Alhamdulillah setelah sharing-sharing dengan dosen, jadi dapet inspirasi buat nulis. Tapi saya ngerasa, tulisan ini buruk dan agak sedikit membongkar aib saya -__-.
Sekian lama saya hidup, ceileh emang umur lu berapa? Haha oke. Umur saya baru 20 tahun. Upzh bukan. Bukan baru. Tapi sudah 20 tahun. Iya, setiap saya mengucap umur, saya jarang bilang “baru”, saya lebih suka bilang “sudah”. Tujuannya supaya ideng (baca: sadar) bahwa semakin hari saya semakin tua alias dewasa! Iya dewasa!
Oke sebelum melenceng lebih jauh dari tema, saya akan langsung sampaikan poinnya. Tadi ngomongin umur, berarti ini ada kaitannya dengan umur. Biasanya kalo umur nggak jauh-jauh kaitannya dari KESADARAN. Hehe maaf ya saya caps. Kesadaran apa? Kesadaran bahwa ternyata saya orang yang bisa dibilang idealis. Whuaa.. Nangis. Enggak kok enggak, nggak sampe nangis. Paling cuma ngegerogot tembok. Nah lho. Mulai keluar deh -_- Lalu apa yang bikin saya sampe mo nangis atau bahasa halusnya sedih? Selama ini saya mengartikan bahwa idealis itu sesuatu yang yaa sesuatu. Eh tidak, tidak. Tapi wow. Idealis dimata saya itu, orang yang inginnya cuma ituuuu aja. Inginnya sesuai yang ada dipikirannya aja. Nggak mau yang lain. Dan ternyata, saya baru sadar kalo saya termasuk didalamnya -_-
Selama ini saya memang menginginkan satu hal dan ingin itu tercapai. Tapi langkah saya tidak mendekati apa keinginan saya itu. *Bingung ya. Maaf ya, saya tidak bisa membongkar apa keinginan saya itu -_-* Sampai sekarang saya masih ingin itu tercapai. Dan niat jeleknya adalah kalau keinginan itu tercapai, saya akan meninggalkan beberapa hal yang sudah saya capai selama ini. Karena ya saya memang cuma ingin itu. Sebenarnya saya bisa menjelaskan kenapa saya seperti itu. Saya selalu ingat kata-kata orang bijak, lakukan apa yang kamu senangi dan membuat kamu bahagia melakukannya. Maka itu, sebisa mungkin saya ingin mencapainya. Nah disadari atau tidak. Ternyata itulah yang namanya idealis. Saya idealis, karena saya belum bisa membuka mata atas apa yang sudah saya capai saat ini, meskipun jauh dari keinginan saya. Saya idealis, karena saya lupa bersyukur, bahwa dibalik pencapaian saat ini ada nilai-nilai yang salah satunya bisa mengangkat derajat. Saya idealis, karena sampai saat ini hati saya belum bisa berdamai dengan keadaan. Fiewh. Tarik napas sebentar.
Yah. Mungkin 3 poin besar itu yang akhirnya membuat saya sadar. Lho? Idealis yang selama ini saya takuti, ternyata diam-diam ada di diri saya. Huff.. Ya Allah maafkan hamba :'(
Kalimat ini yang paling paling membuat saya benar-benar sadar:
Idealisme akan membuat kita menderita dan egois. Egois pandangan dan mengecilkan sesuatu yang tidak disuka.
Saya tidak tahu mengapa otak saya bisa langsung tersangkut dengan kalimat itu, dan menyadarkan bahwa selama ini saya idealis, padahal awalnya hanya berbincang tentang keinginan. Saya juga belum tahu apakah sebenarnya idealis itu bagus atau tidak -_- Yang pasti selebihnya saya harus bersyukur!
salam ta'aruf ukht..
aku follow ya 😀
IDEALISME.. hehehe.. tapi usia segitu aku belum kepikiran nikah. wajarlah waktu itu aku baru 1 tahun lulus SMA, sadar
salam juga ^_^
Walah, maaf mbak, tp ini bukan mmbicarakan ttg hal itu 😀 *tapi cita-cita yang lain 🙂
hfhf ada kesan ke arah sana ya tulisannya -_- *tapi asline mmg bukan itu 😀