Skip to content

Sohibunnisa

Personal & Lifestyle Blog

  • Home
  • About
  • Disclosure
  • Portfolio
  • My Other Blog
  • Toggle search form

Bercanda Melewati Batas? NO!

Posted on Februari 9, 2018Juli 12, 2018 By Ade Delina Putri 9 Komentar pada Bercanda Melewati Batas? NO!
Bercanda. Satu kata yang mungkin kita langsung merasa lucu dengarnya. Bayangan senyuman, tawaan, dan kegelian bisa jadi ada di pikiran kita. Tapi, kalau bercanda itu sudah melewati batas? Bagaimana? 
Hiks, pasti nggak bangetlah ya. Dan bisa jadi candaan itu jadi sama sekali nggak asyik! So, gimana candaan yang melewati batas? Beberapa macamnya teman-teman bisa baca di tulisan Mak Irawati tentang Saat Bercanda Tak Lagi Lucu. 
via Pixabay

Batas setiap orang berbeda 

Ya, setiap orang pasti punya batasnya masing-masing. Semua tidak bisa disamakan. Ya seperti yang pernah saya tulis juga di postingan Please Stop Say “Baper”! Bahwa kadar sensitifitas setiap orang itu berbeda. 
Ada yang kalau misal dicandain fisiknya, dia bisa ketawa-tawa. Dicandain tentang statusnya bisa santai aja. Dicandain tentang sukunya masih nggak masalah. Tapi ada yang sebaliknya. Ketika dikomentar sedikit tentang fisik, status, suku, lantas bisa jadi sangat sensitif dan menimbulkan kemarahan. 
Itu hanya permisalan. Masih banyak contoh yang lainnya. Yang intinya bahwa kadar kelucuan dari candaan pun ternyata tidak bisa disamaratakan. 
Apa yang menurut kita biasa saja, boleh jadi itu sensitif bagi orang lain. Apa yang menurut kita candaan, bisa saja itu menyakitkan bagi mereka. Begitu pun sebaliknya. Barangkali mereka merasa biasa saja, eh tapi kitanya yang terbawa perasaan. 
So, sampai di sini kita mulai mengerti bahwa perasaan setiap orang memang berbeda. Dan ketika sebuah candaan menjadi menyakitkan, bahkan sampai menjadi kemarahan, kesedihan, dan kekecewaan, itu artinya FIX candaan itu sudah tidak bisa dibilang lucu lagi! Yap. Apapun kategori candaan itu. Baik lisan, maupun tulisan. 

Mengukur kadar perasaan diri sendiri dulu

Well, apakah bercanda jadi serumit itu? Ya nggak juga. Tapi kalau kita merasa dewasa, seharusnya kita sendiri sudah bisa memilah mana yang benar, mana yang salah. Mana yang layak, dan mana yang tidak layak.
Jadi kita masih bebas kok untuk bercanda. Senyum dan tertawa dengan siapapun itu. Hanya ya itu tadi, ketika kita tidak bisa memberi kadar batas perasaan orang lain, mungkin bisa kita kembalikan lagi pada diri sendiri. Dan berpikir lebih jauh, apakah candaan itu sekiranya pantas atau tidak 😊 Apakah menimbulkan kemarahan dan kesedihan, atau tidak. Dan faktor lain yang dengan kata lain, kita punya candaan yang tidak menyenggol sensitifitas orang lain. 
Begitchu. 
Ya intinya think smart and wise aja kali ya hehe 😁 Peace ✌️
Uncategorized Tags:#KEBloggingCollab, Collaborative Blogging, Kontemplasi

Navigasi pos

Previous Post: Isi Kotak P3K di Rumah
Next Post: Jangan, Jangan Jadi PHP

Related Posts

Keep smile, keep spirit, positive thinking! Uncategorized
Sebab Bukan Nilai yang Utama Uncategorized
Bahan Mukena yang Nyaman untuk Berbagai Kesempatan Uncategorized
La Tahzan, Jangan Bersedih! Uncategorized
Mudah Dibentuk Uncategorized
Bakmi Mewah, Sajian Mewah yang Mudah Dibuat Sendiri Uncategorized

Comments (9) on “Bercanda Melewati Batas? NO!”

  1. Utie adnu berkata:
    Februari 9, 2018 pukul 2:32 am

    Hmmm sy sempt kluar dr grup WAG krn bahasanny trlalu vulgar jadi mikir juga u.bertahan ktimbang nahan trus tp.ktemu orgnya tetep say hi,,,,

    Balas
    1. adedelina berkata:
      Februari 10, 2018 pukul 2:25 am

      Iya saya pun menghindari grup yang vulgar begitu -_-

      Balas
  2. Tian Lustiana berkata:
    Februari 9, 2018 pukul 3:01 am

    Saya juga gak suka kalau ada yang becanda keterlaluan melewati batas, huhuhu

    Balas
    1. adedelina berkata:
      Februari 10, 2018 pukul 2:26 am

      Iya Mak. Jangan sampai deh kita begitu 🙂

      Balas
  3. Novarina DW berkata:
    Februari 9, 2018 pukul 11:48 am

    Risih juga kalo dengar ada orang yang becandanya udah nggak bisa ditoleransi. Lepas dari dia becandain kita or nggak

    Balas
    1. adedelina berkata:
      Februari 10, 2018 pukul 2:26 am

      Iya Mbak. Kalo udah kelewat batas, mau gimana pun udah ga bisa ditolerir 🙂

      Balas
  4. Witri Prasetyo Aji berkata:
    Februari 10, 2018 pukul 3:39 am

    aku kalao bercanda gitu, mau soal fisik atau status yaa lihat2 orangnya juga Mbak…
    apalagi kalau teman, kan sedikit banyak kita tahulah karakternyaa

    tapi kalo aku lagi bad mood terus dibercandain, yang ada langsung marah2

    Balas
    1. adedelina berkata:
      Februari 10, 2018 pukul 10:26 pm

      Iya Mbak harus lihat dulu siapa orangnya. Kitanya juga pasti nggak maulah ya orang sembarang bercanda tanpa melihat siapa kita 🙂

      Balas
  5. Pertiwi Soraya berkata:
    Februari 13, 2018 pukul 4:53 am

    Kebiasaan kita bercanda memang jatuhnya tanpa sadar yg bercanda jadi seorang bullier ya kan…efeknya ditiru sama yg dengar… Dan begitu seterusnya… Jadinya cara beecanda kita ya gitu… Padahal kalau secara tuntunan bercanda itu juga bukan berarti boleh berbohong. Kalau saya pribafi sih lebih suka jenis candaan bukan sick joke dan sejenisnya

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter

Archive

Popular Posts

  • Pertemuan-pertemuan Itu
  • Dari Ngeblog, Aku Belajar 5 Hal Tentang Kehidupan
  • Momen-momen Ramadhan yang Selalu Berkesan
  • Penginapan yang Bersih adalah Tempat yang Nyaman
  • Kampanye ASI bukan untuk Menghakimi

Category

  • #BPN30DayChallenge2018
  • #GakPaham
  • #LoQLC
  • #ODOPISB
  • Beauty
  • Blog
  • Event
  • Film
  • Food
  • Kontemplasi
  • Kontes
  • Media Sosial
  • Menulis
  • My Story
  • ODOP
  • Review
  • Tekno
  • Tips
  • Traveling
  • Uncategorized

Search

Copyright © 2025 Sohibunnisa.

Powered by PressBook Masonry Blogs