Saya benar-benar nggak nyesel waktu itu pernah ikut workshop Mindfulness bareng Mas Adjie. Saya mungkin belum sepenuhnya berubah dan mengikuti semua petuah yang ada di pelajaran Mindfullness waktu itu. Tapi sekarang – setidaknya saya paham, bahwa hidup dengan kesadaran yang penuh itu sungguh MENENANGKAN.
Dan akhirnya saya paham kenapa judulnya Emotional Healing Mindfulness. Karena mindfulness memang bisa membantu untuk melatih manajemen emosi menjadi lebih baik.
Sadar bikin saya nggak gampang marah
Bisa dibilang, saya punya manajemen marah yang cukup buruk. Saya tahu diri ini sungguh butuh pertolongan. Makanya, waktu itu sengaja saya ikut workshop Mas Adjie. Karena selama ini saya selalu merasa ngeklik dengan semua ‘ajaran’ beliau. Dan baru sekaranglah GONGnya. Saya paham kenapa kita harus hidup dalam kesadaran penuh.
Hari ini contohnya. Elis, anak kedua saya tantrum. Biasanya saya ikutan marah bahkan teriak. Tapi hari ini saya SADAR, bahwa “Oh dia lagi tantrum. Ya udah biarin aja dulu.”
Malam sebelumnya pun juga begitu. Emir tantrum, tapi karena saya sadar dia sedang tantrum, saya tawari dia apakah mau dipeluk. Dan dia mau. Then, dari dua kejadian tadi kondisi menjadi kondusif. Tenang. Tidak ada kemarahan, tidak ada teriakan. Rumah pun damai.
Ada satu lagi. Hari ini, PDAM mati. Saya tidak sempat menampung air. Sempat terbersit rasa kesal. Tapi kemudian, saya SADAR, bahwa “Ya udah. Udah terjadi, airnya udah mati kok. Ya mau apa? Biar aja. Toh nggak mandi sehari nggak dosa *eh.”
Kesadaran itu perlu dilatih
Kesadaran ini memang perlu dilatih banget setidaknya bagi saya pribadi. Mungkin ada yang berpikir, “Ih apaan sih, SADAR aja dipelajarin. Buat apaan?”
Bener deh, kalau muncul pertanyaan itu, coba kita telusuri dulu diri sendiri. Kapan terakhir kali kita benar-benar hidup secara SADAR. Sadar bahwa kita lagi di sini lho. Kita lagi ada di saat ini. Lagi mengalami keadaan ini.
Syukurlah bagi yang terbiasa sadar ya. Tapi buat saya yang terbiasa maunya serba cepat dan terburu-buru, belajar selow itu sungguh butuh latihan sekali.
Saya sendiri amaze dengan diri yang perlahan sudah mulai tenang. Saya baru DONG bahwa selama ini mungkin kesadaran saya untuk hidup di sini dan saat ini tuh minim. Jadinya gampang marah. Serba buru-buru. Kalau ada yang tidak mengikuti intruksi rasanya geregetan. Tapi ternyata kalau saya belajar SADAR, sadar bahwa saya lagi ada di sini dan di saat ini, saya jadi lebih mudah tenang.
“Oh, anak saya lagi marah ya. Oke saya kesal. Tapi kalau saya marah, semuanya akan jadi kacau.”
“Oh, air mati ya. Ya udah, mungkin udah begini jalannya. Mungkin memang nggak diizinin nampung air.”
“Oh, saya lagi marah, oke nggak apa-apa. Diterima aja dulu. Nanti juga reda kok.”
“Oh, saya lagi sedih. Its ok. No problem. Sedih itu boleh kok.”
Sadar membuat kita bisa lebih menerima keadaan apapun
Gitu, jadi kalau kita sadar kita lagi di mana dan kenapa, kita akan lebih bisa menerima keadaan saat itu. Marah, sedih, kesal, kecewa, ya sudah. Kita nggak perlu menyangkal. Kita sadari aja dulu apa perasaan kita saat itu. Dengan begitu, ternyata hidup menjadi lebih tenang. Karena kita menyadari bahwa semua perasaan itu SEDANG kita rasakan.
Makanya, waktu di workshop Mindfulness diajarkan untuk berlatih diam dan bernafas. Seberapa sering sih kita sadar dengan nafas kita. Nah dengan berlatih bernafas, ternyata melatih kita untuk kembali ke kesadaran penuh tadi. Kita jadi tidak mudah terpengaruh lagi dengan keadaan. Karena percayalah, kesadaran itu akan membuat otak kita bisa berpikir lebih jernih.
Pantas saja mindfulness ini cocok untuk segala usia. Misalnya saat menjadi orang tua. Kalau kita nggak sadar sedang mengasuh anak, pas anak dewasa, kita akan kaget, “Duh anak saya kok tau-tau sudah besar aja ya.” Padahal anak itu bertumbuh seperti biasanya. Tapi kalau kita sadar, kita akan tahu bagaimana perkembangan anak kita dari hari ke harinya.
Sama kayak makan. Kalau kita sambil pegang hape misalnya. Kita mungkin iya makan, tapi kita nggak sadar penuh dengan apa yang kita makan. Alhasil bisa-bisa masih lapar, atau malah “Eh tadi gue makan apaan ya. Kok tau-tau abis aja sih.”
Hidup dengan sadar itu penting sekali
Hmm, benar-benar hidup dengan kesadaran penuh itu bikin tenang. Semoga saya sendiri bisa terus begini. Karena saya merasakan sekali efek SADAR itu berpengaruh ke banyak aspek. Saya jadi nggak gampang marah. Pun suami dan anak-anak saya di rumah pun bahagia karena saya tenang. Ah, mungkin ini yang dinamakan, kalau ingin bahagia, buatlah seorang ibu (istri) bahagia hehe.
Intinya saya cuma mau berbagi, bahwa hidup dengan kesadaran itu memang perlu banget. Apalagi di tengah informasi yang setiap hari, setiap detiknya selalu ada seperti sekarang. Kita jadi seperti kebanjiran. Kalau kita tidak siap dengan semua kedatangan teori dan berita itu, bisa-bisa kita stres sendiri. Maka itulah perlunya hidup secara sadar. Sadar bahwa kita sedang ada di sini dan saat ini. Sadar bahwa menjadi berbeda itu tidak apa-apa. Dan sadar akan siapa diri kita dan bagaimana kondisi kita.
Juga, menerima apapun perasaan yang datang tanpa perlu disangkal. Karena setiap manusia itu wajar memiliki semua perasaan 🙂