“Bagaimana caranya agar kita tak menjadi pendendam?”
Pertanyaan itu meluncur dari salah satu teman saya ketika season tanya jawab dalam pengajian dimulai. Dengan baik saya menyimak. Dari panjang lebar jawabannya, saya mendapatkan garis besarnya. Guru saya berkata, “Perbaiki sholatnya. Kalo sholat masih bolong-bolong, belum bener, pasti hati nggak akan tenang. Bawaannya panasan, pengen marah mulu. Tapi kalo sholat sudah bener, insya Allah. Hati pasti tenang!”
Lalu apa yang ingin saya bicarakan disini? “Pentingnya Kesehatan Mental bagi Kehidupan Seseorang.”
Lihat berapa banyak disekitar kita yang mempunyai fisik yang terlihat sehat, namun mentalnya (maaf) terganggu. Mereka berkeliaran di jalan yang terkadang beratribut aneh, berbicara sendiri, atau mungkin menyepi dan menangis sendiri. Waktu kecil saya sangat takut melihatnya bahkan ketika coba didekati, saya akan menjerit dan berlari (oke, jangan dibayangin ya!) Seiring berjalannya waktu, saya jadi memperhatikan mereka dari jauh, miris. Kasihan melihatnya. Timbul pertanyaan, “Kemana keluarga mereka?” “Apa penyebabnya sampai mereka jadi seperti itu.” “Tak adakah yang peduli pada mereka.” Ah peduli. Kapan saya sendiri peduli pada mereka. Mendekat saja saya takut. Takut kalau-kalau saya diganggu. Tapi pertanyaan yang sering terlintas ialah, “Bagaimana iman mereka sebelumnya?” Saya membayangkan, mereka tidak akan mungkin seperti itu jika sebelumnya mereka mendekat pada Tuhannya. Ya seberat apapun masalah, jika kita dekat pada Allah akan berbeda jadinya.
Saya islam, sejak kecil saya dididik keras untuk tidak meninggalkan sholat lima waktu. Dan benar saja, saat sekarang saya dewasa. Barulah saya menyadari mengapa orang tua bersikap seperti itu. Sholat membawa ketenangan! Seberat apapun cobaan, betapapun bermacam-macam ujian menerpa, jika sholat tak pernah kita tinggal, maka akan ada yang menolong kita. Itu PASTI! Siapa yang menolong? Allah SWT. Perhatikan, betapa hati kita tetap tenang. Itulah anugerah yang luar biasa. Maka itu, kita kembali pada yang Maha Menciptakan segala-galanya. Dia pula yang mengizinkan ujian/cobaan itu terjadi. Lalu kemana kalau bukan kita kembalikan pada yang Maha Menciptakan?
Kita sering mendengar ketika pembukaan atau ketika menanyakan kabar, ‘sehat wal afiat’. Yang berarti kita berharap tidak hanya sehat secara fisik, namun pikiran dan mental kita juga sehat. Bandingkan, mana yang lebih baik, kita sakit (fisik) tapi pikiran kita masih tenang, mental kita masih sehat. Dengan sehat secara fisik tapi pikiran dan mental terganggu? Mungkin ini pilihan yang tidak mengenakkan. Tapi satu sisi kita akan memilih yang pertama bukan. Lika-liku hidup akan dengan tenang dijalani jika kita mempunyai mental yang sehat. Untuk memiliki mental yang sehat mendekatlah kita padaNya. Pada Tuhan kita. Allah SWT. Dengan sholat dan berdoa tentunya.
Harapan saya untuk ke depannya, semoga dunia psikologi selalu bisa mengingatkan hal ini. Betapapun panjang lebar kita memberi solusi, akan lebih indah terdengar kala kita berkata, “Sholat. Kembalikan semua pada Allah. Curhat dan mintalah pertolonganNya.” Insya Allah ketenangan akan didapat 🙂
Kritik dan Saran:
Blog nya sudah bagus.
Kolom psikologinya juga cukup bagus. Dengan adminnya yang memang mempunyai background pendidikan psikologi, tulisan dan cerita-ceritanya dibagi berdasar pengalaman pribadi sehingga lebih meyakinkan.
Tulisan ini diikutsertakan dalam event ‘Psychology Giveaway’ yang diselenggarakan oleh d’Paresma
Tema: Seberapa pentingkah “kesehatan mental” bagi kamu terhadap segala aspek kehidupan? dan harapanmu untuk dunia psikologi ke depannya.
Tema: Seberapa pentingkah “kesehatan mental” bagi kamu terhadap segala aspek kehidupan? dan harapanmu untuk dunia psikologi ke depannya.
terima kasih Bunda udah ikut GA saya. ^_^
artikelnya keren..
right! psikolog, psikiater, konselor itu hanyalah perantara, tentu semua dikembalikan pada pribadi msing2 dan Allah juga yg berhak nentuin "jalan hidup" mereka selanjutnya
dan terima kasih juga untuk komentar ttg blognya..heheh iya selama kuliah begitu byk pengalaman yg seru untuk dibagi sekalian buat refresh otak lagi biar gak lupa, biar pas lanjut profesi nanti masih inget juga hehehe
waduh kakak, aku masih remaja 😀 *belum nikah.red hehe
Alhamdulillah, smoga menang *eeh 😀
teruskan kak, kebetulan aku suka banget sama dunia psikologi 😀 suka juga sama tulisan" kakak ^_^