Bulan Agustus lalu saya melihat Instagram psikolog ternama @verauli.id yang mengadakan lomba Agustusan bersama keluarganya. Kelihatan seru. Saya aja yang lihatnya senang. Kreatif gitu keluarganya mengadakan lomba sendiri.
Ah, pandemi memang mengubah segalanya. Tak ada lomba-lomba dan acara Agustusan seperti biasanya. Kecuali orang-orang yang denial akan pandemi tetap saja mengadakan syukuran.
Lomba-lomba saat ini yang belum terlalu berarti
Padahal baru saja tahun lalu di lingkungan rumah saya ada lomba khusus ibu-ibu dan saya ikut. Pikir saya, tahun ini akan ada lagi. Karena saya mau ikut lagi haha. Seru. Walau nggak menang, tapi di situ saya merasa berbaur sekali dengan tetangga.
Lombanya masih standarlah. Memecahkan balon, berjalan dengan tampah di kepala, dan sebagainya. Anak-anak juga makan kerupuk, membawa balon, dan lain-lain.
Tak ada lomba yang berarti memang. Sejak dulu selalu itu-itu saja lombanya. Bahkan dari saya kecil pun ya tidak ada perubahan.
Kita belum mendapat arti perjuangan yang sesungguhnya
Makanya kalau ada ide untuk mengadakan lomba yang lebih bermanfaat, saya setuju sekali. Seperti lomba pidato perjuangan, bikin drama atau teater tentang perjuangan, dan hal-hal yang memang sangat terlihat untuk mendukung para pejuang.
Walau saya juga merasa effortnya pasti lebih besar. Tapi bukan berarti itu tidak mungkin. Bisa saja selama ada yang mau mulai.
Di RT rumah ibu dulu sih, waktu acara puncak Agustusannya sudah ada yang membawakan tema perjuangan. Seperti kakak saya yang main teater. Atau tetangga saya yang baca puisi tentang perjuangan, menyanyikan lagu perjuangan, wah pasti seru sekali.
Di lingkungan rumah saya yang sekarang pun setiap tahun pasti selalu ada acara tasyakuran yang diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tinggal lombanya saja yang belum berbau perjuangan.
Memang lomba-lomba yang ada saat ini sudah turun temurun sejak dulu. Dan kita selalu ditekankan bahwa lomba-lomba itu untuk menghargai para pejuang. Bagaimana susahnya mereka dulu berjuang. Maka itulah ada lomba makan kerupuk, balap karung, mencari koin, panjat pinang, dan sebagainya.
Padahal kalau dipikir sih, ya memang dalam lomba-lomba itu kita berjuang. Tapi sayangnya, dengan lomba itu kita tidak mendapat arti dari perjuangan yang sesungguhnya.
Lomba yang lebih mengena akan jadi lebih bermanfaat
So, saya setuju sekali jika nanti pandemi selesai, tahun depan bisa diadakan lomba Agustusan yang berbau perjuangan. Misalnya saja untuk anak-anak, menyanyi lagu-lagu perjuangan, bercerita tentang pejuang-pejuang terdahulu, atau memakai pakaian adat khas para pejuang. Wah lucu banget ngebayanginnya. Lombanya pun bisa diaplikasikan pula untuk orang-orang dewasanya.
Saya membayangkan dengan lomba itu kita lebih mendapat arti perjuangannya. “Oh, lagu perjuangan ternyata enak juga ya.”, “Oh, ternyata pejuang kita dulu berjuang dengan cara seperti ini.” , “Oh baju yang dipakai pejuang seperti ini.” Dan akhirnya wawasan pun bertambah.
Semoga tahun depan kita bisa mengadakan lomba Agustusan lagi. Dan tentu saja dengan lomba-lomba yang lebih mengena ke tema perjuangan dan bermanfaat untuk wawasan kita 🙂