Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. – Wikipedia
“Bagaimana dunia orang dewasa?” Pertanyaan giveaway buku itu cukup menggelitik saya. Karena bukunya saya kira menarik, saya ikutan jawab aja, “Dunia orang dewasa itu complicated. Sudah terlalu rumit. Banyak yang ditakutkan, banyak yang dikhawatirkan, tapi juga banyak yang diharapkan.”
Ya, di umur saya yang sudah 25 tahun seperti sekarang rasanya banyak hal yang sudah dipelajari. Meskipun tetap saja belum merasa dewasa. Karena saya pikir, masih ada banyak yang belum saya tahu dan rasakan.
Tidak ada teori manusia yang saklek
Tapi semakin ke sini, semakin belajar, saya semakin menyadari bahwa, di dunia ini tidak ada teori manusia yang saklek. Yang saklek hanya aturan Tuhan, juga kepercayaan langsung-Nya yakni Nabi. Sisanya, kita bebas memilih ingin mengambil yang mana.
Buku-buku yang sudah saya baca contohnya. Nyaris semua non fiksi yang pernah saya baca punya satu garis besar, yaitu cara hidup bahagia misalnya.
Cara bahagia itu banyak, tapi tujuannya sama
Cara bahagia ini macam-macam banget. Pakar A bilang bahagia itu harus berdamai dengan diri sendiri. Pakar B membawa teori bahwa bahagia itu dengan melepaskan emosi. Pakar C menulis kalau bahagia itu harus punya waktu untuk diri sendiri.
Baca: Apa yang Kita Tulis, Tidak (Selalu) Sama di Mata Pembaca
Ketiga pakar itu punya penjabaran dan dasarnya masing-masing. PADAHAL, kalau mau dilihat, sebetulnya ketiganya punya tujuan yang sama. Sama-sama menuju kebaikan, yakni BAHAGIA. Tapi karena mereka punya pengalaman dan guru yang berbeda, maka cara mereka mencapai tujuan bahagia pun jadi berbeda termasuk dari gaya bahasanya.
Maka pilihannya ya tinggal ada di kita mau memakai teori yang mana. Kita sebagai pembaca bebas memilih untuk percaya teori A, B, atau C. Syukur-syukur jika kita bisa mengombinasikan semuanya.
Karena semua tujuannya sama, kita sebagai pembaca A nggak bisa menyalahkan pembaca buku B atau pun pembaca buku C. Begitu pun pembaca buku B dan C tidak bisa menyalahkan kita. Wong pada dasarnya semua sama.
Apa yang cocok bagi kita, belum tentu cocok di orang lain
Nah begitulah kira-kira. Semua orang punya dasar yang berbeda. Karena kita punya penelitian, pengalaman, guru, dan kondisi masing-masing. Pada akhirnya, kita tidak bisa menyamakan diri kita dengan orang lain. Sehingga kita pun tidak bisa memaksakan teori kita pada orang lain.
Kita mungkin cocok dengan teori pakar A. Tapi teman kita, bisa jadi lebih cocok dengan teori pakar B atau C. Dengan kata lain, tidak ada yang mengharuskan sebuah teori di dunia ini kecuali aturan Tuhan dan Nabi tadi.
Sama halnya dengan teori lain. Ya teori kesehatan, teori parenting, teori menulis, teori-teori lain pasti ada banyak macamnya. Banyak pakar, banyak sumber.
Hanya satu yang perlu kita garis bawahi, setiap teori yang dibuat manusia PASTI MEMILIKI KEKURANGAN. Itu sebabnya kita tidak perlu berekspektasi tinggi. Sebab pada pelaksanaannya pasti akan banyak lubang. Makanya, mungkin ada baiknya kalau kita jadi orang fleksibel aja. Tahu kapan harus menerapkan A, kapan saatnya mungkin kita pakai teori B.
Kita sama-sama menuju kebaikan
Ini cuma sekedar kontemplasi diri aja sih. Soalnya saya merasa di zaman ini kita dicekoki dengan banyak teori yang bahkan bisa dibilang terlalu banyak malah. Sampai seringkali membuat kita antar sesama saling gontok-gontokkan karena merasa kita tidak mengikuti teori mereka atau mereka mengikuti teori kita. Padahal mah ya buat apa sih, toh tujuan kita sebetulnya sama kok. Hanya saja kita belum sadar bahwa cuma dari segi caranya yang berbeda.
So, mari kita berdamai. Mari kita saling menghormati dan menghargai. Karena perbedaan itu sudah niscaya. Sudah Tuhan buat memang seperti itu. Kita nggak perlu berkecil hati atau berbangga diri untuk berbeda. Karena sekali lagi, tujuan kita semua sama. Sama-sama menuju kebaikan 🙂
benar gan, tiap orang punya pandangan masing-masing