Kalau ada sesuatu yang tak pernah terbayangkan oleh saya sepanjang hidup, adalah saya menikah dengan suami. Seseorang yang saya damba, yang saya kira terlalu jauh untuk digapai, tapi rupanya Allah sungguh Maha Baik membuat beliau menjadi suami saya sekarang.
Entah sudah berapa kali di blog ini saya menulis tentang hal ini. Sebab, memang begitulah adanya. Menikah di usia muda, dengan seseorang yang tak pernah terbayangkan, jadi suatu hal yang benar-benar sulit saya lupakan sepanjang hidup saya. Maka dari itu terciptalah tulisan dengan judul Jodoh yang Tak Pernah Terduga.
Pernikahan yang tidak pernah saya duga
Saya hanya mempunyai keinginan menikah di usia 23 tahun. Usia yang menurut saya pas untuk seorang perempuan menikah. Dengan siapa, saya memang pernah berharap pada suami. Tapi Allah justru menjauhkan kami tahun 2013. Dan entah bagaimana caranya, 2015 Allah juga yang mempertemukan kami dalam pernikahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Sulit kalau dipikir sekarang. Bagaimana mungkin dia yang memilih menjauh, tiba-tiba juga datang menghubungi saya dan bertanya apakah saya sudah punya calon. Lebih tak terbayangkan lagi saat orang tuanya meminta kami untuk menikah setelah lebaran. Padahal suami menghubungi saya pertengahan puasa.
Demikianlah Allah bekerja. Entah bagaimana caranya, semua urusan selesai tepat waktu. Dan semua rasanya benar-benar dimudahkan. Sekalipun tidak ada acara lamaran yang “WAH”, tidak pula dengan membuat konsep pernikahan yang matang, semua berjalan sempurna.
Walau baju pengantin bahkan baru kami ketahui saat hari H, acara akad dan resepsi berjalan dengan lancar dan seperti apa yang saya mau. Akad kami dipisah, dan kami baru dipertemukan setelah ijab kabul selesai. Masya Allah.
Hal-hal yang saya pelajari dari pernikahan ini
Tapi ada hal yang selalu saya pelajari dari kisah ini. Yakni tentang kepasrahan. Seringkali manusia berharap, dan apa yang diharapakan itu justru malah menjauh. Tapi ketika kita sudah tidak terlalu memikirkan lagi apa keinginan kita dan memilih pasrah akan apa yang terjadi kelak, justru Allah menjawab doa-doa kita dengan caranya yang indah. Masya Allah.
Sungguh indah cara Allah memang. Pandangan kita sebagai manusia memang benar-benar terbatas. Kita mungkin juga tak jarang merasa tahu apa yang kita inginkan, tapi tidak dengan Allah. Allah hanya menjawab apa yang sebenarnya kita butuhkan. Dan yang Allah beri itulah yang sebenar-benarnya lebih kita butuhkan.
Yang kedua saya pelajari, adalah tentang keyakinan. Entah di dalam hati saya selalu meyakini bahwa suami adalah jodoh saya. Tapi saat itu saya memang tidak mau terlalu percaya diri. Itu sebabnya kembali ke poin satu. Saya pasrah saja. Tapi keyakinan dalam hati yang tak pernah luntur, mungkin itu juga jawaban dari Allah untuk memberi petunjuk.
Allah sungguh tahu apa yang terbaik bagi kita
Jadi tak perlu kita meyakin-yakinkan diri. Sebab, keyakinan itu pada dasarnya akan tumbuh sendiri dalam hati. Kalau setitik saja ada keraguan, bisa jadi memang itulah petunjuk dari Allah bahwa sesuatu itu belum kita butuhkan.
Yang ketiga, apa yang terjadi pada kita saat ini, bisa jadi karena ada doa-doa baik dari orang sekitar kita. Orang-orang tua kita, keluarga kita, atau mungkin orang-orang yang pernah kita tolong.
Yang jelas, pernikahan saya dengan suami benar-benar memberi saya pemahaman-pemahaman yang baik. Dan Allah memang jadi satu-satunya Maha Tahu apa yang paling terbaik bagi kita.
“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216)