Welcome 2019! Semoga tahun ini menjadi tahun yang berkah dan membahagiakan untuk kita semua 😍 Senang juga rasanya tahun ini menginjak tahun keempat pernikahan saya dan suami. Menjadi istri dari seorang pengusaha muda yang ehm, mungkin kedengarannya WOW, tapi sayangnya, hidup tak melulu indah, Esmeralda! 😝
Menjadi seorang istri dari seorang lelaki yang memiliki usaha mungkin terasa membanggakan awalnya. Tapi kalian pernah tahu tidak, dalam perjalanannya ternyata saya pernah mendambakan suami (lebih baik) hanya menjadi karyawan biasa saja. Bukan saya tidak bersyukur, tapi ternyata kehidupan seorang pengusaha itu, hebat sekali. Hebat ujiannya maksudnya haha.P
Pengusaha ≠ hedonis
Kalau kalian berpikir bahwa kami punya waktu banyak. Bebas melakukan apapun semau kami. Travelling ke sana ke mari. Punya family time yang berlimpah. Hingga punya duit yang sak truk, tinggal ambil *dikata daun kali ah haha. Kalian… SALAH BESAR!
Hidup kami sungguh jauh dari hedon. Kami jarang jalan-jalan, jarang makan di cafe atau restoran mewah. Ya, setiap kali keluar kami harus berpikir bahwa apakah kami punya duit? Apakah ini akan menghabiskan sisa uang yang kami punya? Apakah bulan depan masih cukup untuk kebutuhan sehari-hari? Sepelik itu, hiks.
Kami memang punya rumah sendiri. Alhamdulillah kebutuhan masih tercukupi. Tapi jangan dikira bahwa menjadi seorang pengusaha lantas bisa mendapatkan cap financial freedom. Oke, mungkin kami hanya belum sampai sana. Kami masih struggle.
Tidak ada yang tahu lika-liku pengusaha itu…
Tidak ada yang tahu betapa kami sering sekali bertengkar hanya karena saya ngambek karena merasa kurang diperhatikan. Tidak ada yang tahu betapa saya jengah setiap kali liburan suami harus bawa laptop. Bahkan hape tidak pernah lepas dari genggamannya saking beliau fast respon soal kerjaan.
Tidak ada yang tahu juga bahwa saya seringkali iri pada istri-istri yang ketika suaminya pulang hanya full untuk keluarga tanpa melihat gadget lagi. Makanya saya suka sebal kalau ada kampanye anti gadget di depan keluarga. Lah suami saya belum bisa sepenuhnya begitu, Je.
Dan, tidak ada yang tahu juga bahwa betapa saya iri ketika yang lain pergi berlibur, suami harus kerja demi mengejar omset. Agar keringat karyawan tetap terbayar tepat waktu. Hingga obrolan-obrolan kami tak jauh-jauh dari membahas pekerjaan dan karyawannya. Hingga malam-malam saya harus rela tidur hanya dengan anak-anak karena suami harus lembur.
Ya, kami masih struggle.
Saya belajar banyak dari seorang pengusaha muda di samping saya
Setiap manusia memang punya ujiannya masing-masing. Tapi barangkali saya bisa memberi sudut pandang lain bagaimana kehidupan seorang pengusaha.
Saya pernah menjadi seorang karyawan. Yang dengki melihat para bosnya tinggal memerintah. Yang merajuk karena kenapa saya harus bekerja, sementara mereka bisa jalan-jalan?
Sayangnya, tidak seindah itu kenyataannya. Menikah dengan suami, yang sudah memiliki usaha sejak usia 19, membuat saya mengerti banyak hal. Salah satunya, orang besar akan menjalani ujian yang besar.
Beliau mengawali kariernya di usia 17 tahun dengan berjualan sticker di pinggir jalan. Saat usia 19 barulah beliau merambah jualan web dan software. Perjalanan itu membuat beliau makan asam garam pahitnya kehidupan membuka usaha.
Saat usia 25 menikah, beliau pun masih harus terus berjuang. Kali ini ada istri dan anak-anaknya yang harus diberi nafkah. Praktis sudah bayang-bayang family time berlimpah belum terlaksana hingga saat ini.
Maka saya merasa bersalah atas pikiran buruk saya dulu. Bos saya pasti berpikir lebih banyak dibanding saya. Bos saya pasti sudah melakukan lebih banyak hal demi menyejahterakan karyawannya.
Pengusaha = mau belajar lebih dari yang lain
Ya, jangan kira jadi pengusaha itu hanya enak. Abaikan saja yang bicara “Jangan jadi karyawan melulu. Resign dong! Buka usaha!” Ha, buka usaha tidak segampang itu, Ferguso! Kau harus siap ditempa ujian berkali-kali lipat lebih banyak dibanding saat kau jadi karyawan.
Karyawan, pulang kerja, tinggal tidur. Tapi jadi pengusaha, harus mikir gimana jualannya tetap laris? Belum lagi jika ada yang bantu, bagaimana menggaji mereka? Bagaimana supaya usahaku ramai terus? Apa yang harus kulakukan agar usahaku tidak tertandingi dengan yang lain? Gimana caranya usahaku bertambah maju?
Kehidupan seorang pengusaha itu penuh dengan ujian. Pengusaha-pengusaha besar yang sekarang melanglang buana ke sana kemari pun sudah hadapi pahit getir usaha. Mereka berdarah di awal. Mereka hadapi ujian-ujian yang tak henti. Mereka terus belajar untuk tetap bangkit. Ya, belajar. Sanggupkah kita belajar dengan tingkatan yang lebih tinggi daripada yang lain? Mampukah kita melewati semua masalah?
Tak ada yang gratis di dunia ini, Sayang. Kita ingin tinggi, maka kita harus menanjak yang tinggi. Kita ingin cepat, maka kita harus menempuh jarak dengan cepat.
Boleh saja kita bercita-cita menjadi seorang pengusaha terlebih pengusaha muda agar kelihatan keren. Tapi jangan lupa, meski usia muda, kita harus hadapi ujian yang lebih tinggi dibanding yang lain 😊
So, langkah apapun yang kita pilih akan selalu ada konsekuensi. Hanya satu yang pasti, semua manusia punya ujiannya masing-masing. Seperti yang sudah dikatakan, orang besar akan punya ujian yang besar 😊
Bapakku sejak muda memiliki usaha. Pernah aku ajak liburan, jadi nggak tenang. Selain memikirkan usahanya juga binatang piaraan. Padahal sudah ada yang pegang semuanya. Tapi tetap harus ngecek ini itu dan perintah.
Yap biar gimana pun pemimpin adalah kendali utama ya 🙂
Naifnya orang kalau ada status pengusaha dipikir kayak Bakrie semua heheheee. Semoga ikhtiar suami dan kesabaran istri berbuah makin banyak rejeki barokah ya mbak.
Haha iya. Padahal Bakrie pun pasti pernah merasakan berdarah-darah
Aamiin atas doanya. Terima kasih Mbak
Mbak Adeee, kita sama persisss. Kadang sebel ya kalau lihat suami main hp terus tapi satu sisi sadar kalau pundi-pundinya dari sana. Semangat untuk kita mbak jadi termotivasi buat nulis tema yang sama. Hihi
Iya Mbak sebel tapi gimana
Yuk ditulis Mbak. Biar orang tidak berekspektasi terlalu tinggi
Dunia usaha ternyata memampangkan banyak kisah yang tak diketahui banyak orang di baliknya.
Jadi pengusaha adalah hal baik, bisa mandiri dan memandirikan orang lain yang jadi karyawannya. Butuh dukungan penuh dari sang istri. Semoga Mbak ade tetap istiqomah, ya, jadi istri salehah meski berat. Karena setiap orang punya porsi uian masing-masing.
Aamiin Aamiin ya Rabbal alamin. Terima kasih atas doanya Mbak 🙂