Jadikan Media Sosial sebagai Ajang untuk Bersyukur

Balada media sosial saat ini adalah seringkali apa yang dipamerkan, justru membuat iri hati orang lain. Melihat orang yang punya pasangan dan naruh foto lagi gandengan tangan, yang masih sendiri langsung baper (bawa perasaaan.red), merasa bahwa mereka norak sekali pamer kemesraan. Melihat orang yang pasang status tentang kemenangan lomba menulis atau blognya, yang lain langsung bilang dia sombong. Melihat ada yang posting foto masakan sembari menata dapur minimalisnya, dibilang itu hanya pamer. Weleh-weleh ckckck.

Pahami bahwa saat ini adalah eranya media sosial.

https://pixabay.com/id/pohon-struktur-jaringan-internet-200795/
Jadi apa sebenarnya mereka salah? Tidak. Mengapa? Karena iri atau tidaknya kita adalah kita yang menentukan sendiri. Baper atau tidaknya kita karena kita yang membawanya. Jadi semua prasangka itu hanyalah tergantung cara kita memandangnya. Hidup selalu punya pilihan bukan? Mengapa tidak kita mencoba selalu berpikir positif. Menyadari bahwa saat ini memang sudah eranya media sosial. Yang artinya, semua menjadi lebih terbuka. Orang bebas mengeskpresikan kebahagiaannya. Orang bebas memasang status atau foto apapun yang menurut dirinya berarti. Ya karena kita pun punya hak yang sama. So, selama itu memang tidak merugikan dan mengganggu ketentraman kita dan orang banyak, lantas buat apa kita sibuk iri? Sederhananya, media sosial memang sudah jadi ajang untuk pamer. Perkara orang mau pamer apa, itu hak mereka. Sekali lagi, selama itu tidak merugikan kita, ya bersikaplah biasa-biasa saja.

Kita bisa melewati apa yang tidak kita suka.

https://pixabay.com/id/bahaya-bahan-cross-814644/

Di media sosial kita punya pilihan. Menyukai, atau melewati. Sejak saya mulai sadar masing-masing orang memang berbeda pandangan di media sosial, saya lebih memilih untuk mengendalikan diri sendiri. Toh pada dasarnya kita memang punya banyak pilihan kan. Kita bisa melewati status-status ataupun foto-foto yang tidak kita sukai. Kalau kita memang merasa tidak nyaman, ya tinggal kita skip (lewati.red). Kita juga masih punya tombol pilihan lain. Bisa pilih tombol unfriend, unfollow, atau bahkan blokir. Yes, ternyata semudah itu. Kalau mereka tak bisa dikendalikan, ya sudah kita saja yang mengendalikan diri.

Daripada mengatur orang lain, kita saja yang mengatur diri sendiri.

https://pixabay.com/id/smartphone-wajah-wanita-mata-1445448/

Sekali lagi, lebih mudah mengatur diri sendiri ketimbang orang lain. Semakin manusia dewasa, semakin dia merasa punya hak. Maka wajar saja jika mulai susah diatur, sebab dia merasa sudah punya pilihan untuk melakukan apa yang dia suka. Jadi, ketimbang sulit mengatur orang lain untuk mengikuti apa yang kita mau, maka kita saja yang ubah diri kita sendiri. Apalagi media sosial itu punya kita sendiri. Ya sudah perlakukan saja apa yang kita mau. Tidak mau ada hal yang negatif, ya blokir saja yang sekiranya mengandung konten-konten negatif. Tidak mau jadi baper karena melihat status orang lain, ya lewati saja status tersebut atau unfollow orangnya. Tidak mau sedih karena banyak status mengeluh, ya unfriend saja dia. Yes, sesimpel itu kawan.

Ingatkan secara pribadi.

Kalau pun kita ingin menasihati seseorang, katakanlah agar dia tidak bersikap yang terlalu di media sosial, maka ingatkanlah secara pribadi. Karena mengingatkannya di kolom komentar ataupun membuat status, itu sama saja dengan mempermalukan dia di depan khalayak. Yang ada nasihat kita tidak digubris, dia pun jadi benci dengan kita.

http://www.mialiana.com/2014/02/nasihat-menasihati.html

Well, status-status yang berbau kebahagiaan di media sosial itu hanyalah sesuatu yang terlihat. Kita tidak tahu motif seseorang untuk memasang status tersebut, karena kita pun tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka di balik media sosial. Alih-alih kita memandangnya negatif, mengapa tidak kita jadikan itu sebagai pelajaran untuk lebih bersyukur. Setiap manusia sudah diberi nikmatnya masing-masing. Tinggal kita yang memandang sejauh apa nikmat itu sebagai kebahagiaan yang harus disyukuri.

http://www.slideshare.net/AlJambary/syukur-42442754

Melihat ke atas, hanyalah membuat leher kita pegal. Apa artinya? Jika kita terus-terusan melihat ke atas untuk urusan dunia, selamanya kita akan selalu merasa kurang dan tidak pernah bersyukur. Tapi jika kita memandang hal tersebut sebagai bentuk kenikmatan yang memang sedang dirasakan orang lain, maka insya Allah, hati kita akan lebih sejuk karena terhindar dari segala macam prasangka. So, marilah kita pandang hidup kita sendiri. Karena sesungguhnya dalam hidup kita pun, ada nikmat yang selalu bisa disyukuri 🙂

Note: Tulisan ini menjadi pengingat bagi diri saya sendiri.

Ade Delina Putri

Blogger, Stay at Home Mom, Bookish,

12 comments to “Jadikan Media Sosial sebagai Ajang untuk Bersyukur”

You can leave a reply or Trackback this post.
  1. Apri Ann - Agustus 20, 2016 Balas

    Setiap orang pasti punya niat yg berbeda ketika memposting sesuatu di media masa.
    Betul kata mbak. Kita mendingan positif tinking ga perlu pake iri2, hehe.
    Kita jg bisa melatih hati kita sendiri, dng selalu berdzikir, bersyukur dan ikut senang ketika melihat orang lain senang.

    • adedelina - Agustus 20, 2016 Balas

      Yap, betul Mbak. Selalu mengingat Allah bisa menambah rasa syukur ya Mbak 🙂

  2. Virly Kumala Aluh - Agustus 20, 2016 Balas

    Gimana kalau pakai prinsip berlomba2 dalam kebaikan aja, jd nggak baper2 amat 🙂

  3. Samaratul Qalbi - Agustus 20, 2016 Balas

    Terima Kasih tulisannya, mencerahkan sekali. Terutama buat saya pribadi, hehehehe. Slx sy mmg suka iri kalo liat status dan foto2 orang lain yang lagi jln2 keluar negeri atau apalah yg mungkin blm bs sy lakukan saat ini. Yah, terxata itu kembali ke diri kita lagi. Mau terus merasa iri, atau mulai menabung supaya bs jalan jalan juga. salam kenal mbak Ade Delina Putri
    Saya Arha dari http://www.samaratulqalbi.blogspot.com

    • adedelina - Agustus 20, 2016 Balas

      Salam kenal juga Mbak Samaratul 🙂 Smoga nanti bisa jalan-jalan juga ya ^^

  4. Nova Violita - Agustus 20, 2016 Balas

    bener nih..setuju banget..ngapain baper dg status oranglain di medsos… itu juga belum pasti..biasa ada yng suka main2..

    • adedelina - Agustus 20, 2016 Balas

      Iyaps. Karena kita tidak tahu di belakangnya ya Mbak 🙂

  5. April Hamsa - Agustus 21, 2016 Balas

    Hehehe kalau bagi saya medsos tu gak nyata, jd gak usah terlalu dipikirkan status2 yg ditulis org lain 😀

    TFS 😀

    • adedelina - Agustus 21, 2016 Balas

      Jadi ga baper juga ya mbak 🙂

  6. Lily Kanaya Widjaja - Agustus 23, 2016 Balas

    Dulu awal – awal booming media sosial seperti facebook sih saya suka naper mba. Tapi kesini sininya udah nggak lagi dan lebih baik skip dan menghindar atau klo perlu unfollow 🙂

    • adedelina - Agustus 23, 2016 Balas

      Sama, awal-awal juga sering baper. Eh makin kesini, ternyata cuma tinggal diskip aja ya :v

Leave a Reply

Your email address will not be published.