http://www.who.int/maternal_child_adolescent/news_events/events/2015/world-breastfeeding-week/en/ |
Happy Breastfeeding Week! Yeay! Sebenarnya sih sudah dari tanggal 1 Agustus kemarin ya, hehe. Tapi karena week, jadi ya waktunya seminggu. Belum telat dong 😛 Dan bertepatan dengan breastfeeding week ini, Mak Istiana Sutanti, salah satu anggota komunitas Emak Blogger, menuliskan hal yang juga terkait dengan menyusui dan ASI. Yakni tentang ASI dan perkembangan di media sosial.
Semenjak media sosial merebak, memang kesannya segala sesuatu jadi dibuat ramai ya. Termasuk masalah ASI ini yang seringkali jadi mom war. Saya agak geregetan sih, setiap kali melihat perang-perang dalam membahas perbedaan ini. Padahal setiap orang punya pilihannya masing-masing. Malah, tidak jarang kita tidak tahu kondisi seseorang. Makanya, saya rasa kurang bijak jika kita justru menghakimi.
Dan berhubungan dengan ASI, saya bersyukur diberi ASI lancar. Meski awalnya agak tersendat-sendat. Tapi pada kenyataannya, kondisi setiap ibu berbeda. Salah satunya ibu saya dulu. Saat melahirkan kakak saya yang pertama, ASI ibu tidak keluar sama sekali. Alhasil saat bayi, kakak saya diminumi susu formula. Bukan ibu tidak berusaha, namun air susunya memang tidak mau keluar. So, pada kenyataannya, ada suatu kondisi dimana seorang ibu memang sudah berusaha untuk memberi ASI, namun sulit untuk keluar. Beda ya jika si ibu sedari awal berniat memberi anaknya susu formula saja, ya meski ini pun pilihan.
Media sosial yang membuat semuanya menjadi lebih terbuka ini, terkadang jadi berlebihan menanggapi sesuatu. Sekalipun kita tahu susu formula tidak sebaik ASI, tapi kita juga tidak bisa menghakimi bahwa ibu-ibu yang memberi anaknya sufor bukanlah seorang ibu yang baik. Sebelum menghakimi, apakah kita tahu kondisi sebenarnya si ibu? Sebelum menghakimi, apakah kita tahu si ibu sudah berusaha atau belum? Dan sebelum menghakimi, apakah kita tahu si anak akan tumbuh tidak baik karena tidak diberi ASI? Inilah yang harus dipikirkan. Seringkali kita menanggapi sesuatu yang hanya terlihat dari luar. Tanpa ingin tahu situasi dan kondisi dari seseorang yang sebenarnya. Sama seperti peribahasa, semut di seberang lautan terlihat, gajah di pelupuk mata tidak terlihat. Artinya, kesalahan orang lebih mudah terlihat dibanding menilai kesalahan diri sendiri.
Tidak ada yang salah dengan kampanye pemberian ASI. Hal ini juga sebenarnya untuk menyemangati ibu-ibu yang masih berusaha untuk memberi bayinya ASI. Tapi kampanye ini bukan untuk menghakimi para ibu yang memberi anaknya susu formula. Karena sekali lagi, kita tidak pernah tahu kondisi yang sebenarnya. Alih-alih sibuk dengan orang lain, mengapa tidak kita saja yang berusaha semaksimal mungkin untuk menumbuhkan anak kita dengan baik. Dibanding buang-buang waktu dan tenaga untuk terus menilai orang lain 🙂
Karena kembali lagi. Menjadi ibu yang baik bukan sekedar permasalahan ASI. Tapi bagaimana kita mengurus, mengasuh, dan mendidiknya dengan baik 🙂
Setuju, Mbak. Menjadi ibu yg baik bukan sekedar dari sisi pemberian asi, tp juga mengasuh, mendidik, dan lainnya.
Dan Alhamdulillah, saya beruntung bisa memberi asi sampai anak2 usia 2 th. 🙂
Wah Alhamdulillah ^^ Semoga saya juga bisa memberi ASI ekslusif. Aamiin 😀
Issue yang tidak akan pernah reda mba, ASI vs Sufor, Normal vs SC, IRT VS WM, Vaksin Vs Non-vaksin hehehe…
Betuuuul. Akan jadi isu sepanjang masa ya Mbak 🙁
suka dengan issue nya. Tambah lagi Mak, anak gendut anak kurus. Ibu yg anaknya susah makan bisa setress liat timbangan… 🙂
Huhu jadi ibu harus strong mbak :')
Wahh, artikel tanggapan dari Mba Ade udah jadi 🙂
setuju Mba, menjadi ibu bukan hanya sekedar memberi ASI tapi lebih dari itu 🙂
Hehe Alhamdulillah Mbak langsung dapet ide :v
Iya sayang ya, kalo pandangan kita justru terbatas 🙂
dari tadi saya baca artikel tidak dari bau bau hamil heeee, apa tahun ini memang banyak pasangan yang hamil ia heeee
kalo saya pribadi ASI adalah wajib, nanti jika istri lahir harus pakai ASI hee dan di rumah tidak boleh kerja selama 2 tahun 😀
Sepertinya Mas :v
Aamiin. Mudah-mudahan ASI istrinya lancar ya 🙂
suka kalimat terakhirnyaa deh.. eh, yang ini juga suka deng: "Seringkali kita menanggapi sesuatu yang hanya terlihat dari luar" 😀
Hehe makasih Mak 😀
Saya anak sufor :D. Alasannya karena dulu, Ibu saya ga paham kenapa asinya ga keluar. Nah, kebiasaan di Bekasi Udik, kadang anak bayi di mimikin air tajin (ga semua orang bekasi loh Mak). Nah, kata nenek saya daripada dikasih tajin akhirnya dimimikin sufor aja.
Iya Mbak, dulu itu bayi ada yang diminumin air tajin ya. Kayaknya saya juga sering denger :v
Alhamdulillah tapi masih lebih baik sufor daripada tajin ya 😀
Hehehe…apa mungkin udah jadi watak ya…saling menanggapi isu yang dekat dengan kehidupan perempuan. Padahal perbedaan itu indah. Semua yang dilakukan pasti ada sisi baik dan buruknya.
Yang terpenting, berikan yang terbaik untuk tumbuh kembang anak-anak kita ya…
Iya krn mmg mudah terlihat kali ya. Benar, yang penting menumbuhkan anak kita dg baik mbak 🙂
Heran yah, kenapa orang ribut-ribut soal ASI ya, apa-apa diributin. Padahal kondisi tiap orang beda kan 🙂
Betul Mbak 🙂
saya baru sadar ternyata kampanye asi itu bisa membuat tidak nyaman orang lain juga ya mak