Pernah ada orang yang minta sumbangan sama suami. Tapi alih-alih seikhlasnya, orang itu malah dengan lugas nyebutin jumlah yang harus disumbang. (FYI, ini konteksnya memang sumbangan yang seikhlasnya, bukan sudah ditentukan). Hmm, ya walaupun untuk kebaikan, mbok ya pakai etika gitu lho ya. Jangan terkesan maksa begitu sampai harus disebutin jumlahnya harus berapa. Heu 😑
Saya sama sekali nggak mempermasalahkan soal sumbangan. Karena itu memang untuk kebaikan. Tapi kalau dari cara ngomongnya saja sudah tidak pakai tedeng aling-aling, apa masih pantas orang itu dihormati? Dan wajarkah kalau kita jadi tidak suka?
Di lain waktu, ada orang yang minta tolong untuk beliin sesuatu. Sebelumnya kita tanya dong ya spesifikasinya mau yang seperti apa. Tapi beliau malah menagih-nagih terus seperti kita punya hutang. Duh dikira kita Jinny Oh Jinny kali ya, langsung “CLING! ADA! gitu 😑
Pemikiran setiap orang berbeda
Makanya, saya pernah ngedumel, “Kenapa ya orang kok kalau ngomong enak banget?” Bisa tegaan gitu. Bisa dengan tanpa sungkan, ngomong dengan seenaknya. Sementara kita (eh atau saya aja deh) orangnya bener-bener nggak enakkan sama orang. Banyak mikir “duh pantes nggak ya gue ngomong begitu?”, “Duh gue salah ngomong nggak ya?” Dari situ akhirnya bikin saya lebih mawas diri sebelum bicara apa-apa ke orang. Mikirin dulu bahasanya mesti gimana. Sebisa mungkin jangan sampai menyinggung orang. Hmm 😔
Lantas suami ngomong, “pemikiran setiap orang kan berbeda.” Yap, I GOT POINT! Jadi, kalau saya mikir kenapa ada orang yang bisa dengan tanpa beban ngomong, ya karena memang sudah sunnatullah nya begitu. Kita diciptakan dengan pemikiran yang berbeda.
Mustahil membuat dunia menjadi seperti yang kita inginkan
Sama halnya dengan orang-orang yang percaya hoax. Kita mungkin cerdas menyaring berita. Tapi PASTI ada saja orang yang tetap termakan berita yang belum tentu benar.
Lalu orang-orang yang kontra vaksin. Mau segimanapun kerasnya pro vaksin mengampanyekan vaksinasi, tetap saja ada orang yang tidak percaya bahwa vaksin itu baik.
Atau lagi, bahan-bahan yang selama ini jadi mom war. ASI vs sufor, lahiran normal vs lahiran SC, MPASI homemade vs MPASI instan, endebrei endebrei lainnya. Pasti akan selalu ada yang merasa benar. Karena masing-masing membawa argumennya sendiri.
So, kesimpulannya adalah mau bikin dunia ini 100% seperti yang kita inginkan ya mustahil! Sebab akan selalu ada orang yang tidak setuju. Akan selalu ada orang yang tidak sepemikiran dengan kita. Akan selalu ada pro dan kontra. Bahkan akan selalu ada orang yang tidak suka dengan kita terlepas apapun alasannya.
PR untuk tidak menjadi sombong
Mungkin Allah memang sudah menciptakannya seperti ini. Dunia menjadi warna–warni. Ada yang baik, dan belum. Ada yang cerdas, dan biasa. Dan pada dasarnya, hati manusia pun terbagi menjadi dua. Kadang menjadi baik seperti malaikat, kadang juga menjadi buruk ketika setannya datang, hiks 😔
Dan benar juga apa yang dikatakan suami. Satu-satunya sifat yang harus dijauhi adalah sombong. Sebab ketika kita sombong, jatuhnya kita merasa bangga diri lebih baik, dan bisa jadi merendahkan orang lain. Naudzubillah.
βDan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.β (QS. Luqman:18)
Ini PR besar juga bagi saya pribadi! 😔
seimbang ya mba, di mana ada kebaikan di situ ada keburukan. Terpenting bagaimana diri kita mengambil sikap.
Betul Mbak π
Kalau aku, mandangnya dari segi enterpreneurship. Itu artinya, mau jual barang apapun pasti ada yang beli