Antologi Kedua: Cintai Aku dalam Halalmu

Aku hanya bagian yang kuanggap tak ada di sisinya. Memang sudah sejak awal aku memintanya untuk tidak mencintaiku dengan sepenuh hati. Permintaan itu kukatakan saat pertama kali aku mengecup punggung tangannya dan menatap matanya tanpa berkedip. Dia hanya tergugu diam. Ah, pikiranku memang kacau. Namun, kata-katanya malam itu membuatku jadi serba salah dengan cinta yang tak kunjung hadir di bilik hati.

“Andaikan permintaan ini adalah sebuah benda, maka apa pun yang kau minta akan kuberikan dengan segenap mampu. Meminta untuk tidak mencintaimu adalah hal yang mustahil bagiku, karena kutahu cinta ini akan semakin subur dengan hanya memandang wajah beningmu. Istriku, terima kasih telah menggenapkan separuh agamaku. Dik, kau tahu? Aku mencintaimu sangat cepat, hingga membuat darahku hendak memuncak seiring jantungku yang berdegup sangat kencang. Maaf memunggungimu, aku malu kalau kau mendengar degup jantung yang hendak copot ini.”

Darahku berdesir dan merubah suhu tubuh menjadi panas dingin. Aku tahu dia pun merasakan hal yang sama, dengan kebisuan yang ia ciptakan, aku dapat menangkap sosok yang ‘demam panggung’ jika berada di rumah.

(Siluet, Zainab Al Kautsar)

Semoga ini juga menjadi penyemangat saya dalam hal kepenulisan. Masih banyak yang harus saya pelajari, masih banyak yang harus  saya perbaiki. Kepuasan tak boleh cukup sampai disini! Masih banyak impian yang harus saya kejar! SMANGAT!!!