Setelah membaca sebuah tulisan mendadak saya merasa sedih. Tulisan tersebut mempunyai inti kerinduan seorang ibu pada anaknya yang aktif di luar tapi mengabaikan keluarga. Ya Allah, kalau melihat keadaan sekarang memang merasa bersalah sekali. Sejak aktif berbagai komunitas, kini membuat minggu-minggu saya jarang di rumah. Kegiatan seminar, kopi darat, atau hanya sekedar kumpul. Sebenarnya sudah sering ibu bilang, “Sibuk banget. Setiap minggu jarang di rumah. Sekali-kali luangin waktu buat keluarga.” Maafkan aku Ibu :'(
Sedari kecil saya bukan tipe anak yang aktif kegiatan. Apalagi setelah lulus sekolah membuat saya menjadi anak rumahan yang jarang keluar. Keaktifan saya di media sosial yang mengantarkan saya pada beragam informasi hingga akhirnya mengikuti berbagai komunitas. Serta mulai mencoba-coba mencari kegiatan barulah yang membuat hari-hari saya menjadi lebih padat. Padahal saya sudah kerja sambil kuliah. Seharusnya minggu waktunya istirahat. Bahkan kakak sepupu saya pernah mengingatkan, sebaiknya saya tidak usah ikut kegiatan-kegiatan di luar. Sebab beban saya sudah dua. Mungkin beliau kasihan jika nantinya saya terlalu lelah.
Sedih, sedih memang kalau orang tua dan keluarga mulai mengeluh tentang keaktifan saya ini. Belum lagi jika waktu berkumpul dengan keluarga selalu bentrok dengan acara komunitas. Waktu keluarga sudah setiap hari, maka bolehlah minggu waktunya saya berkumpul dengan teman-teman, begitu pikir saya. Jahatkah saya? 🙁 Terkadang saya berpikir haruskah saya tinggalkan semua komunitas ini? Atau paling tidak, saya tetap aktif online tapi tidak usah ikut berkumpul langsung bersama mereka? Saya juga kadang iri dengan mereka yang justru sudah berkeluarga bahkan punya anak, tapi masih aktif hadir di komunitas. Ridhokah suaminya/istrinya? Sementara ibu saya sering mengingatkan agar saya bisa mengendalikan diri. Jangan sampai keaktifan saya ini membuat saya lalai dengan keluarga saya nantinya (baca: jika sudah punya suami dan anak).
Sampai saat ini nyatanya saya belum bisa meninggalkan semua. Belum lagi masih ada amanah di beberapa komunitas. Di satu sisi saya juga mengakui bahwa saya kadang lelah. Namun di sisi lain komunitas-komunitas inilah yang membawa jaringan pertemanan saya lebih luas. Saya bimbang. Harus bagaimanakah saya? Hanya satu yang terpikir saat ini. Jika orang tua benar-benar selalu sedih, maka saya yang harus berpikir ulang. Mungkin ada benarnya jika saya harus mengurangi aktifitas di luar. Sebab saya tidak mau, langkah saya tidak diiringi ridho orang tua. Maafkan aku Bu, Yah 🙁
Teringat obrolan kita di depan masjid Al Barkah ^^
Eh Kak Dew 😀
setidaknya sore ini ngeteh sambil ngobrol sama ibu adik nih^^
Iya Mbak :')
harus bisa bagi waktu mak, tapi menurutku sih keluarga yg utama 🙂
Setuju Mak.
Soal bagi waktu sih harus 😀