2019 lalu, saya pernah tutup media sosial. Saking ributnya di pikiran. Saya merasa saja banyak sekali informasi yang masuk. Alhasil saya mengalami krisis diri yang parah. Rasanya seperti melayang tak tahu arah. Karena saya belum bisa mengontrol itulah saya memutuskan untuk tutup media sosial.
Kalau tidak salah selama 3 bulan saya menonaktifkan Facebook, Twitter, dua akun Instagram. Dan hanya menyisakan Instagram utama karena masih ada kerjaan yang sudah terikat. Saya juga left dari semua grup WhatsApp kecuali grup keluarga. Tenang rasanya.
Siapa sih diri saya dan apa tujuan saya?
Tapi sekarang, setelah lama saya mengaktifkan kembali media sosial, rasa riuh itu seperti mampir lagi di diri saya. Kita tuh terlalu banjir informasi. Kita disajikan dengan beragam informasi yang positif. Tapi alih-alih positif, sebenarnya bisa menjadi racun kalau kita tidak kuat.
Ambil saja contoh sendiri. Saya masih belum tahu tujuan saya sebenarnya apa. Akhirnya semua informasi di media sosial yang bagus-bagus, saya ambil. Teori A diambil, pendapat B di-amin-i, status C juga diserap. Lama-lama saya bingung, mana yang harus saya ambil lebih dulu. Mana yang seharusnya saya terapkan.
Saya sedih sekali seperti orang linglung jadinya. Sudah banyak buku yang saya baca dan seminar yang diikuti. Tapi saking banyaknya, saya sampai lupa hal paling esensial dan yang paling utama. Yakni, mengenal diri sendiri dan tahu tujuan kita apa!
Karena saya tidak mengenal diri dan tahu tujuan, akhirnya semua rasanya bagus dan diserap. Tapi efeknya bukan baik ternyata, tapi jadi kebanjiran informasi tanpa pernah saya menjadi dari apa yang sudah saya baca dan dari banyak seminar atau webinar yang saya ikuti. Itu artinya saya kurang praktik!
Stop informasi dan mulai praktik!
Beruntung saya punya suami yang selalu sabar dan bisa mengingatkan. Beliau juga merasa saya ini sebenarnya punya potensi besar karena sudah banyak tahu. Tinggal diasah saja. Dengan kata lain, STOP INFORMASI, dan MULAI PRAKTIK! (Maaf capslock jebol hehe).
Saya harus tahu dulu nih, SIAPA SIH SAYA. APA YA TUJUAN SAYA. Saya mau apa nih. Nah langkah-langkah apa yang mesti saya lakukan supaya tujuan saya tercapai. Saya harus punya tujuan besar, yang kemudian dibagi-bagi ke dalam beberapa rencana supaya tujuan besar tadi tercapai.
Sialnya, semua yang dibilang suami itu sudah saya baca di banyak buku dan seminar motivasi! Hiks menyedihkan.
Jadi sekarang, saya benar-benar memikirkan empat hal. Mindset, self control, tantangan, dan azzam.
Mindset
Saya harus ubah mindset saya atas apapun yang terjadi supaya rasa insecure itu hilang. Saya insecure karena mungkin ya itu tadi, saya belum mengenal diri saya sendiri. Jadi saya harus mulai dengan mengetahui siapa diri saya dan apa yang sebetulnya saya ingin capai.
Self control
Saya harus punya kontrol diri yang baik agar tujuan itu tercapai. Kalau hal itu tidak sesuai tujuan, maka harus saya abaikan. Sebagus apapun teori di luar, sebesar apapun suatu promosi, kalau tidak sejalan dengan tujuan ya jangan diambil. Saya nih sudah punya tujuan yang besar dan bagus kasarannya, maka saya harus bisa mengontrol diri dari hal-hal yang tidak perlu.
Tantangan
Selama ini saya selalu punya pikiran bahwa suatu hal bisa menjadi beban, hambatan, masalah. Menurut suami, mindset itulah yang bikin saya berjalan di tempat. Kalau kita sudah menganggap suatu hal sebagai masalah atau hambatan, maka selesai sudah. Kita jadi tidak berpikir solusi.
Beda kalau kita menganggap suatu hal sebagai tantangan. Seperti game, kita akan terus terpacu untuk menyelesaikan semua levelnya apapun halang rintangnya. Sebab di situ kita menganggap game itu adalah tantangan. Jadinya seru. Kita terus termotivasi untuk menyelesaikan sampai akhir. Maka begitulah seharusnya kita menganggap bahwa apapun yang kita alami adalah suatu tantangan yang BISA kita selesaikan.
Azzam
Azzam sama dengan tekad. Seberapa besar sih tekad kita untuk mencapai tujuan. Sepenting apa tujuan itu bagi kita. Kalau kita masih tergoda dengan semua hal di luar, artinya tekad kita belum kuat. Tujuan kita belum begitu penting.
Maka jika kita menganggap suatu hal itu penting, maka kuatkan tekad kita. Ingat-ingat lagi tujuan itu. Kalau memang itu sesuatu yang benar-benar ingin kita capai, maka tekad kita pasti kuat dan tidak akan mudah goyah.
Selalu ingat apa tujuan kita dan kuatkan azzam itu.
Ini saya kayak lagi nulis motivasi ya. Sebenarnya memang motivasi untuk diri saya sendiri. Mungkin benar kata suami, saya harus mengurangi informasi dari luar. Sekarang saatnya mulai praktik.
Saya tuh sudah banyak bangetlah baca buku. Semua teori juga sudah banyak saya serap. Tinggal saya harus kenal diri saya tuh siapa. Harus tahu apa yang ingin saya capai. Supaya saya tidak terus-menerus kebanjiran informasi tanpa ada yang dihasilkan sama sekali.
Dengan begitu saya bisa berhasil untuk MENJADI DIRI SAYA SENDIRI tanpa harus terpengaruh lagi dari luar!
Berubah itu memang tidak mudah, tapi lagi-lagi kita harus tahu tujuan dan menguatkan niat. Selalu ingat-ingat dua hal itu. Insya Allah semua akan lebih mudah dijalani.
Ganbatte!
Semangat untuk kita semua!
Ya bener banget mbak, stof informasi!!! Sayajuga gtu, linglung byk info, tpi klo blok mbak membantu banget, trims mbak
Terima kasih banyak sudah membaca ya, Mbak 🙂