Skip to content

Sohibunnisa

Personal & Lifestyle Blog

  • Home
  • About
  • Disclosure
  • Portfolio
  • My Other Blog
  • Toggle search form

Mengendalikan Diri, Berimbang, dan Plegmatis

Posted on Oktober 11, 2019Oktober 11, 2019 By Ade Delina Putri Tak ada komentar pada Mengendalikan Diri, Berimbang, dan Plegmatis

Saya itu sekarang lagi menghindari banget melihat hal-hal yang negatif. Kalau pun terpaksa kelihatan atau terbaca, saya menyadari diri bahwa saya masih sehat. Saya oke. Saya baik-baik saja. Makanya jadi paham kan kenapa saya nggak mau nonton Joker? Hehe.

Bukan semata karena saya sendiri mentalnya sedang lemah. Tapi saya paham ada yang namanya vibrasi. Bagi yang kuat, melihat hal-hal apapun takkan jadi masalah. Tapi kalau masih lemah, lebih baik hindari melihat yang kita pikir itu negatif. Sebab vibrasi itu menular. Kalau negatif, secara tidak sadar, kita juga akan tertular jadi negatif. Begitu pun dengan hal positif. Vibrasinya juga akan positif.

via GIPHY

Beberapa waktu lalu, bahkan saya sempat tidak mau terlalu banyak baca teori-teori parenting, teori psikologi, atau teori apapunlah. Karena saat itu diri saya belum siap menerima. Alhasil saya merasa badan jadi nggak enak. Apalagi hal yang negatif. Sudahlah langsung close saja 😅 Atau beralih ke hal yang lain.

Lebih baik kendalikan diri saja

Saat membaca apa-apa yang menurut saya negatif, dulu saya mungkin akan marah-marah. Di status misalnya. Menyalahkan orang jangan begini jangan begitu. Seharusnya begini begitu. Ya nasihatinlah intinya.

Tapi lama-lama saya sadar. Bahwa saya tidak bisa mengendalikan orang lain. Sebanyak apapun status saya di media sosial berisi nasihat, akan selalu ada orang-orang yang berlawanan dengan prinsip saya. Akan tetap ada orang-orang yang lebih memilih sendiri jalan hidupnya. Apalagi kalau mereka nggak baca status saya. Ya sudah kelar 😅

via GIPHY

Makanya, lebih baik saya mengendalikan diri sendiri saja. Nggak suka, ya sudah skip. Ada pilihan unfriend, unfollow, dan blokir pula. Selesai. Saya selamat. Dan tidak perlu pegal-pegal sok-sokan menasihati orang 😛

Sampai sekarang pun saya lakukan itu. Kalau memang tidak suka, ya sudah saya lakukan apa yang bisa saya lakukan. Pokoknya seminimalisir mungkin untukĀ ngerecokkin hidup orang 😅 Suka-suka dialah mau melakukan apa.

Bahkan kadang ke teman pun begitu. Saya nggak mau terlalu ikut campur soal hidupnya. Biarlah saya ngoceh di lapak sendiri saja 😅

Makanya, wajar kalau sekarang saya makin sulit percaya dengan orang. Di dunia maya apapun bisa dikeluhkan. Bisa dimanipulasi. Bisa ditulis. Bisa direkam 😅

Apalagi kalau kasusnya mengeluh tentang orang lain, bahkan orang terdekatnya. Bye aja udah! 😄

Cover both side. Supaya nggak berat sebelah

Ini tuh gara-gara saya pernah baca komentar yang kurang lebih isinya, “Kita nggak bisa percaya sepenuhnya apa yang dia katakan. Karena kita hanya membaca dari sudut pandang dia. Kita harus tahu juga dari sudut pandang satunya. Biar berimbang.”

Nah iya ya. Berapa banyak sih yang bisa mikir begitu? Ketika kita baca status istri mengeluh soal suaminya misalnya. Yang kita baca hanya dari sudut pandang istri. Kita membela istri. Bahkan ikut mengutuk suaminya seakan-akan itu bentuk dukungan untuk membela sang istri. Ya nggak sepenuhnya salah sih.

via GIPHY

Tapi pernah nggak, kita juga mikir bagaimana suaminya? Apa yang dirasakan suaminya? Apakah suaminya sama seperti yang dikeluhkan istrinya? Atau jangan-jangan si istri ini hanya mengalami kesalah pahaman dengan suaminya? Hanya karena kurang komunikasi, alhasil si istri jadi mengeluh di media sosial? Nah lho, panjang deh ya jadinya 😅

Begitulah. Makanya mungkin di sinilah kenapa motto jurnalistik yang baik adalah COVER BOTH SIDE. Yang mengambil KEDUA SUDUT PANDANG. Supaya berimbang. Nggak berat sebelah. Tidak hanya membela yang satu, tapi tidak mau tahu sudut pandang yang lainnya. Melainkan kita juga harus bisa objektif.

Tak perlu terlihat peduli

Itu dia. Makanya kenapa saya sangat menghindari sekali berdebat untuk membela seseorang. Karena saya belum ada niatan mempelajari sudut lainnya. Atau karena saya memang malas menggali lebih jauh akar persoalannya. Jadi lebih baik ya sudah, saya jalan-jalan ke tempat lain saja mendingan 😅

Dasar tipe plegmatis ya haha. Tidak suka berdebat. Lebih suka jalan aman. Damai. Rasanya hidup lebih tenteram 😆

via GIPHY

Pada akhirnya, saya lebih baik dibilang apatis oleh khalayak. Daripada saya menganggap diri peduli, padahal kelihatan jelas sekali saya keliru. Itu jauh lebih memalukan buat saya.

Sebab saya tidak perlu kelihatan peduli di depan umum. Saya tahu siapa diri saya. Bahwa saya juga bukan orang yang tidak acuh di belakang 😊

Kontemplasi Tags:cover both side, jurnalistik, mengendalikan diri sendiri, plegmatis, teori

Navigasi pos

Previous Post: #LoQLC: Sabar! Everything Has A Clock
Next Post: Sulli Meninggal. Sometimes, Social Media is Enemy

Related Posts

depresi adalah Depresi adalah Butuhnya Dukungan, Bukan Penghakiman Kontemplasi
quarter life crisis #LoQLC: Kendali Terbesar Ada di Diri Kita Sendiri #LoQLC
Bercanda Boleh, Jangan Lupa Mengembangkan Diri #ODOPISB
Demi Konten, Semoga Kita Tidak Lupa Menjadi Manusia Kontemplasi
everything has a clock #LoQLC: Sabar! Everything Has A Clock #LoQLC
rasa pengakuan #GakPaham, Kenapa Sih Rasa Pengakuan itu Penting? #GakPaham

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter

Archive

Popular Posts

  • Bertamu, Jangan Sampai Lupa Adabnya
  • Liburan Akhir Tahun ke Batu, Oke Banget!
  • Masih mau pacaran? #Udah Putusin Aja!
  • Plus Minus Drama Korea ala Orang yang Pendek Pengetahuannya tentang Drakor
  • Kost K20 Hunian Nyaman dan Murah dengan Fasilitas Lengkap dan Akses Mudah

Category

  • #BPN30DayChallenge2018
  • #GakPaham
  • #LoQLC
  • #ODOPISB
  • Beauty
  • Blog
  • Event
  • Film
  • Food
  • Kontemplasi
  • Kontes
  • Media Sosial
  • Menulis
  • My Story
  • ODOP
  • Review
  • Tekno
  • Tips
  • Traveling
  • Uncategorized

Search

Copyright © 2025 Sohibunnisa.

Powered by PressBook Masonry Blogs