Perasaan insecure itu rasanya benar-benar nggak enak banget! Apapun yang dilakukan rasanya kuraaang aja. Entah ini sifat perfectionist, atau memang sukanya ya menyusahkan diri sendiri aja 😑
Insecure itu kan artinya merasa tidak aman. Jadi kalau lagi merasa kayak gitu, rasanya nggak percaya diri aja bawaannya. Melakukan A, udah PD nih, tapi begitu lihat hasil orang lain, langsung merasa ciut. Kayak apapun yang saya lakukan rasanya di mata sendiri tuh kayak nggak pernah bagus aja huhu 😭 “Kok dia lebih bagus ya?”, “Kok dia lebih baik ya hasilnya?” 😭
Semua orang tidak harus sama kok!
Sampai kemudian saya capek sendiri. Dan mikir, “Apa semua orang itu harus sama?”
Lalu sisi lain saya berkata, “YA, ENGGAK DONG!” Semua orang itu kan pada dasarnya unik. Dasarnya semua punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kalau semua orang harus sama, lantas apa dunia ini akan indah?
Ya gitu, jeleknya, karena perasaan insecure, saya jadi tidak bisa melihat apa kelebihan saya. Dan yang lebih parah, ujungnya bisa-bisa merasa diri ini tidak bermanfaat 😭
Jujur saya masih bingung apa yang mau saya kejar. Banyak sekali hal yang ingin saya coba. Tapi setiap kali saya mencoba sesuatu, dan melihat orang lain (dengan alibi belajar), saya malah jadi insecure. “Ah kok punyaku nggak bagus ya?” “Ah sudahlah aku nggak bakat kali di situ.”
Bakat atau tidak itu sesuai jam terbang
Ya padahal kan bakat itu juga harus terus dilatih, Rosalinda!
Apa-apa yang ingin jadi mahir, pasti akan sesuai jam terbang. Berapa lama sih kita melakukan itu? Apa saja usaha kita supaya dari hari ke hari kita menjadi lebih baik? Dan sampai mana kita mau terus belajar?
Kalau dikit-dikit menyerah dan terus merasa insecure, selamanya kita nggak akan maju-maju 😭
Pergilah kau insecure!
Self keplak banget sih ini. Saya benar-benar merenungkan, bahwa insecure itu sungguh menyiksa. Kalau terus-terusan kita tidak percaya diri, sampai kapanpun kita akan selalu merasa diri kurang.
Saya beneran mikir lho, bahwa “De, semua orang itu nggak harus sama lho. Iya dia bagus, tapi hasilmu kan juga bagus, De. Coba berapa kali suamimu memuji bahwa hasilmu bagus. Bahkan beberapa orang juga turut memuji bahwa hasilmu bagus.”
Masa krisis diri ini ternyata memang belum sepenuhnya selesai. Bahkan saya sempat malas melakukan apapun. Tapi ya mikir, mau sampai kapan malas-malasan terus?
Again-again saya jadi mikirin banget sebetulnya saya mau jadi apa? Dan untuk sementara, saya lagi mencoba melakukan beberapa hal. Dari situ saya cuma mau lihat, adakah sesuatu yang benar-benar saya happy melakukannya. Kalau cuma bertahan sebentar, berarti bukan itu yang saya kejar.
So, doakan ya, semoga masa krisis diri ini segera berakhir. Dan saya menemukan jati diri saya yang sesungguhnya. Serta menyadari bahwa saya ini juga punya kelebihan. Aamiiin.