Tadi sore tiba-tiba aja keinget teman lama. Zaman kita masih sering janji bahwa akan “Forever friendship. Always forever”. Masih sering bilang bahwa pertemanan kita akan everlasting. Lucu juga kalau dipikir. Karena faktanya semua itu tinggal kenangan haha.
Pada akhirnya nggak ada yang abadi. Jangankan abadi, setelah kita lulus pun kesibukan sudah berubah semua. Saya sibuk A, dia sibuk B. Mau ketemuan susah. Mau dikumpulin semua satu geng sama susahnya. Ya udah, mungkin memang begitulah pertemanan di usia dewasa.
Semakin dewasa, teman semakin sedikit. Ada yang masih bertahan, ada yang sudah hilang kontak. Yang jelas, setelah menikah saya sadar bahwa pertemanan abadi itu kayaknya omong kosong. Ya iya apalagi setelah menikah, kewajiban berubah lagi. Ketemuan pun nggak segampang dulu. Mau curhat juga nggak seleluasa dulu. Karena nggak semua hal bisa dibeberin sebagaimana zaman kita masih sekolah. Pertemanan itu ada masanya.
Kesepakatan untuk sama-sama INGIN bertahan
Kita memang nggak bisa memaksakan semua terjadi sesuai mau kita. Kita nggak bisa selalu menahan orang untuk terus ada di samping kita. Yang bisa kita lakukan cuma menjaga. Menjaga gimana biar hubungan pertemanan tetap awet.
Kalau dibilang harus usaha, itu pun bukan hal mudah. Ya, KECUALI memang ada kesepakatan yang kuat dari kedua belah pihak, untuk sama-sama MAU BERTAHAN. Karena kadang kita sudah menjaga, teman kita yang justru memilih pergi. Atau teman kita yang bertahan, tapi justru kondisi kitanya yang tidak memungkinkan.
Hufft. Tapi kerasa banget kok. Semakin dewasa semakin bisa menyadari mana teman yang benar-benar bisa dijadikan sahabat, mana yang better jadi teman biasa saja.
Butuh teman yang lebih deep
Sudah dewasa jelas sudah beda cerita. Kita nggak lagi butuh teman yang hanya ada untuk sekadar nongkrong hore-hore kayak dulu. Bukan juga teman yang cuma sekadar say “Hai” sekenanya aja. Kita, orang dewasa butuh teman yang lebih deep. Lebih mendalam. Lebih nyambung untuk diajak ngobrol obrolan-obrolan yang memang masuk ke masa dewasa sekarang.
Itu sebabnya, semakin dewasa, circle pertemanan kita justru lebih sedikit. Atau, kalau masih mau bilang temannya banyak, ya teman yang deep tadi sudah lebih sedikit. Karena kita tahu, mana yang bisa kita jadikan ‘andalan’ saat curhat. Dan yang kita rasa, dia memang benar-benar juga membutuhkan kehadiran diri kita.
Kata suami pun ya memang begitu. Kita nggak bisa memaksakan diri untuk berteman dengan banyak orang. You win some, you lose some. Kalau kamu mau mendapatkan semuanya, yang dalam hal ini kamu ingin punya teman banyak yang deep, kamu justru akan kehilangan semuanya. Karena kamu menaruh harapan besar pada banyak orang. Sementara tidak semua orang bisa selalu ada untuk kita.
Maka solusinya, cukup dekati satu dua tiga mungkin sampai lima orang saja untuk dijadikan teman dekatmu. Dan kau benar-benar akan menjadi sahabat dengan mereka.
Pasangan sahabat terbaik
So, kesimpulannya apaan sih? Mungkin teman-teman bisa menyimpulkan sendiri. Tapi kalau saya, di usia yang masuk dewasa sekarang, saya cuma bisa bilang, mungkin sahabat terbaik saya saat ini cuma suami. Tempat segala-galanya yang benar-benar selalu ada buat saya. Yang jadi tempat saya bersandar ketika saya sedih dan rapuh. Dan jadi tempat saya joget-joget saat saya bahagia.
Tapi suami pun barangkali tidak bisa selalu mulus. Ada kalanya kami bertengkar. Ada kalanya kami memilih untuk menyendiri dulu. Yah, namanya manusia. Tidak bisa dijadikan sandaran sepenuhnya.
Well, how about you? Bagaimana pertemanan di usia dewasa menurut teman-teman?
Sama… Buat saya juga sahabat terbaik saat ini adalah suami ⚘
Toss Mbak. Pasangan memang sahabat terbaik ya :’)
Aku termasuk yang beruntung punya sahabat yang masih intens komunikasi tiap hari walau kami semua berjauhan. Tiap hari ada aja bahan obrolan. Entah cuma respon stories atau ngebahas hal lain yang lebih serius. Kami gak pernah berharap persahabatan kami abadi. Cukup mereka gak rempeus dan gak banyak drama aja udah bikin aku sayang banget Meski kami udah berkeluarga dan punya anak, komunikasi tetap berlangsung baik. Sejajar lah sama suami, sama-sama ring 1 tempat aku cerita (dan ngeluh + gibah)
Alhamdulillah ya Kak. Beruntung banget 🙂 Semoga persahabatan kalian selalu terjaga ya :’)
setelah menikah aku jarang punay sahabat walau perempuan juga, sama tetangga juga aku gak gitu akrab sewajarnay saja. Munkin karen sejak dulu memang aku jarang punay teman dekat, semua akua nggap teman saja. mungkin karena aku eprnah dikecewakan teman makanya selalu defensif sama orang
Pernah kecewa, memang ga mudah buat nerima yang baru. Gapapa, itu wajar. Dan berteman dg banyak orang itu baik kok 🙂