Waktu SD-SMP, saya bisa dibilang anak yang biasa-biasa saja. Pintar enggak, “bodoh” pun enggak. Cantik tidak, dibilang jelek pun juga tidak haha. Intinya anak yang bener-bener di tengah-tengahlah. Saya siswa yang saklek banget dengan aturan. Baju selalu dimasukkin, nggak pernah dikeluarin. Datang sekolah tepat waktu. Bahkan kalau disuruh potong kuku setiap hari Jum’at, saya juga potong. Dan lagi, saya pernah kesal sekali telat masuk gara-gara menunggu teman pas mau berangkat sekolah.
Yah, makanya saat itu masa sekolah saya tidak terlalu berkesan. Teman pun cuma sedikit yang dekat. Dan prestasi saya pun lagi-lagi masih di tengah-tengah. Saya selalu masuk ranking 10 besar, tapi jarang sekali masuk 3 besar wkwk.
Palang Merah Remaja yang biasa-biasa saja
Tadinya saya mau banget masuk OSIS waktu SMP. Sayangnya saya tidak tahu cara mendaftarnya, karena mungkin sayanya juga yang tidak aktif bertanya. Pun tidak ada yang merekomendasikan saya. Walhasil saya jadi siswa biasa-biasa saja.
Saya masuk ekstra kulikuler (ekskul) Palang Merah Remaja. Sebab itu ekskul yang paling gampang dan tidak repot. Pramuka dan Paskibra kegiatannya sibuk banget. Rohis, yah zaman saya belum sebegitu bagus dan memang saya kurang berminat. Jadilah saya berada di PMR.
Ah lagi-lagi saat itu saya tidak aktif. Entah kenapa PMR juga tidak menggairahkan. Padahal kalau diseriusi, ekskul itu bagus sekali. Akan berguna untuk kehidupan sehari-hari terutama jika terjadi kecelakaan. Saya sempat belajar pertolongan pertama, membuat tandu, dan apa lagi ya, lupa haha. Kayaknya dulu saya sekolah kebanyakan tidur kali ya, sampai sedikit sekali yang saya ingat 😀
Makanya, saya niatin banget pas masuk SMK harus berubah! Biar bagaimana pun, aslinya saya ini kepingin jadi orang yang bisa dikenal banyak orang. Alhamdulillah niat itu tercapai.
Belajar berani dari English Club dan Marching Band
Saya sengaja duduk di baris ke dua dari depan (karena kursi depan sudah penuh semua). Saya mulai berani bertanya pada guru. Iya, saya yang SD dan SMP itu sama sekali tidak berani bertanya. Kalau mau nanya kayaknya takut salah aja gitu. Dari situlah saya punya banyak teman. Dan dikenal banyak guru.
Dari sekian ekskul, saya memilih English Club. Tujuannya sih pengen belajar bahasa Inggris juga. Maklum, saya ini lemot sekali dengan bahasa yang satu ini. Di sana saya juga aktif. Dan hal yang paling berkesan adalah ketika saya kelas 2 SMK, ditunjuk untuk membacakan puisi di acara perpisahan kakak kelas 3.

Karena keaktifan saya, teman-teman menunjuk saya sebagai salah satu yang maju untuk baca puisi dalam bahasa Inggris. Ekskul English Club kebagian mengisi acara paduan suara. Di tengah-tengah ada tiga orang yang akan maju membaca puisi. Dan sayalah salah satunya. Alhamdulillah acaranya lancar, saya dan teman-teman sukses membawakan lagu dan puisinya :’)
Sayangnya, ekskul ini masih kalah tenar dengan ekskul lain yang lebih aktif dan banyak acara. Pengajar kami hanya pernah mengajak kami ke Kota Tua, Jakarta untuk belajar berbicara bahasa Inggris dengan turis-turis yang ada di sana. Yah, tapi saat itu saya nggak berani maju haha.
Ah ya, selain English Club saya juga ikut Marching Band. Ini sebenarnya bukan ekstra kulikuler sih, karena masuk kegiatan yang wajib diikuti. Di Marching Band saya pegang colour guard. Yang letaknya paling depan.
Saya juga belajar berani karena Marching Band sekolah saya cukup sering diundang untuk beberapa acara di luar sekolah. Bahkan saya dan teman-teman juga pernah tampil di depan Walikota Bekasi. Alhamdulillah banget.

Waktu itu saya benar-benar favorit banget sama kegiatan marching ini. Pernah latihan dari pagi sampai sore. Tapi saya happy banget ngejalaninnya. Dan mungkin ini satu-satunya kegiatan yang sangat saya rindukan di masa sekolah.
Saya masih belajar untuk memimpin diri sendiri
Jadi kalau dibilang apa ekskul yang berpengaruh pada kepemimpinan saya sekarang, mungkin bisa dibilang English Club dan Marching Band. Karena dari situ saya jadi belajar berani dan tampil di depan banyak orang.
Mungkin saya belum berbakat untuk memimpin orang. Walau dari sekolah beberapa kali ditunjuk sebagai ketua kelompok, tapi saya merasa tidak puas. Karena belum menjalankan yang seharusnya dilakukan seorang pemimpin yang baik.
Sampai sekarang pun, saya masih belajar untuk memimpin diri sendiri. Buat saya, bagaimana mau memimpin orang kalau kita belum bisa menjadi pemimpin bagi diri kita sendiri. Saya ini mudah terbawa arus. Tapi sekarang, setelah melewati usia 27, saya mulai mengerti banyak hal bahwa biar bagaimanapun kita ini sendirian. Maka dari itu kita harus bisa memutuskan segalanya sendiri.
Kalau terus terbawa arus, kita akan lelah. Dan tidak habis kita menuruti apa yang dilakukan dan diinginkan oleh orang lain. Terus-menerus kita akan diatur oleh orang lain.
So, sampai sekarang saya masih belajar terus untuk benar-benar berdiri sendiri. Bisa merdeka dalam membuat keputusan sendiri tanpa intervensi siapapun. Dan ujungnya, saya berharap saya bisa bahagia dengan apapun yang saya pilih 🙂