“Ya udah. Yang udah terjadi, ya mau diapain lagi sih?”
Ngomongin kata “ya udah”, jadi inget suami pernah bilang, “Emang ya, kata-kata ‘ya udah’ tuh ajaib banget. ‘Ya udah. Mau diapain lagi kan.'”
Saya nimpalin, “Iya kayak lagunya Bondan. ‘Ketika mimpimu yang begitu indah, tak pernah terwujud, ya sudahlah.'”
Belum lagi buku Petunjuk Hidup Bahagia dan Tenteram-nya Dale Carnegie (btw saya amat merekomendasikan buku ini untuk dibaca. BAGUS BANGET isinya. Akan ada insight baru yang teman-teman dapatkan). Di situ ada kalimat, “Jangan menggergaji serbuk gergaji.”
Ya udah, mau diapain lagi?
Iya banget nggak sih, yang udah terjadi, ya mau diapain lagi. Mau disesali pun akan percuma kan. Kita nggak bisa membalikkan waktu. Kita nggak bisa mempermainkan keadaan yang di luar kuasa kita. Yang bisa kita lakukan cuma saat ini. Berubah menjadi lebih baik untuk masa ke depannya.
Terkadang saat kita dapat ujian, kita kayak mau nyerah. Menyalahkan keadaan, “Kenapa sih harus begini, harus begitu.” Kita pun merutuk, “Harusnya kan gini, gitu.” Bahkan menyalahkan orang lain, “Kamu harusnya begini. Jangan begitu. Blalabla” Hingga puncaknya kita menyalahkan Tuhan, “Kenapa sih Tuhan kok jahat banget sama aku.” Tsumma Naudzubillahimindzalik 😭
Bener sih kata Mas Bondan, “Ya sudahlah.” Buat apa lagi sih disesali? Emangnya kita bakal lebih tenang? Emang keadaan akan balik ke semula? Kan enggak 😩
Kalau udah terjadi “Ya udah”. Mau diapain lagi kan!
Segala yang Tuhan atur rasanya sudah PAS
Kita tuh bisa apa sih sebagai manusia? Kita nggak dikasih kuasa sama Tuhan buat bolak-balikkin waktu. Kita juga nggak dikasih kuasa buat mengubah apapun menjadi yang kita mau.
Akan apa jadinya bila Tuhan memberi kuasa itu? Waktu menjadi tak karuan. Kita mau balik ke masa lalu. Sementara si B ingin cepat-cepat ke masa depan. Sementara si C ingin waktu berhenti di sini saja. Bentrok.
Keadaan dunia juga akan menjadi runyam. Karena semua ingin berkuasa untuk memenuhi kepentingannya sendiri-sendiri. Bisa jadi yang terjadi malah saling membunuh. Bukan saja secara langsung, tapi menabrak perasaan-perasaan manusia hingga semuanya sama-sama hancur.
Ah iya ya, bahkan saya sendiri baru terpikir soal ini. Sungguh, begitu PAS apa yang sudah Tuhan anugerahkan buat kita saat ini: waktu yang tak bisa kembali. Keadaan yang hanya bisa diatur oleh Tuhan. Dan apa saja yang PANTAS untuk kita terima dan bisa kita kendalikan.
Jadi, ya udah. Kita mau apalagi? Memang sudah begini jalannya.
Tenang, kita tidak sendiri
Kita bahagia nggak sendirian kok. Kita sedih, juga bukan hanya kita yang bersedih kok.
Setiap hari ada orang yang bahagia dan bersedih. SAMA kayak kita. Jadi ya udah, mau apa lagi?
Ujian-ujian yang kita rasa berat, iya memang berat. Dan nggak hanya kita aja yang diuji. Nggak hanya kita aja yang nangis. Semua manusia SAMA.
Jadi, ya udah. Siapa lagi sih yang menguji kita dalam kehidupan ini kalau bukan Tuhan? Siapa sih yang mampu membolak-balik keadaan dan hati kita selain Tuhan. Even kita dizolimi oleh orang lain pun itu sudah Tuhan yang atur.
Ya udah, kapasitas kita ya memang sebagai manusia
Ada nggak sih, dari kita yang punya kekuatan sama besarnya dengan Tuhan? Bahkan sekalipun nanti di masa depan teknologi akan semakin canggih, yakinlah tetap tak akan ada yang mengalahkan canggihnya cara Tuhan mengatur hidup kita para manusia ini ☹
Jadi, ya udah. Kita bahagia, sedih, marah, kecewa boleh. Tapi ya udah, kapasitas kita ini memang cuma manusia. Yang bisa kita lakukan berusaha, berdoa, dan tawakkal. Karena hanya Tuhanlah satu-satunya Maha Pengatur.
Yang kita punya ya cuma saat ini dan di sini. Cuma sekarang waktu kita untuk memperbaiki semuanya. Untuk berusaha tidak mengulang lagi kesalahan-kesalahan seperti yang sudah terlewati. Untuk menjadikan ke depannya menjadi lebih baik. Ini pun lagi-lagi kita hanya bisa pasrah pada Tuhan akan hasil akhirnya. Ah, lagi-lagi ya kita ini ‘cuma’ manusia.
Ya udah, sadari aja bahwa semua ini sudah ketetapan-Nya. Apapun yang terjadi sudah Tuhan atur sedemikian rupa. Tidak akan melebihi batas yang bisa kita tanggung.
Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 286 :
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”
Jadi, ya udah. Ketika kesedihan itu menghampiri, pukpuk dada kita, dan katakan pada diri sendiri, “Ya udah. Udah begini jalannya 🙂”
Comment on “#LoQLC: Jadi, Ya Udah. Udah Begini Jalannya”