresi/Sikap
Siapa bilang ekspresi atau gestur tubuh tidak menentukan bicara itu salah atau tidak. Saya pernah merasakan. Suatu hari, saat di tempat umum saya ketemu orang baru. Isenglah nanya apa gitu saya lupa, dengan maksud mau mengakrabkan diri. Eh ternyata orang yang saya ajak bicara itu jawab dengan gestur yang males-malesan dan ekspresi yang datar. Ya udah saya males lagi untuk bicara sama dia. Lebih baik diam. Karena saya pikir bisa jadi dia memang sedang tidak mau diajak bicara. Yah intinya kembali lagi, pintar-pintarnya kita saja membaca situasi, dan ekspresi orang. Kalau sekiranya nemuin kasus kayak saya lebih baik nggak usah dilanjutkan, daripada makan hati 😂
Gimana? Kesannya mau ngomong itu susah banget ya. Harus begini, harus begitu. Iya mungkin emang nggak enak. Tapi daripada kita menyakiti orang lain dari lidah kita *naudzubillah. Atau malah kita sendiri yang tersakiti oleh orang lain. Ya lebih baik kita sendiri yang mengontrol lidah supaya bicara itu jadi sesuatu yang melegakan. Bukan membebani hati. Juga tak kalah perlu untuk mengontrol hati supaya nggak mudah terpancing emosi. Yah namanya manusia, nggak cuma kita, orang juga pasti punya khilaf kan 😇
*Note to my self!
Memang harus dijaga ya mbak, lisan kita. Pun tulisan. Aku mengalami sendiri. Karena kurang sabar dan tidak teliti saat berpendapat/berkomentar, malah jadi nambah masalah. Hiks 🙁
Iya betul. Tulisan itu seperti kita bicara, harus dijaga juga 🙂
Pemilihan kata itu yang kadang suka salah.. maksudnya begini tapi ditanggapinya begitu, hiks,….
Iya Mbak jadi mungkin balik lagi ke diri sendiri. Krn tiap orang beda pikiran juga sih ya