Skip to content

Sohibunnisa

Personal & Lifestyle Blog

  • Home
  • About
  • Disclosure
  • Portfolio
  • My Other Blog
  • Toggle search form

Kebaikan dan Membangun Ekspektasi Berlebihan

Posted on Oktober 28, 2016Juli 12, 2018 By Ade Delina Putri 15 Komentar pada Kebaikan dan Membangun Ekspektasi Berlebihan
Membaca tulisan Mak Indah, tentang Membangun Reputasi, saya jadi ingat kasus-kasus pesohor dalam negeri yang dikenal baik dan sempat tersandung masalah. Akhirnya kesalahan mereka membuatnya nyaris atau bahkan ‘diblacklist’ dari manusia yang baik. Ibarat nila setitik, rusak susu sebelanga. Padahal kesalahan yang mereka lakukan, barangkali tidak lebih besar dari kebaikan-kebaikan yang sudah mereka berikan dan dirasakan manfaatnya oleh banyak orang.

Kita menganggap bahwa para pesohor itu munafik. Padahal pada dasarnya, siapapun manusia pasti ingin dikenal baik. Bahkan orang jahat sekalipun mungkin sebenarnya ingin dikenal baik. Tapi sayangnya, kita memang manusia. Yang memiliki keterbatasan dan tidak lepas dari salah dan khilaf.

Belum lagi di dunia media sosial sekarang. Saat kita bisa menulis apa saja di dalamnya. Tidak mungkin kita mau terus-terusan mengeluh, menjelek-jelekki diri sendiri atau mengumbar masalah pribadi kita. Itu semua karena kita ingin dikenal baik. Kita membangun agar reputasi kita tidak buruk. Munafik? Tidak. Karena kita tahu, bahwa keburukan yang kita tampakkan hanya akan membuat kita dipandang sebelah mata.


Ekspektasi berlebihan, menganggap manusia sempurna

Mungkin memang kita juga yang terlalu mudah dan cepat percaya pada orang. Sampai kita lupa memberikan ruang kekecewaan di dalam hati kita. Kita larut dalam kebaikan-kebaikan yang diberikan orang lain. Bahkan dengan suami atau istri kita sendiri. Yang sebelum menikah, terlihat begitu sempurna baiknya. Tapi setelah menikah, kita akan dikejutkan dengan banyak hal yang sebelumnya tidak kita tahu. Kalau kita tidak bijak, bukan tidak mungkin rasa cinta yang sebelumnya tumbuh, hanya akan menjadi benci karena kita tidak mau menerima kekurangannya.

Mungkin memang kitalah yang terlalu memasang ekspektasi berlebihan. Memandang kebaikan-kebaikan yang dilakukan orang lain membuat orang itu sempurna. Sampai kita melihat bahwa mereka tidak memiliki celah. Akhirnya kita lupa, bahwa mereka juga manusia, yang hakikatnya punya salah dan khilaf.

Di dunia ini, tidak ada yang kebetulan

Seorang wanita yang saya kagumi selalu bilang, tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua karena Allah punya maksud. Termasuk dengan kebaikan-kebaikan orang yang diperlihatkan pada kita, barangkali dari situlah ada pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil.

Maka ketika seseorang melakukan kesalahan, kekecewaan kita adalah hal yang wajar. Tapi jika rasa benci yang tumbuh, sesungguhnya kitalah yang rugi. Kita membiarkan diri tersiksa dengan tumpukkan perasaan yang memberatkan langkah kita.

Terakhir, ada kutipan bagus:

β€œKita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita. Tidak perlu siapa pun mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan. Karena sebenarnya yang tahu persis kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak, hanya kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia. Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita sendiri.
Kita tidak perlu membuktikan apa pun kepada siapa pun bahwa kita itu baik. Buat apa? Sama sekali tidak perlu. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Karena toh, kalaupun orang lain menganggap kita demikian, pada akhirnya tetap kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik itu.”
― Tere Liye, Rindu

Uncategorized Tags:Collaborative Blogging, Kontemplasi

Navigasi pos

Previous Post: 6 Item Barang yang Harus Dimiliki Sebelum Melahirkan
Next Post: Hari Blogger Nasional & 5 Blog Favorit Saya

Related Posts

Belajar dari Pernikahan Selmadena dan Haqy Rais, Lepaskan atau Nikahi Uncategorized
Berdebat? Jangan Sampai Jadi Masalah Uncategorized
Tampil Optimal dengan Kamera Selfie OPPO F7 Uncategorized
Software Cloud ERP Terbaik Indonesia Mengenal SystemEver, Software Cloud ERP Terbaik di Indonesia Uncategorized
Sebuah Kebaikan dari Sebuah Ketidaksempurnaan Uncategorized
Permintaan Maaf dan Bagi-bagi Buku Uncategorized

Comments (15) on “Kebaikan dan Membangun Ekspektasi Berlebihan”

  1. Indah Juli berkata:
    Oktober 28, 2016 pukul 12:12 am

    Setuju sama Ade, jangan terlalu berlebihan atau membuat ekspektasi yang berlebihan, kalau nggak sesuai bisa bikin kecewa. Kalau kecewa trus move on sih nggak apa, kadangan ada juga yang akhirnya bikin penyakit buat diri sendiri πŸ™‚

    Terima kasih banyak sudah menanggapi tulisanku ya.

    Balas
    1. adedelina berkata:
      Oktober 28, 2016 pukul 12:21 am

      Itu dia Mak, kadang ada yang dipendem terus-terusan akhirnya jadi penyakit deh.

      Sama-sama Mak Indah :*

      Balas
  2. Rosalina Susanti berkata:
    Oktober 28, 2016 pukul 7:49 am

    secara gak sadar, kita sering menuntut orang lain bak malaikat, sehingga saat ia berbuat salah kita gak terima, padahal manusiawi.

    Balas
    1. adedelina berkata:
      Oktober 28, 2016 pukul 12:53 pm

      Yap. Padahal kita bukan malaikat yang tak punya dosa πŸ™

      Balas
  3. herva yulyanti berkata:
    Oktober 28, 2016 pukul 1:39 am

    Aku belum beres baca novel rindu jadi reminder mau selesaiin krn kehaling buku yang lain dari tahun kapan tau :p
    Klo aku ngaca ke diri sendiri si mba kalau ada yg posting keluhan, gerutu, kesel, provakasi aku sendiri yang baca aja sebel luar biasa makanya aku ga mau begitu walaupun prakteknya emang tak semudah teori hahahah..nice reminder

    Balas
    1. adedelina berkata:
      Oktober 28, 2016 pukul 5:01 am

      Baca mbak. Aku dulu cuma kelar 3 hari. Saking asyiknya hehe.

      Balas
  4. damarojat berkata:
    Oktober 28, 2016 pukul 2:20 am

    sentilan yang menarik mbak. terutama dalam menilai pasangan.

    Balas
    1. adedelina berkata:
      Oktober 28, 2016 pukul 5:01 am

      Yess πŸ˜€

      Balas
  5. Nova Violita berkata:
    Oktober 28, 2016 pukul 2:33 am

    setuju….
    yg penting berbuat sebaiknya.. ga perlu bilang baik sana sini..

    karena kebaikan itu gak butuh penilaian..

    Balas
    1. adedelina berkata:
      Oktober 28, 2016 pukul 5:02 am

      Setuju. Sama seperti tangan kanan memberi, tangan kiri ga perlu tau πŸ™‚

      Balas
  6. Kang Nurul Iman berkata:
    Oktober 28, 2016 pukul 9:23 am

    Kalau saya mah lebih baik dipuji oleh allah swt daripada harus menunggu pujian dari orang lain karena lebih muantappp juga mbak kalau dapat pujian dari allah swt mah. ahi hi hi.

    Balas
    1. adedelina berkata:
      Oktober 28, 2016 pukul 12:53 pm

      Aamiin πŸ™‚

      Balas
  7. adedelina berkata:
    Oktober 28, 2016 pukul 12:54 pm

    Wekekekek :p

    Balas
  8. Keven berkata:
    Oktober 28, 2016 pukul 2:28 pm

    Jangan melulu menilai kualitas diri kita melalui kacamata orang lain. Percaya diri saja, bahwa kita sudah melakukan yg terbaik bagi hidup kita, tidak peduli bagaimana pun hasilnya. Gagal itu wajar, yg penting kita mau belajar dari kesalahan, dan berani mencoba lagi. Kali ini, dengan cara yg lebih cerdas.

    Balas
  9. Liza Arjanto berkata:
    Maret 12, 2017 pukul 7:08 am

    Jadi jujur itu lebih okey ya. Sip!

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter

Archive

Popular Posts

  • IBF, Yuhhhuuu…..
  • Cara Saya Agar Tubuh Tetap Langsing
  • Mereka Anak Kami
  • Tampil Optimal dengan Kamera Selfie OPPO F7
  • Cukup Nasi dengan 5 Lauk Ini

Category

  • #BPN30DayChallenge2018
  • #GakPaham
  • #LoQLC
  • #ODOPISB
  • Beauty
  • Blog
  • Event
  • Film
  • Food
  • Kontemplasi
  • Kontes
  • Media Sosial
  • Menulis
  • My Story
  • ODOP
  • Review
  • Tekno
  • Tips
  • Traveling
  • Uncategorized

Search

Copyright © 2025 Sohibunnisa.

Powered by PressBook Masonry Blogs