Baru kemarin dapat kabar tentang seorang mahasiswa dari universitas ternama bunuh diri. Kalau sudah begini apalagi jika penyebabnya bukan depresi. Gini gini masih saja ada yang mengaitkan, “Wah padahal nilainya bagus. Kenapa bunuh diri?” Duh padahal depresi adalah gangguan kejiwaan. Sedih yang berdampak negatif pada pikiran, tindakan, sampai kesehatan seseorang.
Selengkapnya di Wikipedia:
Depresi adalah suatu kondisi medis berupa perasaan sedih yang berdampak negatif terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan mental seseorang [1]. Kondisi depresi adalah reaksi normal sementara terhadap peristiwa-peristiwa hidup seperti kehilangan orang tercinta. Depresi juga dapat merupakan gejala dari sebuah penyakit fisik dan efek samping dari penggunaan obat dan perawatan medis tertentu. Dalam kaitannya dengan gangguan mental lain, depresi dapat juga menjadi gejala dari gangguan kejiwaan seperti Gangguan depresi mayor dan distimia.
Manusia butuh pegangan
Bener deh, nggak ada kaitannya depresi dengan nilai akademis. Depresi adalah suatu bentuk perasaan yang bisa dibilang timbul begitu saja ketika kita merasa kehilangan pegangan.
Kita manusia ini tidak bisa menampikkan bahwa dalam hidup kita butuh pegangan. Seatheis-atheisnya orang, dia pasti tetap butuh pegangan entah apapun. Kita manusia tercipta dengan berbagai macam perasaan. Untuk mengeluarkan perasaan ini dibutuhkanlah sesuatu atau seseorang untuk bisa menjadi pegangan kita.
Keluarga contohnya. Keluarga adalah hubungan terdekat kita. Jika hubungan dengan keluarga ini rentan, bisa jadi kita akan mencari pelampiasan lain.
Maka tidak heran jika ada yang bisa depresi karena putus dengan pacarnya. Karena dia sudah menganggap sang pacar sebagai pegangan dia. Ketika hilang pegangan, maka goyahlah hidupnya. Dia menjadi terombang-ambing. Merasa bahwa hidupnya tidak berarti lagi karena merasa tidak ada lagi yang peduli padanya. Dirinya pun sudah tidak kuat menghadapi tekanan sendirian.
Baca: Kenapa Sih Rasa Pengakuan itu Penting?
Tak semua orang mampu percaya
“Seharusnya orang kalau depresi ya minta bantuan dong.”
Tak semudah itu juga rupanya. Tidak semua orang MAMPU percaya pada orang lain. Ada orang yang sulit bicara karena sulit memberikan rasa kepercayaan pada orang lain. Ada orang yang sulit harus mulai dari mana karena takut dihakimi duluan. Ada orang yang memang belum mampu atau belum tahu untuk minta bantuan pada siapa.
Akhirnya, orang inilah yang harus kita dekati lebih dulu.
Memang sulit, istilahnya kita kan nggak tahu apa-apa di dalam diri dia. Kalau dia nggak ngomong, mana kita tahu. Ya makanya dibutuhkan kebijaksanaan di sini. Seseorang yang depresi tidak bisa kita remehkan.
Nilai akademis bagus itu tidak menjadi jaminan. Dari luar terlihat baik-baik saja itu belum tentu. Kita sendiri yang harus paham bahwa tidak semua orang punya kemampuan yang sama dengan cara kita menghadapi masalah.
Kita harus punya pegangan
Yap, intinya setiap kita harus punya pegangan. Ini juga mungkin manfaatnya kita punya Allah, punya Tuhan untuk kita sembah. Sebab Tuhan adalah sebenar-benar pegangan.
Dan sebisa mungkin hubungan keluarga harus sehat. Keluarga adalah tempat pertama kali kita pulang. Jika keluarga hilang, perhatian kita akan teralih pada yang lain. Sedangkan yang lain, takkan bisa abadi karena biar bagaimana pun pada akhirnya orang akan punya kepentingannya masing-masing.
Dan jika kita beragama, mendekatlah pada Tuhan. Ini dasar, tapi penting dan dampaknya besar sekali pada kehidupan kita. Sebab satu-satunya yang tidak pernah mengecewakan kita adalah Tuhan. Dia tak pernah ingkar janji.
Bijak untuk memahami orang depresi
Terakhir, bijak untuk memahami bahwa kemampuan menyelesaikan masalah setiap orang itu berbeda. Kita tidak bisa menghakimi orang-orang yang dilanda depresi. Dia butuh kawan untuk berbagi perasaannya. Dia butuh teman untuk mau mendengarkan segala keluh kesahnya tanpa diremehkan.
Dan dia butuh motivasi bahwa hidup ini sungguh berharga. Sekali lagi bukan dengan penghakiman, tapi dengan memahami lebih dulu bagaimana perasaannya.
Setuju mbak. Dukungan orang terdekat sangat dibutuhkan oleh orang yang depresi. Sayangnya di masyarakat kita masih sedikit yang peduli dengan hal tersebut. Tidak jarang orang yang depresi dianggap lebay dan terlalu berlebihan.
Sedih ya. Berarti kembali lagi ke diri kita sendiri. Semoga kita bukan pelaku dari yang meremehkan itu ya 🙂 Syukur2 jika bisa bantu 😀
Sedih jadi keingat kasus-kasus orang yang bunuh diri karena depresi. Semoga dengan makin canggihnya teknologi, akan semakin banyak orang-orang seperti Mbak yang berbagi tentang depresi serta tulisan bermanfaat lainnya sehingga kesadaran dan pemahaman akan depresi semakin meningkat.
Aamiin ya Rabbal Alamin :’)