Ade kecil rambutnya keriting. Badannya kurus. Kulitnya hitam. Kalo pake rok sekolah mesti di atas pinggang sampai-sampai sering dikatain “culun” 😂
Menjelang SMP, Ade malu kalau rambutnya digerai. Karena capek dikatain ‘keriting keribo, makan t*i kebo’. Jadilah milih nguncir rambut, terus dipakein bandana. Eh dikatain lagi kayak orang pusing katanya. Yaudalah pas masuk kelas 2 SMP, pake kerudung aja. Aman.
Setelah SMK, eh wajah jerawatan. Padahal kadang wajah terasa kering sampai kelihatan kalau tuh kulit kering banget. Trus pernah juga dibilang kayak mo**et karena bulu saya banyak.
Haa mbuhlah 😂
***
Ya. Itulah semua cerita asli saya. Bisa bayangin dong ya, betapa jeleknya saya di masa lalu 😂 Dikatain, atau bahasa sekarangnya mah dibully. Meski nggak pernah dengan perbuatan, tapi jangan salah, dengan kata-kata itu pun sangat menyakitkan lho. Makanya nih kita harus pandai-pandai jaga omongan ya 😄
Orang-orang itu mungkin nggak pernah tahu, kalau diam-diam ada yang tersakiti dengan omongan mereka. Orang-orang itu mungkin nggak tahu, kalau diam-diam ada yang menangis karena omongan mereka. Bahkan untuk ngadu ke orang tua saya aja nggak sampai hati. Karena takut malah orang tua yang jadi sasaran. Dan yang ada saya malah makin dibully karena disangka pengaduan. Jadi pendam sendiri aja deh.
Karena saya belum menerima dan berdamai dengan diri sendiri
Tapi saat dewasa atau lebih tepatnya setelah baca tulisan teman saya tentang Berorientasi pada Penampilan, saya jadi mikir bahwa saya di masa lalu – yang selalu menangis dalam diam, bisa jadi karena saya BELUM MENERIMA DIRI SENDIRI.
Saya tahu kalau rambut saya keriting, tapi saya nggak terima kalau orang bilang keriting. Belum lagi di mata saya, keriting itu jelek. Lebih cakep kalau rambut lurus.
Saya tahu kalau rambut dikuncir, terus pakai bandana, itu jelek. Tapi saya nggak terima kalau dibilang kayak orang pusing. Hla wong buat nutupin rambut keriting saya kok.
Saya tahu kalau bulu di tubuh saya banyak, tapi jangan dikatain mo**et dong. Saya kan manusia. Siapa sih yang mau dilahirkan begini. Emang saya bisa milih? *lah jadi emosi 😂
Gitulah. Intinya saya nggak terima dengan kenyataan yang ditambah pembicaraan nggak enak dari orang lain. Padahaaal, kalau mau dipikir sekarang, ya ngapain juga saya marah ya. Kan kenyataannya emang rambut saya keriting. Emang bulu saya banyak. Emang wajah saya jerawatan. Itu semua karena saya tidak menerima diri apa adanya.
Karena stigma di kepala saya negatif, jadilah saat orang bilang hal negatif, semakin meyakinkan saya bahwa hal itu buruk. Akhirnya saya menjadi peminder. Pemalu. Daan pembenci. Benci pada diri sendiri, juga pada orang-orang yang membully saya.
Kitalah sebaik-baik makhluk-Nya
Tapi sekarang, saya paham bahwa inilah diri saya. Allah sudah ciptakan saya dengan sebaik-baik menurutNya *karena apa yang menurut kita baik, belum tentu di mata Allah. Tapi tidak sebaliknya. Apa yang menurut Allah baik, itu sudah pasti baik bagi kita.
Dan wajar kalau saya dibilang keriting, karena saya memang keriting. Wajar kalau dibilang bulu saya banyak karena memang itu kenyataannya. Dibilang jerawatan ya memang wajah saya berjerawat. Bilang wajah saya kering memang seperti itu kelihatannya. Jadi kesimpulannya, semua wajar karena kita sebagai manusia PASTI yang dilihat pertama kali adalah fisik.
Memang, menjadi tidak wajar jika terlalu dilebih-lebihkan. Menjadi tidak wajar jika kita tidak lanjut menilai setelah melihat fisik orang lain. Makanya jadi tidak wajar pula saat ada orang yang tersakiti karena lidah kita.
Tapi apapun itu, lagi-lagi kita sulit mengatur orang lain. Maka yang PALING bisa kita lakukan, tiada lain adalah, MENERIMA DAN BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI 😇 Dengan kita menerima dan berdamai, maka apapun kata-kata yang terlontar dari orang lain, tidak akan berpengaruh bagi kita. Karena kita tahu, bahwa kitalah sebaik-baik makhluk yang sudah diciptakanNya 😇
wah saya juga pernah tuh mba, saya nggak cantik nggak bisa dandan juga sampai ada yang bilang "coba kamu belajar dandan siapa tahu ada yang mau hahaha. Sebel sih tapi nggak saya turutin mending saya benerin prilaku, alhamdulillah dapat suami sekarang terima apa adanya, kalau nyuruh dandan pun dengan kalimat yang lembut nggak nyelekit.
MEmang benar kita harus berdamai dengan diri sendiri, karena Nabi yang berakhlak mulia aja masih ada yang nggak suka dan menghina apalagi kita manusia biasa. Itu yang selalu saya pegang setiap ada yang nyelekit ke saya 😀
Iya Mbak. Rasul sesempurna akhlak 🙂
alhamdulillah meski dulu lumayan sering jd korban bully bahkan dr lingkungan keluarga akhirnya sekaranh (ya elaah dah tuwir sih sekarang) ada juga efek positif dimana aku lbh kuat dan dengan enteng bs menguatkan anak2 juga saat mrk menghadapi bully
tp aku berusaha keras utk tidak melakukan hal tsb ke siapapun meski kadang dlm becanda kita tanpa sadar tengah membully…
Iya Mbak saya pun belajar dari kasus yang dulu jadi belajar lebih hati-hati kalo ngomong. Apa yang menurut kita candaan, bisa jadi nyakitin buat orang lain. Sekarang juga jadi lebih bersyukur, karena jadi lebih kuat 🙂
Kalo dimaafkan itu rasanya hidup lebih adem ya.
Sama-sama wi, thanks juga inspirasinya :*
samaaaa… aku juga dulu dikatain karena tinggi aku di atas temen2ku.
Tapi cuek aja aku mah, pura2 ga kenal ma anak yg begitu
Hihi aku malah pengen tinggi lho
Wahhhh pernah dulu ngerasain hal yg sama, tp malah jd pemacu untuk jd pribadi yg lebih baik 🙂 nice share mbaaak
Iya Mak, bikin kita jadi lebih semangat buat lebih baik ya 🙂