memang tidak enak punya mantan pacar!
aku sendiri bisa membayangkan bagaimana jika suamiku nanti tidak jauh seperti aku (punya mantan pacar.red) – bukankah wanita baik, untuk laki-laki yang baik? itu artinya si suami adalah cerminan dari istrinya begitu pula sebaliknya.
aku bisa membayangkan bagaimana jika suamiku nanti bercerita tentang mantan pacarnya, tentang kecantikannya, tentang apa yang dulu ia suka dari mantan pacarnya, tentang kelebihan-kelebihannya yang tidak ada padaku, tentang bagaimana agamanya yang lebih baik, terlebih jika ia punya cerita tentang aktivitas selama ia pacaran dan tentang-tentang yang lainnya yang mungkin masih banyak. *huffhhh,…tarik napas sebentar…
ya mungkin bisa saja ia tidak sengaja niat untuk bercerita, bisa saja kan ia hanya mengambil pelajaran dari mantannya yang terdahulu yang lebih baik untuk diterapkan yang baiknya pada kita. namun bagaimana rasanya? tidak munafik. ada saja rasa tidak enaknya. walaupun mungkin kita masih bisa menyikapi dengan cara positif.
***
tapi buatku, sebelum menikah suamiku harus tau bagaimana aku yang sebenarnya, dengan segala kekuranganku, dengan cerita masa laluku, “apa? masa lalu?” Ya masa lalu!. “untuk apa diceritakan? bukankah akan lebih baik itu hanya menjadi ceritamu saja? ya kau pendam saja untuk dirimu sendiri, selama ia tidak bertanya.”
TIDAK! buatku tidak seperti itu. ya sukur jika suamiku tidak beda jauh ceritanya denganku, namun bagaimana jika Allah memberikan aku suami yang super (lebih baik.red) *hehe :p
dari kepribadian, dari agama, dari ketaatannya, dari ketakwaannya, dan dari yang lebih baik lagi. aku merasa akan sangat tidak adil baginya. ia yang menjaga dirinya sampai dimana ia dihalalkan oleh wanitanya (menikah.red) sementara aku? aku punya cerita tentang yang namanya ‘pacaran’. lebih tepatnya mantan pacar.
YA. sebelum menikah aku niatkan, calon suamiku harus tau aku yang sebenarnya. sebenar-benarnya “ngotot banget?” emang! “zzzz../”
ah sudahlah pokoknya punya mantan pacar itu ngga enak! ngga enak! dan ngga enak! *tuh.
***
coba bayangkan para perempuan (laki-laki juga sih) *terutama yang saat ini masih pacaran*, apakah kau sudah tau bahwa pacarmu saat ini ialah yang akan menjadi suami/istrimu kelak? ya syukur jika kau sudah tau. *loh tapi kan tidak ada satupun yang tau tentang rencana Allah?* Bagaimana jika kelak suami/istrimu berbeda jauh dari yang kau harapkan? yang tidak pernah kau kenal sebelumnya, yang tidak pernah kau duga sebelumnya? yang tidak pernah kau temui sebelumnya? apa kau pernah berpikir sejauh itu? *tarik napas…
belum lagi dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan selama berpacaran. adakah kau pernah disentuh? adakah kau pernah (maaf) dicium, diraba, atau bahkan lebih? *naudzubillahimindzalik.
lalu apakah kau berani bercerita pada suami/istrimu kelak tentang itu? apa kau berani menjawab setelah ia tau bahwa kau pernah pacaran, lalu ditanya apa saja aktivitasnya? setidaknya syukur jika sebelum menikah kau berhasil tidak tersentuh selama berpacaran atau kau sudah berani menceritakannya. tapi jika ceritanya berbeda dan yang kau pikirkan hanya perasaanmu saja, karna kau takut kehilangannya kau pendam dalam-dalam ceritamu, lalu jika suamimu lebih baik darimu, apa kau tenang? apakah ada rasa dalam hatimu, bahwa sesungguhnya itu tidak adil baginya?
memang iya bahwa masa lalu itu tidak terlalu penting, aku hanya membayangkan bagaimana ketika suatu saat kau ditanya.
lelaki yang memegang tanganmu saat ini bukan suamimu kelak, yang memelukmu saat ini bukan suamimu kelak, bagaimana? kita wanita hanya punya satu harta berharga. ketika itu hilang, maka hancurlah semuanya. hancurlah masa depan kita.
aku hanya peduli padamu. terlebih wanita, kau harus menjaga dirimu saat ini. kau harus bersabar hingga saatnya tiba *halal. menikah.red*
di zaman yang semakin kritis ini, jika kita tak pandai-pandai mengendalikan diri dan punya prinsip, akan sangat mudah bagi kita terbawa arus.
biarkan teman-temanmu punya pacar sementara kau masih sendiri. kau patut berbangga dengan hal itu. kau berani beda dari yang lain. waktu yang mereka gunakan hanya untuk aktivitas yang sia-sia tersebut kau gunakan untuk memperdalam ilmu agamamu, memperdalam keahlian yang ingin kau kuasai.
dan ingat selalu janji Allah, YANG BAIK AKAN MENDAPATKAN YANG BAIK PULA!!
Mengawali gerbang pernikahan memang sebaiknya diawali dengan kejujuran, walau mungkin pahit. Namun lebih baik tahu dari awal, dari pasangan sendiri daripada tahu dari orang lain. InsyaAllah bisa dimengerti karena yang terpenting telah berubah seandainya punya masa lalu yang kurang baik…