Pagi ini baru inget buka email setelah sekian hari sama sekali nggak buka-buka email. Kebanyakan notif pun masih standar. Hanya notif dari marketplace dan beberapa website yang emang pernah ‘kepencet’ tombol subscribe. Pas lagi scroll-scroll, tahunya ada satu email berharga. Penawaran Kerjasama. Hiks, nyesek banget.
Mending kalau penawaran tersebut long time, ternyata deadline sudah lewat. Dan saya nggak baca! Huhu nyesek!
Tahulah ya, di bulan-bulan yang masih dilanda pandemi begini, hal-hal yang berbau materi sangat berharga. Jadi wajar kalau saya ngerasa nyeeeesss banget kalau kelewat baca penawaran kerja sama begitu 🙁
Belum rezeki = belum kehendak-Nya
Pas curhat sama suami, beliau cuma bilang “Belum rezeki :*”
Saya langsung diam. Iya juga ya. Jadi kepikiran aja, bahwa segala sesuatu kalau konsepnya sudah “Semua terjadi atas izin Allah”, kita sebagai manusia ya bisa apa. Ya, nggak sih?
Saya mungkin memang salah karena siapa suruh nggak cek-cek email. Tapi kalau sudah begitu jalannya, ya mau apa. Toh kejadiannya juga sudah lewat. Saya pernah nulis juga soal ini di postingan Ya Udah. Udah Begini Jalannya. Yang sudah terjadi, ya sudah. Mau diapakan lagi? Toh sudah lewat. Toh tidak akan kembali.
Jadi beneran mikir. Memang kalau segala sesuatu kita kembalikan lagi pada Yang Maha Punya, kayaknya hati manusia mudah sekali untuk tenang.
Kita sering lupa ada Allah Yang Maha Berkehendak
Selama ini hidup sering dilanda kegalauan dan keresahan, mungkin karena terlalu banyak yang kita harapkan. Banyak keinginan-keinginan yang belum tercapai. Banyak juga kejadian yang kita rasa nggak seharusnya terjadi. Harusnya begini. Harusnya begitu.
Yah, tapi memang kodrat kita hanya sebagai manusia biasa. Kita beneran nggak punya daya apa-apa untuk mengubah keadaan. Kita bisa merencanakan. Tapi segalanya ada di Allah. Yang Maha Punya Kehendak.
Lagi pula, pernah mikir nggak sih. Jangan-jangan keinginan kita memang belum pas. Jangan-jangan harapan kita nih bisa membawa kita pada malapetaka atau marabahaya. Jangan-jangan semua yang terjadi ada maksud baiknya. Itu sebabnya Allah belum ngasih-ngasih dan membiarkan sesuatu terjadi.
Begitu pula konsep rezeki. Kita cuma bisa mencari dan berusaha. Tapi takarannya, sudah mutlak ada di tangan-Nya.
Penilaian manusia terbatas. Itu sebabnya kita dianjurkan berpikir
Apapun yang dinilai sama pandangan manusia akan selalu terbatas. Pun begitu halnya dengan semua kejadian yang kita lihat dan kita alami. Bisa jadi memang sudah kehendak-Nya lah begitu.
Seperti pandemi Covid-19 sekarang. Dunia seperti gelap. Tapi memang ini terjadi atas kehendak-Nya. Jadi mau dibilang ini ada konspirasi, atau whatever. Kita harus selalu ingat, bahwa ada Allah Yang Maha Punya yang mengizinkan adanya virus ini.
Jadi kalau semua kita kembalikan lagi pada konsep, “Sudah ada Allah yang mengizinkan semuanya terjadi” rasanya hati benar-benar bisa lebih tenang.
Kita jadi akan selalu sadar bahwa semua yang terjadi di dunia ini memang bukan kuasanya manusia. Tapi ada Allah. Dialah Sang Maha Yang Berkuasa. Yang mampu mengubah keadaan bahkan dalam waktu sekejap saja.
Saat mengalami hal apapun dan melihat kejadian, memang harus kita pikirkan kembali. “Ini pasti ada kehendak Allah.” Dan yang pasti kita juga harus sadar bahwa, “Ada maksud yang Dia inginkan.” Nah ‘maksud’nya apa, Wallahua’lam. Cuma yang bisa mikir yang akan benar-benar mengetahui.
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.
QS. Al-Jatsiyah: 13
Setuju, belum rezekinya, ya, Mbak. Saya pun selalu mengatakan hal itu dalam hati ketika harus menolak job lantaran nggak sesuai sama apa yang saya yakini, atau nggak kepilih dapat job padahal udah daftar, atau tanpa sengaja melewatkan job seperti yang mbak alami. Belum rezeki. Insya Allah milik kita nggak akan lari dari kita. Tetap semangat ya, Mbak. Semoga Allah mudahkan urusannya 🙂
Aaamiiin. Terima kasih. Semoga mbak muyassaroh juga selalu dilancarkan rezekinya 🙂