Saya tidak suka pelajaran Sejarah. Dari SMP sampai SMK, entah kenapa Sejarah belum pernah menarik perhatian saya selayaknya pelajaran Bahasa Indonesia atau Pendidikan Agama Islam.
Sejarah seringkali hanya mengambil sesuatu yang formal. Guru Sejarah saya dari dulu pun tidak pernah ada yang bisa menceritakan suatu sejarah dengan menarik. Pahlawan-pahlawan yang seharusnya bisa merasuk dalam jiwa saya jadi terasa membosankan karena cara penjelasan yang jujur saja bikin mengantuk.
Sejarah yang bisa dilihat secara langsung dan diceritakan dengan antusias
Tapi berbeda ketika saat sekolah ada study tour ke museum-museum dan ditemani guide, saya justru menikmati cara penjelasan pemandu tersebut.
Seperti Museum Transportasi yang ada di Taman Mini Indonesia Indah. Mendengarkan satu-satu penjelasan pemandu kapan kendaraan-kendaraan itu pertama kali dibuat, untuk apa saat itu penggunaannya. Dan bagaimana melihat langsung bentuk kendaraannya.
Atau ketika ke Museum Lubang Buaya. Melihat langsung lubang pembuangan korban-korban Gerakan 30 September / Partai Komunis Indonesia, atau dikenal dengan G30S/PKI. Dan melihat miniatur-miniatur perjuangan pahlawan di dalam sebuah etalase sambil mendengarkan cerita pemandu.
Oh, rupanya saya butuh suasana yang seperti ini. Yang bisa melihat langsung dari sebuah miniatur atau pameran atas sebuah kejadian di masa lampau. Rasanya lebih merasuk ke sanubari. Apalagi pemandu biasanya sangat menguasai cara bercerita.
Sama halnya ketika saya suka menonton film sejarah. Seperti waktu saya jalan-jalan ke Monumen Kapal Selam di Surabaya. Saya langsung mencoba naik kapal selam yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu itu. Dan tahu ada apa saja di dalam kapal tersebut. Apa fungsi-fungsi dari semua bagiannya.
Saya dan suami juga membeli tiket untuk menonton filmnya. Yang akhirnya membuat saya paham bahwa Monumen Kapal Selam bukan sebuah replika atau bangunan yang sengaja dibuat menyerupai kapal selam. Tapi itu adalah kapal selam yang sebenarnya. Kapal selam tersebut juga pernah diikutsertakan dalam pertempuran wilayah Irian Barat.
Cara bercerita yang menarik membuat sejarah tak membosankan
Saya jadi mengingat lagi bagaimana saya dulu selalu antusias saat ayah bercerita tentang masa lalunya atau masa lalu kami anak-anaknya. Saya benar-benar menikmati semua cerita ayah. Tak jarang, ibu pun menimpali. Apalagi kalau malam minggu atau saat di rumah mati lampu. Kami semua berkumpul di ruang tamu dan mendengarkan ayah dan ibu bercerita masa lalu.
Sampai sini saya jadi paham apa yang dibilang oleh Kang Asep Kambali dalam IG Live nya bersama Teh Ani Berta. Bahwa sejarah tak melulu membosankan. Dan kalau boleh saya ambil kesimpulan, sejarah adalah tentang bagaimana kita mengemasnya menjadi menarik.
https://www.instagram.com/tv/CEb244KAuFf/
Mungkin saat di sekolah saya belum menemukan keasyikannya karena tidak melihat secara langsung dan selalu berpikir bahwa sejarah adalah istilah-istilah dan sesuatu yang rumit dengan hafalan tahun-tahun. Tapi saat datang ke lapangan dan dijelaskan di depan pamerannya langsung, saya mulai mengerti. Dan mendapat gambaran dari miniatur-miniatur yang ada.
Sejarah bukan hanya tentang masa lalu
Maka benarlah kata Kang Asep, Sejarawan Indonesia dan Founder Komunitas Historia Indonesia, bahwa sejarah tidak hanya masa lalu. Tapi sejarah mampu menembus dimensi masa sekarang dan masa depan. Sebab dari sejarahlah kita akan tahu apa yang harus kita perbuat saat ini dari pengalaman yang sudah lampau. Dan kemudian berjuang untuk menyongsong masa depan menjadi lebih baik.
Dari sejarah kita mampu mengenal jati diri kita sendiri. Kita akan semakin mengenal budaya. Dengan begitu, kita mampu mengenal identitas bangsa kita.
Semakin tahu sejarah, semakin merekatkan kita. Semakin kita merasa menjadi bagian dari Republik Indonesia. – Kang Asep
Kita mampu menghargai sejarah diri sendiri
Saya akhirnya sadar, bahwa sebetulnya kita ini tidak pernah lepas dari yang namanya sejarah. Satu detik yang sudah lewat pun sudah bisa disebut sebagai sejarah. Tinggal bagaimana cara kita menciptakan sejarah itu.
Kalau tidak bisa menciptakan sejarah sebesar pahlawan, minimal kita bisa menghargai sejarah diri kita sendiri. Apapun masa lalunya, saat ini kita selalu punya harapan untuk menjalani hari dengan baik 🙂
Sumber referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Lubang_Buaya#:~:text=Lubang%20Buaya%20adalah%20sebuah%20tempat,September%20pada%2030%20September%201965.&text=Nama%20Lubang%20Buaya%20sendiri%20berasal,di%20dekat%20kawasan%20Pondok%20Gede.
Kebalikan dengan saya Mbak, saya sangat menyukai sejarah. Sayangnya, yah, saya tidak berhasil melanjutkan sekolah sehingga pengetahuan tentang sejarah sangat sedikit.
Semangat Mbak Belajar tak mesti di sekolah
makasih sharingnya