Bukan hanya orang tua, namun bagi seorang anak – orang tua juga segalanya. Apalagi melihat keduanya masih hidup bersama dan sehat wal afiat hingga kami anak-anaknya dewasa bahkan sampai punya anak lagi. Melihat mereka berdiri di samping kami ketika kami wisuda, menikah, melihat mereka memangku cucunya dengan ekspresi yang begitu bahagia. Nikmat Tuhan mana lagi yang harus kami dustakan?
Tak usah bicara lagi soal cinta orang tua pada anaknya. Saya yakin orang tua manapun (yang baik tentunya) akan selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Pun termasuk ayah saya. Ayah adalah pria super pertama dalam hidup saya. Segala kekurangan beliau rasanya tak sebanding dengan pengorbanannya pada istri dan anak-anaknya. Hal-hal seperti ini yang selalu saya rasakan setiap kali flashback ke masa kecil saya.
Dua hal yang paling saya ingat. Ketika dulu ayah hobi sekali mengajak anak-anaknya jalan-jalan, setiap naik kereta api dan penuh sesak dengan penumpang, ayah selalu menyediakan kakinya untuk saya duduk. Dan ayah hanya berbicara, “Sini, duduk di kaki ayah aja. Biar kamu nggak pegal.” Satu lagi, ayah juga selalu memangku saya di pundaknya. Entah kenapa dulu ayah senang sekali memangku saya seperti itu. Bisa jadi karena saya yang merengek karena lelah jalan kaki atau karena saya memang dasarnya senang dipangku -_- Semua ayah lakukan dalam balutan senyum layaknya tak ada beban.
Kalau dipikir sekarang, tega sekali saya. Di kereta ayah sudah lelah berdiri, ditambah kakinya diduduki oleh saya. Ayah juga sudah lelah berjalan kaki, tapi saya malah lenggang di pundaknya dengan begitu riang. Ah, saya yang dulu masih kecil mana mampu mengartikan itu semua. Belum paham dibalik itu tersirat makna bahwa sekalipun berat beban orang tua, orang tua akan selalu membahagiakan anaknya. Tidak mau membuat anaknya sulit.
Ya, ayah. Nyatanya kebiasaan-kebiasaan kecilmu itu yang justru kini kuingat dan malah paling kuingat. Pada akhirnya mungkin hanya ayah yang benar-benar tahu bagaimana ia harus membuat anaknya agar tidak kesulitan. Hanya ayah yang benar-benar tahu rasanya ketika ia mampu membuat anaknya tersenyum. Dan saya, saya hanya bisa merasakan getaran itu. Getaran yang menuntun saya untuk harus selalu berbakti, yang membuat saya semakin paham bagaimana sulitnya mereka membesarkan saya, kakak-kakak dan adik saya, lelahnya mereka agar kami selalu bahagia. Semua hanya bisa saya rangkum dalam ucapan terima kasih tak terhingga.
Meski terima kasih tak pernah cukup, saya selalu percaya bahwa do’a adalah sumber kekuatan terbesar. Bukankah salah satu amalan yang tak pernah terputus adalah do’a anak-anak sholeh pada orang tuanya? Dan kini setelah saya menikah, saya masih ingin terus dekat dengan mereka. Sekalipun secara fisik sudah berjauhan, tapi dengan menghubungi mereka maka mereka akan selalu merasa dekat dengan saya. Pun dengan kakak-kakak saya. Dengan begitu, mereka tidak pernah merasa anaknya sudah jauh.
Ayah, do’aku untukmu agar kau selalu sehat wal afiat serta panjang umur,
Ibu, do’aku untukmu agar kau selalu sehat wal afiat serta panjang umur,
Ayah, Ibu, do’aku agar ayah ibu selalu menjadi pasangan yang selalu bersabar dan diberi kekuatan oleh-Nya.
Ayah, Ibu, do’aku juga agar ayah ibu selalu bersama hingga jannah-Nya kelak.
Tulisan ini Diikutsertakan Dalam Pena Cinta First Giveaway
Beruntung banget punya orangtua yang diberi umur panjang. Jadi sedih nih, soalnya saya anak yatim piatu
Masya Allah :') Do'a anak yang sholeh akan sampai pada orang tuanya mbak 🙂 Insya Alah
dan saatnya kita membals semuanya..menemani..nya ketika menua… 🙂
Benar 🙂
Kangen papa mama :"(
Ayo peluk dan do'akan mereka Mbak 🙂
Insya Allah akan selalu membahagiakan, menjaga, menyayangi dan mewujudkan impian untuk kedu orang tua 🙂
Aamiin. Insya Allah ya sayang 🙂
Belum pernah tau kasih sayang ayah seperti apa….
Sukses ya ukhti untuk GAnya….
Semangat ukhti 🙂
Terima kasih 🙂
Saya jadi teringat ayah juga neh, membaca tulisan ini.
Terima kasih sudah ikutan.
Alhamdulillah, sama-sama mbak 🙂