Skip to content

Sohibunnisa

Personal & Lifestyle Blog

  • Home
  • About
  • Disclosure
  • Portfolio
  • My Other Blog
  • Toggle search form

Rendah Hati dalam Beragama

Posted on September 9, 2016Juli 12, 2018 By Ade Delina Putri 6 Komentar pada Rendah Hati dalam Beragama
Ada sebuah video yang cukup menggugah. Bisa dilihat videonya yang sudah saya share di sini. Sudah dilihat? Baiklah jika belum sempat. Intinya dalam video tersebut, seorang yang cukup mumpuni (saya belum tahu nama beliau, sepertinya sih Nouman Ali Khan. Karena saya mengikuti blognya dan kebetulan mirip dengan yang ada di video tersebut) dalam bidang Al-Qur’an, berbicara sebuah nasihat yang barangkali sangat berlaku untuk saat ini.

Inti dari nasihat tersebut adalah betapa kita selama ini masih banyak yang belum mempelajari agama secara keseluruhan, namun sudah merasa diri menjadi lebih pintar. Merasa bahwa kepintaran itu bisa dipergunakan untuk mendebat orang lain. Yang parahnya, membawa-bawa nama ulama. Padahal, kita tidak pernah tahu bagaimana kedudukan orang-orang yang lebih pintar atau ulama tersebut di hadapan Allah.

Hal ini membuat saya teringat, begitu banyak peperangan tentang keyakinan dalam beragama saat ini. Keyakinan yang saya maksud di sini adalah keyakinan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan yang diyakini. Perbedaan dalam konteks beribadah ini, tidak jarang malah menjadi perang yang sepertinya takkan usai sampai kapanpun.

Berikut poin yang bisa saya simpulkan dari video tersebut dan bisa menjadi bahan renungan:

Kerendah hatian dalam ilmu pengetahuan

Fawqa kulli dzi ilmin aaleem.
Artinya: Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui dan tentunya di atas semua itu adalah Allah SWT.

Seringkali karena kepintarannya, manusia menjadi sombong. Merasa bahwa dirinyalah yang paling menguasai suatu ilmu. Hingga tidak jarang, ilmunya dia pergunakan untuk mendebat orang-orang yang masih awam atau tidak lebih pintar darinya. Padahal, ada Allah Yang Maha Mengetahui segalanya. Allah yang lebih tahu kedudukan seorang manusia. Ilmu yang dipergunakan secara salah hanya akan menimbulkan kesombongan dan tentu saja sombong merupakan salah satu ciri orang yang tidak beriman.

Semakin Anda berilmu, semakin rendah hati diri Anda

Pernah dengar peribahasa, semakin tinggi padi, maka semakin merunduk? Apa artinya? Semakin orang berilmu, maka semakin rendah hatilah dia. Merasa bahwa dirinya ternyata semakin bodoh. Semakin tidak mengetahui apa-apa karena ternyata banyak yang lebih pintar darinya. Sebaliknya, jika dia sombong maka teman-teman bisa menyimpulkan sendiri 🙂

Kita tidak bisa sembarang menyesatkan orang lain.

Dalam video tersebut dikatakan, kita tidak bisa menyesatkan orang lain bahwa itu (hadits.red) menyimpang. Lalu berkata ulama itu salah, dia sesat. Maka yang jadi pertanyaan, berapa banyakkah yang sudah kita pelajari dibanding mereka? Juga menyalahkan atau menyesatkan imam dan para tetua. Tahukah kita dengan kedudukan mereka di mata Allah?


Bila kita memang tidak setuju

Pertama, kita tidak sedang dalam posisi memberi fatwa kepada mereka karena pada dasarnya kita tidak punya kualifikasi atau kuasa untuk itu. Dalam sebuah hadits misalnya, ada banyak ulama yang terlibat dalam menyampaikan kesimpulan. Pada akhirnya, masalah menjadi kompleks. Ada isnad, konteks serta pemahaman hadits. Jika yang kita lakukan hanya membaca terjemahan Bukhari dan langsung mendebat orang lain, maka sesungguhnya tindakan tersebut merupakan tindakan yang salah atas sunnah Rasulullah.

Yang kedua, karena kita tidak mengerti bahasanya. Bagaimana mungkin, kita yang hanya membaca terjemahannya, lantas berani berkata seperti itu (menyesatkan.red). Imam As-Syafi’i pernah berkata, yang paling kutakutkan dari pelajar ilmu, adalah pemahaman yang mendalam atas susunan bahasa yang kurang. Imam As-Syafi’i adalah orang yang menghabiskan 1/3 hartanya untuk belajar bahasa arab dan 2/3 nya untuk belajar hadits. Lantas kita? Sudah berapa lama mempelajari Bahasa Arab? Maka tugas muhaditsun dan ulamalah yang berkomentar. Kita harus berhati-hati saat membawa nama Rasulullah SAW. Fas-aloo ahladzikriin. Bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan.

Jadi syarat mempelajari sunnah adalah dengan mempelajari Bahasa Arab secara mendalam. Bukan dengan asal-asalan dan menjadi korban peringatan Rasulullah SAW. Barangsiapa yang berbohong dengan sengaja atas namaku, hendaknya ia persiapkan tempat duduknya dari api neraka. Kita tidak bisa hanya mencari hadits atau artinya lewat googling. Karena kita tidak tahu sharh sebuah hadits, sejarah, konteksnya. Lalu kita berbicara atas nama sunnah, ini merupakan perilaku yang congkak (sombong.red) dan bukan pengabdian kepada agama.

Maka kita harus belajar lagi

Kita masih muda. Dunia tampak hitam putih. Maka jika kita ingin, seriuslah belajar. Jangan bicara tentang ulama lain. Ketika tidak setuju dengan orang-orang yang berilmu, mereka akan mendoakan orang itu disamping tidak setuju dengannya. Karena kita tidak tahu status mereka di hadapan Allah.

Semoga Allah menjadikan kita rendah hati dalam berpengetahuan. Semoga Allah memberikan kita, para ulama kita, kemampuan untuk mengajarkan kerendah hatian kepada orang-orang. Semoga Allah menjadikan kita ikhlas menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh dan tahu kapan harus diam dan menjadi rendah hati.

Notes: Ini hanyalah kesimpulan dari saya berdasarkan video tersebut. Saya tidak akan melayani komentar yang berujung menjadi perdebatan. Sebab banyak hal yang masih saya pelajari. Bila teman-teman tidak mengerti beberapa bahasanya, maka bertanyalah pada yang guru atau yang lebih menguasai. Semoga kita semua bisa rendah hati 🙂

Uncategorized Tags:Kontemplasi

Navigasi pos

Previous Post: Ada Harga, Ada Kualitas
Next Post: Karena Kita Pun Punya Urusan

Related Posts

[Share] Kopdar Akbar Guru Blogger Nasional Bersama Indosat Uncategorized
Jangan Samakan Keadaan Kita dengan Keadaan Orang Lain. Uncategorized
Tentang Pernikahan dan Kedewasaan Uncategorized
Taare Zameen Par, Setiap Anak Unik dan Berbeda Uncategorized
Menjaga Sumpah Pemuda Uncategorized
I think that’s Ideal :O Uncategorized

Comments (6) on “Rendah Hati dalam Beragama”

  1. qurban aqiqah berkata:
    September 9, 2016 pukul 1:35 am

    kita masih muda… harus banyak2 ilmu soal agama untuk hidup kedepannya…

    Balas
    1. adedelina berkata:
      September 9, 2016 pukul 2:03 am

      Setuju 🙂

      Balas
  2. Umi Kudori berkata:
    September 9, 2016 pukul 1:49 am

    Alhamdulillah, saya sangat setuju Mbak.
    Seperti padi makin berisi makin merunduk…
    Membaca ini saya teringat nasehat alm ayah saya "Jika kamu tidak suka pada (person atau perilakunya) palingkanlah kepalamu dan jangan berkata sepatah katapun tentang hal itu"
    Salam kenal Mbak.

    Balas
    1. adedelina berkata:
      September 9, 2016 pukul 2:04 am

      Betul Mbak. Menghindari perdebatan yang tidak perlu juga ya Mbak.
      Salam kenal juga 🙂

      Balas
  3. Irawati Hamid berkata:
    September 9, 2016 pukul 2:20 am

    Amin..
    saya masih terus belajar untuk bisa menjadi pribadi yang rendah hati Mba Ade karena kadang masih sering muncul sikap-sikap sombong

    Balas
    1. adedelina berkata:
      September 11, 2016 pukul 4:07 am

      Smangat Mbak. Saya juga masih belajar 🙂

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter

Archive

Popular Posts

  • Hidup dengan SADAR Itu Menenangkan
  • Tahapan Perkembangan Otak Anak dan Bagaimana Memaksimalkannya
  • Habiskan Sisa Cuti Untuk Traveling? Berangkat Dengan Kereta Api Saja!
  • Ini Sungguh Memalukan, Hiks!
  • Ini Dia Nih Manfaat dari Bergabung Komunitas Online Maupun Offline

Category

  • #BPN30DayChallenge2018
  • #GakPaham
  • #LoQLC
  • #ODOPISB
  • Beauty
  • Blog
  • Event
  • Film
  • Food
  • Kontemplasi
  • Kontes
  • Media Sosial
  • Menulis
  • My Story
  • ODOP
  • Review
  • Tekno
  • Tips
  • Traveling
  • Uncategorized

Search

Copyright © 2025 Sohibunnisa.

Powered by PressBook Masonry Blogs