Dulu, aku selalu berharap punya seorang saja sahabat.
Sahabat yang super mengerti aku.
Sahabat yang mengerti tanpa harus aku jelaskan
bahwa aku sedang bahagia atau sedih.
Sahabat yang selalu siap membantuku kapan saja.
Yang 24 jam siaga untukku.
Sahabat yang bisa menjawab segala pertanyaan dan keluh kesahku.
Ya… pokoknya sahabat yang bisa menjadi sandaran setiap saat.
Dan beberapa mungkin sempat hadir.
Tapi sayang,
tidak ada satupun dari mereka yang sempurna memenuhi kriteriaku.
Slalu ada saja yang kurang.
Slalu ada satu yang hilang.
Suatu ketika aku mulai bertanya,
“Kemana mereka?”
“Mana yang namanya sahabat?”
Bahkan aku sampai tak mengerti
bagaimana yang bisa disebut sahabat.
Buatku,
sahabat itu ya….seperti yang tadi aku sebutkan.
Seiringnya waktu
aku mulai menyadari,
Bahwa sampai detik kapanpun,
ia tak kan ada.
Dan mungkin memang tak pernah ada.
Dan ‘dia’ pelan-pelan berbisik,
credit: mamaeka.com |
“Akulah sahabatmu.
Yang super mengerti dirimu.
Yang slalu paham tanpa harus kau jelaskan perasaanmu.
Yang selalu mengingatkanmu.
Yang tak pernah lelah untuk siaga membantumu.
Yang bisa menjawab segala pertanyaan yang kau ajukan sendiri.
Yang otomatis menjadi sandaran kala mereka semua tak ada untukmu.
Dan akulah sahabat sejatimu.
Berhentilah mencari dia yang sempurna.
Berhentilah mencari dia yang memang tak kan pernah ada.
Sebab sejatinya, sahabat itu ada pada hatimu.
Tepatnya akulah dia.
Nuranimu.”
hello nurani hhe.. 🙂
Hehehe 🙂
Nurani itu ada pada hatimu mbak 🙂
Kalau mencari yang sempurna tentu tak akan pernah bertemu… karena kalau menurut saya, sahabat itu hadir untuk saling melengkapi kan? Sama seperti pelangi, masing2nya mempunyai warna yang khas tapi jika bersama-sama tentu mereka terlihat serasi 🙂
http://al-ihtisyam.blogspot.com/2014/04/ukhuwah-dalam-warna.html
Tapi disaat-saat tertentu, sahabat yang satu itu memang tak ada duanya, paling jujur dan paling kompatibel pokoknya mah. Nurani yang bersih akan menghasilkan nasihat2 yang jernih begitu juga sebaliknya. Jadi tergantung kita juga, mau punya temen yang baik apa yang buruk?
Yuk mari… bersih-bersih hati nurani (^_^)/
Wah super sekali komennya mbak hehe terima kasih 🙂
Ya. Sama seperti kita jua yang tidak sempurna 🙂
Nurani itu memang tidak ada tandingannya 😀
Yuk bersih-bersih ^_^