Waktu saya masih aktif di grup Komunitas Bisa Menulis, saya pernah kirim tulisan. Puisi kalau nggak salah sih. Setelah dikasih kritik dan saran, ada salah satu nasihat guru saya yang menancap sekali sampai sekarang. Mungkin karena pesan ini terlalu nonjok haha. Saya agak lupa pesan pastinya, yang jelas saya disuruh baca gitu deh. Tapi saya malah bilang, “Iya Pak, nanti kalau sempat.”
Dan jawaban guru saya kurang lebih, “Ade, seharusnya bukan sempat. Tapi kamu MAU atau TIDAK.” Jleb, saya langsung malu luar biasa.
Sejak itulah saya menjauhi benar kata “sempat”. Karena saya sadar bahwa sempat hanyalah kata yang digunakan sebagai alibi bahwa kita memang BELUM atau TIDAK MAU menyediakan waktu.
Mengapa ada orang yang bisa produktif?
Pantesan kenapa ada ibu yang anaknya 5, tapi bisa home schooling. Masih aktif pula dengan kegiatan di luar. Atau ibu yang masih bisa jualan online sekalipun punya 3 balita. Ada juga seorang ayah yang sibuknya luar biasa, tapi sama anak-anaknya masih terasa dekat. Itu karena mereka MAU menyediakan waktu. Mereka mau menyediakan waktu buat belajar, buat terus produktif, dan buat meluangkan waktu untuk keluarganya.
Saya sendiri juga ngerasain. Banyak yang bilang, “Kok udah punya dua anak masih bisa nulis? Masih bisa baca buku banyak?” Karena saya MAU menyediakan waktu buat nulis. Buat baca buku. Sesibuk apapun, karena saya mau, jadinya ya sempat-sempat saja. Tidak peduli apapun alasannya.
Yap, kalau kita mau, kita pasti akan cari segala cara supaya kita bisa melakukan hal yang kita inginkan. Entah gimana pun itu. Mungkin si ibu home schooling tadi waktu tidurnya sedikit. Mungkin ibu yang jualan online tadi punya asisten rumah tangga. Mungkin ayah yang dekat dengan anaknya tadi kalau di rumah selalu meninggalkan gadgetnya sehingga bisa fokus dengan anaknya. Dan saya, bisa baca buku karena memang saya mendelegasikan urusan masak ke catering. Sehingga urusan masak bisa saya gunakan buat yang lain. Jadi kalau anak-anak tidur ya saya bisa nulis atau baca buku.
Perkaranya adalah kita mau atau tidak menyediakan waktu
So, intinya adalah kemauan. Kalau kita tidak mau menyediakan waktu, ya urusan kelar. Jangan berharap bahwa kita bisa kayak ibu-ibu lain yang produktif, karena memang kita sengaja tidak menyediakan waktu.
Setiap orang punya jatah waktu yang sama. 24 jam. Bedanya hanya di penggunaan waktu saja. Dan pilihan itu ada di tangan kita.
Maka salah kalau kita hanya silau karena orang bisa ini bisa itu. Karena sekali lagi, perkaranya ada di kita. MAU menyediakan waktu atau tidak.
Ketika kita mau menyediakan waktu, maka yakinlah bahwa kita bisa melakukan apapun yang kita inginkan. Karena kita sudah menemukan caranya. Kita sudah menemukan polanya apa saja yang harus kita lakukan untuk bisa melakukan sesuatu yang kita inginkan itu
Betul mba, mau/tidak menyediakan waktu.
Karena waktu tidak mengikuti tapi kitalah yang harus mengikuti waktu, me-manage nya, memanfaatkan sebaik mungkin.
Yap setuju 🙂
Tulisan mbak bener2 menonjokku. Huhuhu. Seorang kawan ku malah pernah bilang gini yg gak kalah nonjok… Kalau memang cinta, kita tak akan mencari waktu luang, tapi meluangkan waktu.
Ah setuju sekali dengan pesan kawan Mbak 😀
Yang mengatakan “Nanti kalau sempat” adalah tipe orang ragu dalam mengambil keputusan. 😀
Wah mulai skrg aku harus menghilangkan kata “iya kalau sempat” nih hehe mksh mbak pencerahannya 🙂